23.Luluh?

49 20 95
                                    

Bumi berjalan menuju lapangan Karate, menemui Mars untuk mengantarkan Slai Roti yang di perintahkan mamahnya tadi. Perutnya sangat lapar sekali, tapi dia harus merelakan Roti kesayangannya untuk si Mamat, bisa saja sih dia makan berdua dengan Mars, tapi gengsinya yang terlalu tinggi mengurungkan niatnya.

Bumi menatap Mars yang sedang memukul samsak tinju, ternyata Mars juga keren saat seperti itu, pikir Bumi. Lalu dia tersenyum sembari menatap Mars, ada rasa kasihan juga melihat pria itu.

Ish! Gak deh, masa gue kasihan sama dia, itukan salah dia sendiri bawa motornya gak hati-hati. Batin Bumi.

Bumi berjalan mendekati Mars, Mars yang menyadari Bumi ada di sebelahnya hanya melirik sekilas lalu kembali memukul samsak tinju itu. Bumi mengerutkan keningnya heran. Tak biasanya Mars seperti ini, pikir Bumi.

Apa Mars marah sama gue ya? Batinnya bertanya.

"Woy napa lo? Tumben kesini. Mau latihan ya? Kata Pak Amir nanti pulang sekolah aja latihannya, eh bukannya lo habis kecelakaan ya? Gak usah latihan dulu deh, gue latihannya sama Gilang dulu aja, ya lebih baik sama Gilang sih, dari pada sama lo si Mamat ngeselin!" ucap Bumi secara berturut-turut membuat Mars ingin sekali mengatai Bumi, Mars butuh perhatian Bumi.

Si Bumil berdosa banget, gedek gue liatnya! Hahaha... Gue jailin aja ah! Batin Mars berkata, lalu dia tersenyum miring dengan menatap kearah Bumi.

Mars lalu menarik Bumi dan mendorongnya Kedinding, dia juga mendekatkan dirinya dengan Bumi, hingga terasa helaian nafas Bumi. Bumi terkejut dengan perlakuan Mars, sejak kapan Mars jadi seperti ini? Pikir Bumi.

Aelah, si Mamat serem banget kalo lagi marah. Batin Bumi.

"Lo ada apa sama Leon?" tanya Mars pada Bumi yang masih terkejut dengan perlakuannya. Bumi terdiam.

Kenapa sih ini! Gak si Projen gak si Mamat, ngomongnya gini mulu, orang gue gak ada apa-apa sama si Leon, nyesel deh gue jalan sama Leon! Bumi mengumpat dalam hati.

"JAWAB!" bentak Mars, tentu Bumi terkejut, pasalnya dia akan mengeluarkan suaranya tapi si Mars malah membentaknya.

Mars mendekatkan wajahnya dengan Bumi. Bumi ingin mengumpati Mars karena membentaknya, malah tak jadi karena ia grogi, sungguh sangat dekat jaraknya dengan Mars.

Gue pura-pura takut ah! Batin Bumi bersorak.

"Mat, j-jangan g-gitu dong!" ucap Bumi pelan.

"LO TAUKAN KALO GUE ITU BENCI DI KHIANATIN HAH!" bentak Mars lagi. Kali ini Mars mencengkram lengan Bumi kuat. Hingga tangan gadis itu memerah.

"Lo juga pernah dikhianati sama sahabat sendiri kan? Sahabat yang udah lo anggap seperti saudara lo sendiri! Sakit gak? rasanya gimana? Saat orang yang lo sayang, tapi malah jalan berdua sama sahabat sendiri, mesra lagi." Bumi terdiam mendengar ucapan Mars. Hatinya kembali sakit saat mengingat sahabatnya yang mengkhianatinya.

Ada saja yang mengingatnya tentang itu. Bumi sangat lemah jika menyangkut pengkhianatan. Sungguh dia ingin menangis saat ini juga. Tapi Bumi tutupi, agar dia tak dianggap lemah oleh Mars.

"I-iya gue tau, tapi mungkin Leon gak sengaja ngelakuin itu ke gue, dan lo jangan salah paham! Dia itu gak suka sama gue!" jawab Bumi.

Mars tersenyum miring. "Gue Cowok! Gue tahu cara dia natap lo itu kayak gimana! Dan gue yakin dia itu cinta sama lo!" tegas Mars, Bumi lagi-lagi terdiam mendengar ucapan Mars.

"Lo kenapa sih! Lagian lo sama gue itu gak ada apa-apa! Gak usah berlagak kayak gini deh, pake kasar segala lagi sama gue!" ucap Bumi dan mendorong Mars tetapi lelaki itu malah semakin mendekatkan tubuhnya dengan Bumi.

MARS DAN BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang