Akan tetapi, reaksi Gera sama sekali tidak seperti yang dibayangkan. Ketika melihat tampilan kue itu, Gera merasakan perutnya mual dan ingin muntah. Dia mendelik tajam pada Logan dan Sharela, "Anjir! Gue mual! Huek." Gera berlari meninggalkan kedua sahabatnya menuju kamar mandi untuk memuntahkan semua isinya.

Sedangkan Logan dan Sharela tertawa terbahak-bahak. Itulah alasan mengapa Sharela memilih membawakan koper Gera daripada kuenya. Karena bentuk dari kue tersebut benar-benar aesthetic.

Pytha yang awalnya sedang sibuk menyiapkan jadwal pelajaran, perhatiannya teralihkan ketika mendengar suara Gera yang sedang muntah di kamar mandi keluarga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pytha yang awalnya sedang sibuk menyiapkan jadwal pelajaran, perhatiannya teralihkan ketika mendengar suara Gera yang sedang muntah di kamar mandi keluarga. Dia pun langsung menghampiri Gera, kamar tidur Pytha dan kamar mandi hanya berjarak tiga langkah.

"Kak Gera kenapa?" Pytha mengetuk-ketuk pintu kamar mandi dengan panik.

Selang beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan wajah Gera yang sedikit pucat. "Dedeknya cowok apa cewek, Kak?" tanya Pytha kurang ajar.

"Hah?"

"E-eh, enggak tadi cuman bercanda." Buru-buru Pytha mengoreksi kalimatnya.

"Mas lo belum apa-apain gue. Jangan mikir macem-macem," tegur Gera, dia merasa sedikit kesal.

Gadis yang mengenakan jilbab berwarna putih—senada dengan seragam putih abu-abunya itu menunjukkan cengiran tidak berdosa. "Maaf, Kak, ehehe."

Gera kembali berjalan mendekati kedua sahabatnya. "Kuenya buang dulu, baru kalian boleh masuk," ucap Gera ketus.

"Yah... ko dibuang? Ini kue legendaris loh. Gue sama Logan nyarinya susah tau."

"Terima aja ya, please. Ini enak kok. Pinggiran wcnya rasa vanila, terus eeknya itu selai rasa nanas campur cokelat. Rasanya dijamin memanjakan lidah dan mengenyangkan perut," papar Logan sedetail mungkin.

Mau tidak mau Gera pun menerima kue tersebut, Logan menyerahkan pada Gera. Meskipun Gera masih mual melihat kue itu, setidaknya ia terima untuk menghargai sahabatnya. "Ya udah gih, masuk dulu."

"Ada tamu siapa?"Di lantai dua pintu kamar Abar terbuka, laki-laki itu sudah lengkap dengan seragam sekolahnya yang baru, hanya kurang dasi serta rambut yang belum disisir karena masih basah. Kakinya menuruni anak tangga dan mendapati dua orang yang dikenalnya.

Sharela langsung panik ketika melihat sosok Abar. Dia memegang kemeja Logan, mencegah cowok itu masuk. "Gak usah, kita mau langsung ke sekolah. Anu, gue... ah ya! Gue piket kelas!"

"Piket?" Gera memicingkan matanya, kemudian menoleh ke arah Logan. "Kalian habis ngepet di kuburan? Makannya Bubur Cerelac kesurupan? Siapa yang jadi pig-nya? Dapet berapa duitnya?"

"Ih, beneran, deh. Gue mau piket. Ya-yaudah ayo, Logan!" Sharela menarik-narik jas almamater sahabat laki-lakinya, menyuruh Logan agar peka dengan situasi. Ah, Sharela benar-benar tidak ingin berhadapan lagi dengan Abar.

Kaki Abar tiba di anak tangga terakhir. Dia bisa melihat tamu yang mendatangi rumahnya. Logan dan Sharela. "Gera," panggil Abar, tangannya menjadi terkepal ketika menyaksikan kesantaian Gera yang tidak menutup auratnya di hadapan lawan jenis. Abar tidak suka!

Yang membuat Abar semakin marah adalah istrinya seolah tidak mendengar teriakannya malah asyik berdebat dengan Sharela.

"Tau ah! Pokoknya gue tungguin lo di mobil! Ini kopernya jangan lupa," ucap Sharela, perempuan itu melenggang pergi.

Logan tahu akan keberadaan Abar. Dia mengangkat tangannya dan mengacak-acak surai rambut Gera. Sengaja. "Ya udah, kita berangkat sekolah dulu ya. Sebenarnya mengsedih berpisah dari Gera. Jangan kangen sama gue ya?"

Abar masih diam di tempat, sengaja mau melihat reaksi Gera.

Logan melirik sekilas ada Abar. "Gak mau peluk gue nih?" tanya Logan pada Gera, semakin menjadi-jadi.

"Bagus. Lanjutkan," gumam Abar. Tangannya bersedekap dada.

"Mau peluk tapi tangan gue lagi megang kue." Gera mengerucutkan bibirnya.

"Impresif." Abar bergumam lagi. Tangannya ia tahan agar tidak bertepuk tangan.

"Ya udah nyender aja 'kan bisa."

"Amazing sekali." Abar takjub.

Gera mengangguk kecil. Dia mendekatkan tubuhnya ke arah Logan dan menyandarkan kepalanya di dada bidang cowok itu. "Sedih, jadi pisah sekolah."

Tangan Logan mengelus pelan kepala Gera dan merapihkan rambut Gera yang terpejam—menikmati aroma parfum maskulin yang menyeruak masuk ke hidungnya.

"Lebih dari lima detik nggak lepas, gue bikin cowok itu babak belur," ucap Abar.

"Satu...," Abar mulai menghitung.

Tidak ada tanda-tanda kedua sahabat itu menyudahi adegan peluk-pelukkannya.

"Dua...."

Justru percakapan di antara keduanya semakin mesra—layaknya sahabat.

"Ti—"

Tin Tin Tin

Suara klakson mobil yang dibunyikan oleh Sharela membuat Logan menguraikan pelukannya.

Gera tertawa perlahan, "Ya udah sana. Mumpung Bubur Carelac lagi kesurupan. Kapan lagi 'kan dia mau piket?"

Logan mengangguk. "Ya udah, gue berangkat dulu," kemudian cowok itu masuk ke dalam mobiilnya dan membuka kaca spion. Gera tertawa melihat Sharela sedang mengomel, tapi tidak didengarkan oleh Logan.

"Bye bye. I will always miss you, my bestie!" teriak Logan, sengaja suaranya dikeraskan. Kemudian mobil itu melenggang pergi.

Saat Gera membalikkan tubuhnya, dahinya mengkerut ketika melihat suaminya sedang bersedekap dada di anak tangga terakhir. Tak lupa dengan senyuman menghiasinya. Jujur saja, senyuman Abar selalu membuat Gera salah tingkah.

Gera mendekati Abar, masih dengan kue di tangannya. "Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"

"Aku baper," ucap Abar.

"Baper? Kenapa?" tanya Gera tidak mengerti.

"Iya, tadi habis lihat perempuan cantik yang ternyata hari ini ulang tahun lagi mesra-mesraan sama sahabatnya. Sampai nyender-nyender di sahabat cowoknya. Uwu sekali. Drama FTV, Korea, Bollywood, sama Indosiar aja kalah bapernya sama yang ini. Sayang, cewek cantik itu udah lupa sama nasihat yang dikasih suaminya."

•••

Panik nggak tuh?

Jangan lupa voment yap!

See u next chapter.

mrentymrn

Aljabar Where stories live. Discover now