HTG #26

2.6K 436 227
                                    

Akhirnya balik lagi!

Jadi mau cerita, ini chapter nulisnya dari abis maghrib ketemu isya. Harusnya kalian taulah ya, nulisnya berapa jam dan jarinya seberapa kebas. Tapi sayangnya, kalo udah nulis susah berhenti dan chapter ini menebus 2k+ word.

Sebagai pembaca yang baik dan punya adab. Harusnya taulah yang mengapresiasi karya orang itu gimana. Vote dan komen yang banyak! Jangan nagih-nagih aja tapi males komen!

Dah gitu doang! Yang gak komen, tak pantau satu-satu 👁👁

Happy Reading
Sorry for typo(s)



























Suara burung berkicau dengan indah, aroma embun yamg menempel di kaca jendela terasa nyaman. Sinar matahari mengintip di celah gorden yang bergoyang pelan. Suasana di dalam ruangan itu masih nampak gelap tanpa cahaya lampu. Dua insan masih tidur dan tak terganggu sama sekali dengan cuaca pagi yang bagus hari ini. Dalam satu selimut, keduanya berpelukan dengan erat saling berbagi kehangatan diranjang empuk, yang membuat dua pasang mata itu berat untuk terbuka.

Namun tak lama sepasang bola mata itu mulai bergerak, mengerjap pelan. Hingga akhirnya pengelihatannya yang buram mulai menjadi jelas. Netra matanya mulai memindai sekelilingnya.

Park Chanyeol adalah orang yang bangun lebih dulu. Ia menatap jam dinding di ruangan tersebut. Baru pukul tujuh pagi, ia bangun terlalu cepat. Kepalanya masih pening, karena seingatnya ia baru saja tertidur dini hari.

Tangannya baru saja ingin diangkat dan direnggangkan, namun beban di tangan kirinya menyita perhatiannya.

Oh Astaga! Chanyeol lupa, bahwa ia bermalam bersama bidadari dipelukannya dan tertidur.

Senyum kecil membuat lubang dipipinya muncul. Matanya berbinar menatap pahatan wajah cantik didepannya, sangat dekat. Hingga Chanyeol harus menahan napasnya, matanya tak berkedip. Takut-takut, satu kedipan mata membuatnya terlewat momen paling membahagiakan untuknya di pagi hari ini.

Kepala itu bergoyang pelan, hingga akhirnya bergerak maju. Menelusupkan wajahnya di leher sang dominan, tangannya mendekap erat dada Chanyeol. Tak peduli dengan tangan yang mungkin kebas karena berperan baik sebagai pengganti bantalnya. Hangat kembali terasa, bahagia kembali terajut dan cinta semakin tumbuh.

Sang dominan disana menikmati dengan tenang, senyumnya tak luntur. Tangannya yang menganggur kini mengambil peran, menepuk-nepuk punggung itu dengan pelan. Membiarkan cintanya kembali tertidur. Namun sepertinya, sikap yang Chanyeol ambil justru membangunkan Baekhyun.

Pemuda cantik itu mengeluh pelan, membuat Chanyeol sedikit menjauhkan lehernya. Hingga Baekhyun akhirnya sedikit tersadar dan menjauhkan tubuhnya, namun tetap tangan Chanyeol sebagai bantalannya.

Dengan mata yang sayu, Baekhyun menatap Chanyeol sambil tersenyum tipis.
"Selamat pagi, pacar."

Chanyeol terkekeh senang. Ia kemudian mengecup ujung hidung Baekhyun dengan cepat.
"Selamat pagi juga, cantik." Jawabnya sembari tersenyum senang menatap sang kekasih. Pemuda mungil itu hanya mengerutkan keningnya, merasa malu di puji seperti itu.

"Jam berapa sekarang?"

"Sebentar lagi jam setengah 8. Kenapa? Kau ingin sarapan? Akan kubuatkan sesuatu jika seperti itu."

Baekhyun terkekeh. Ia kemudian mengangkat kepalanya, menarik tangan Chanyeol dari sana. Memijitnya pelan hingga membuat sang dominan berdesis.
"Bagaimana kau bisa memasak jika tanganmu seperti ini?" Ledeknya yang hanya ditimpali tawa oleh Chanyeol. "Tanganmu pasti kebas karenaku." Lanjutnya.

HEPTAGON ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя