•ARKAN DAMAREL•

40K 2.6K 168
                                    

Sakit itu ketika sudah berniat baik, tapi malah dipandang buruk~
>><<

_____________________________________

Arkan Damarel, pria arogan, keras, apa yang di mau harus selalu dapat, pendendam bahkan bisa saja menjadi pembunuh.

Arkan hidup di ruang lingkup keluarga yang bercukupan. Walaupun dia nakal, tetap saja apa yang dia mau selalu dituruti. Arkan juga berteman baik di zona teman-teman nya yang toxic, nafsuan, peminum, dan bingal. Arkan termasuk cowok yang blak-blakan. Kalau dia tak suka langsung dia ungkap kan. Tak perduli orang itu mau sakit hati atau marah pada nya. Jika mereka tak senang, Arkan siap meladeni untuk duel dan berkelahi.

Arkan Damarel, terkenal pria yang tak pernah mau menaati aturan. Sekolah dianggap nya main-main, bolos, merokok, tak mau mendengar kan nasihat guru. Bahkan guru pun sudah lelah menasihati murid bebal seperti Arkan. Sempat pernah berkelahi dengan guru bernama pak Yuta. Guru itu nyaris Arkan bunuh menggunakan pisau kantin. Pak Yuta yang duluan mencari masalah, menempeleng Arkan seenak nya karena masalah bolos kekantin dan merokok. Arkan tak perduli, urusan pertanggung jawaban belakang. Yang terpenting diri nya puas dulu.

Dengan sikap Arkan yang seperti itu membuat diri nya diangkat sebagai wakil ketua Sargam. Geng bingal yang tak pernah main-main dengan ucapan nya. Kenapa Arkan tak menjadi ketua? Dapat di ketahui Ketua Sargam lebih mematikan dan ganas ketimbang Arkan. Basra— ketua yang lebih tua 3 tahun dari Arkan.

~

"Arkan cepetan sini, ntar kamu telat loh nak." Ucap Eva dari meja makan sana.

"Iya ma." Sahut nya berjalan menuruni anak tangga. Menghampiri keluarga nya yang sudah berada di meja makan.

Arkan menarik kursi dan segera menduduki nya. "Segini cukup?" Tanya Eva menunjukkan porsi nasi goreng.

"Cukup."

Eva tersenyum lalu memberikan sarapan itu pada anak kesayangan nya. Arkan segera menyantap nasi goreng buatan mama nya itu.

"Bang Arkan, ntar sekolah bareng Asel ya." Ucap adik perempuan nya.

"Gak." Singkat Arkan.

"Yahh, bareng dong. Satu sekolah juga kita nya."

"Sama abang lo tuh, si Arzan. Satu sekolah juga kan." Balas Arkan.

"Gak mau ah, mendingan gue naik ojol dari pada bareng dia. Boncengan sama dia gak keren. Mending sama bang Arkan, motor nya bagus, abang gue ini juga ganteng lagi. Ketimbang Arzan, malu banget boncengan sama modelan kaya dia. Masa gawean nya vespa butut." Cibir Asel terus mengunyah sarapan nya.

"Dih, siapa juga yang mau numpangin lo! Baru kelas 10 aja belagu. Sadar diri, lo itu jelek!Vespa butut-vespa butut pala lo! Vesmet gue lebih berkelas dari pada diri lo ya!" Balas Arzan tak mau kalah.

"Dih, gue mah cakep, berkelas lagi."

"Heh apa-apaan ini. Pagi-pagi udah beradu mulut aja." Sergah Fadlan—selaku kepala keluarga mereka. "Asel ngomong nya gak boleh begitu. Arzan itu abang kamu, yang sopan sedikit ngomong nya. Abang sendiri di jelek-jelekin."

"Tau ih, Asel berangkat nya bareng bang Arzan aja Atau minta anterin sama bang Arta." Eva mencari jalan tengah.

"Yaudah sama bang Arta aja." Final Asel.

"Alhamdulillah." Syukur Arzan.

"Jangan lama, ntar bisa telat gue kuliah." Celetuk Arta.

"Belum juga berangkat elah bang." Keluh Asel.

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang