Rafa menggeleng heran, kemudian dia teringat sesuatu. Lelaki itu mendudukkan dirinya di samping Kana lalu menatapnya serius.

"Thea, lo bisa ikut gue gak pulang sekolah nanti?"

"Em, pulang sekolah 'kan gue harus siap siap pergi ke pesta nanti malam," Kana memperhatikan raut wajah Rafa yang tiba tiba cemas. Dia mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'kenapa?'

"Sebentar aja Thea," ujar Rafa menatap Kana penuh permohonan.

"Emangnya kemana?"

Lelaki itu sedikit tertunduk dengan wajah menjadi sedih. "Rumah sakit,"

Melotot. Kana menjadi panik. "Hah! Siapa yang sakit? Tante Ajeng?!"

Rafa mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Oke gue ikut!"

*****

Saat ini, Devan dan beberapa anggota basket lainnya sedang berada di tengah lapangan. Mereka sedang pemanasan untuk tanding nanti. Lelaki, itu menjadi semakin tampan ketika memakai kaos basket tanpa lengan berwarna hitam.

Ia mendudukkan dirinya di pinggir lapangan lalu meneguk air putih yang di pegangnya. Devan mengambil hp dari tasnya guna mengabari istrinya.

"DEVAN ANJIR, GUE NGOMONG PANJANG LEBAR MALAH DITINGGAL!" gerutu Jonathan dari tengah lapangan sana.

Tadi dia menceritakan pembicaraan orang asing kemarin malam tapi malah ditinggal sama Devan, akhirnya Jonathan yang katanya kembaran Nanon Korapat itu berbicara sendiri.

Lelaki dengan rambut yang sengaja dia kuncir seperti yang sedang viral beberapa waktu lalu itu menghampirinya Devan lalu duduk disampingnya.

"Jadi menurut lo dia siapa, Van?" tanya Jonathan dengan mata menatap para cheerleaders yang sedang melompat lompat.

"Hm, yang mana?" dahi Devan mengerut tidak mengerti apa maksud dari temannya yang rada oon itu.

"Cantik banget ya," kagum Jonathan pelan namun terdengar jelas di telinga Devan.

Devan menyentuh dahi Jonathan dengan punggung tangannya. "Gak panas," gumamnya.

"Astagfirullah Jon, mata lo!" umpat Jonathan menampar pipinya keras.

Devan mendengus. "Tadi lo mau ngomong apa, cepetan gue kangen nih sama cebol unyu!"

Cebol unyu adalah panggilan sayang Devan untuk Kana. Ingat ya, hanya untuk Kana kalian gak boleh!

Jonathan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sana sekali, bingung. "Tadi gue mau ngomong apa ya? Lo tau gak?"

"Auah!" decak Devan lalu pergi setelah menoyor kepala Jonathan. Memang Jonathan ini adalah orang yang pelupa.

Di koridor banyak siswi yang mematung di tempat demi bisa berlama-lama melihat Devan lewat.

Gue rela jadi upilnya Devan, biar bisa nempel terus!

Anjir gak kuat gue!!!

Fate Of Kanaya [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang