HTG #2

3.6K 581 242
                                    

Hai gays!
Balik lagi nih! Ada yang masih penasaran sama book ini ga ya?

Kalo menurut kalian bagus, bisa tinggalkan jejak ya. Komen yang banyak, biar cepet update dan rasa penasaran kalian itu gak setengah-setengah karena sering digantung wkwk

Sorry for typo(s)
Ngetik ini agaknya ada lah 45 menit.

Happy Reading 💚





















"Bagaimana sekolahmu, sayang?"

Baekhyun yang tengah menyantap sarapannya sontak terhenti. Ia meletakkan sendoknya yang sudah berisi nasi, kemudian menatap Im Yoona—ibundanya.

"Baik, Mom. Tidak ada masalah, aku memgerjakannya dengan sebaik mungkin dan mendapat nilai sempurna." Jawabnya dengan lugas. Ia bisa melihat Siwon, Ayahnya itu dengan tengah menyesap teh hangat pagi ini. Walau ia tahu dibalik tenangnya tersimpan kewaspadaan yang tinggi.

"Bagaimana dengan Olimpiademu dan juga nilaimu yang lain?" Kini Siwon bertanya.

Pemuda cantik itu bahkan bisa merasakan bahwa sang Adik, Byun Jaemin menegang. Ia merasa kasihan bahwa adiknya harus di tuntut sempurna dalam segala hal seperti dirinya, sedangkan Jaemin selalu kesulitan dalam angka.

"Olimpiade sains, aku dan Wonwoo memenangkan juara pertama. Olimpiade matematika aku dan Kris juga menjadi yang pertama. Pada kelas etika aku mendapatkan nilai sempurna, begitu juga untuk Bahasa Inggris. Sedangkan Olimpiade yang lain, dibagi untuk anak Cloud 9 lainnya. Kemudian nilai musikku mendapat A+, 99 untuk praktek memainkan alat musik dan 100 untuk kelas vokal. Aku juga mendapatkan medali emas pada pertandingan taekwondo pekan lalu." Jawab Baekhyun, ia menjabarkan prestasi yang di capainya dalam bulan ini.

Siwon mengangguk, ia merasa puas dengan hasil yang diberikan anak sulungnya. Yoona pun mengulas senyum bangganya.

"Lalu, Byun Jaemin. Bagaimana denganmu?" Tanya Siwon dengan nada tegasnya yang tadi ia lontarkan pada Baekhyun.

Dengan tergagap, Jaemin meletakkan sendoknya.
"A-aku mendapatkan nilai 85 untuk matematika, Sains mendapatkan nilai 91. Bahasa Inggris aku mendapatkan nilai 98. Di kelas musik, aku mendapatkan nilai A+. 100 untuk kelas praktek bermain alat musik dan 98 untuk kelas vokal. Pada kelas etika aku mendapatkan nilai sempurna. Kemudian aku mendapatkan nilai sempurna dalam kelas memanah." Jaemin menjawab dengan cepat walau sedikit terbata-bata. Ia bahkan bisa mendengar helaan napas ayahnya, membuatnya mengeratkan genggaman tangannya.

Siwon menyesap teh hangatnya yang tersisa setengah. Tatapannya tajam pada si bungsu.
"Jaemin, kenapa nilai akademikmu tidak ada peningkatan? Kau harus lebih giat dalam belajar dan menjadi yang pertama. Jika di awal semester saja nilaimu jelek seperti ini, bagaimana bisa kau diterima di Universitas Musik Seoul? Kau ingin mempermalukan ayahmu ini?"

"Sayang." Yoona mengelus punggung tangan suaminya. Ia menatap Jaemin dengan senyum keibuannya. "Tidak apa-apa sayang. Jaemin sudah belajar dengan baik, nilaimu bahkan lebih baik daripada bulan lalu." Lanjutnya berusaha menenangkan sang anak bungsu. Ia tak ingin Siwon membeda-bedakan sang anak.

"Aku selesai." Baekhyun meletakkan alat makannya. Ia menatap Jaemin yang masih menunduk. Kemudian mengelus kepala adiknya dengan sayang. "Habiskan sarapanmu. Kalau sudah keluarlah, hyung tunggu diluar, hm." Sambungnya yang langsung pamit setelah membungkukkan tubuhnya.

Jaemin tanpa pikir panjang pun ikut menyusul sang kakak. Ia membungkuk kepada kedua orang tuanya sebelum pamit meninggalkan meja makan.

Yoona menghela napasnya. Ia menatap sang suami yang memijat pangkal hidungnya.
"Kau terlalu keras pada Nana, dia masih terlalu muda."

HEPTAGON ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora