🌼 TW chapter 6

Mulai dari awal
                                    

Ternyata makan malam itu bukan hanya pak Rendi dan Davero saja. Tapi juga istri dan putri pak Rendi. Davero tidak terlalu mempermasalahkannya. Ia hanya menyapa dengan senyum seadanya.

"Davero," Davero menoleh mendengar suara pak Rendi memanggilnya.

"Saya ingin menyampaikan satu hal sama kamu,"

"Saya dan Papa kamu sudah sepakat menjodohkan kamu dengan putri saya," ucap pak Rendi mantap. Davero tersedak air liurnya sendiri. Teresa menyodorkan minumannya untuk Davero tapi Davero meminum minumannya sendiri.

"Maksud pak Rendi?" tanya Davero masih tidak tau arah pembicaraan pak Rendi.

"Ya, saya berniat menjodohkan kamu dengan putri saya Teresa. Dan Papa kamu menyetujuinya."

"Papa saya sudah mati. Dan saya tidak menerima perjodohan bodoh ini." jawab Davero tanpa basa-basi.

"Saya rasa makan malam kita sudah selesai. Saya permisi, selamat malam." Davero mengucapkan itu dengan datar dan menatap pak Rendi dengan tatapan tajamnya.

Davero berjalan keluar restoran dengan mood yang berantakan. Ia masuk ke mobil dan melajukannya menuju rumah Reina. Tak lupa ia membeli beberapa cemilan untuk Davin. Dan Reina.

Tok tok tok

"Rei!" panggil Davero.

Tak lama Reina membukakan pintu.

"Lo kok bisa masuk?" tanya Reina melirik pagar yang tertutup.

"Pagarnya ga dikunci," jawab Davero. Reina lupa lagi.

"Davin mana?" tanya Davero.

"Udah tidur lah jam segini," jawab Reina. Davero melihat jam ditangan kirinya yang menunjukkan pukul 9.

"Tetep mau mampir apa pulang?" tanya Reina.

"Lo ngusir gue?" Davero balik bertanya. Menurutnya pertanyaan Reina sedikit mengusir.

"Gue nanya Davero." Reina merotasikan matanya. Ternyata Davero cowok yang sensi juga.

"Buatin gue coklat panas," ucap Davero menyerahkan kantong plastik di tangan kanannya lalu mendudukkan diri di kursi depan rumah Reina.

"Lah," Reina menaikkan satu alisnya. Tapi tetap menerima kantong plastik itu. Ia berjalan ke dapur untuk membuatkan coklat panas permintaan Davero.

Reina meletakkan satu cangkir coklat panas di meja.

"Makasih," ucap Davero. Reina berdehem sebagai jawabannya.

"Abis dari mana? rapi banget," Reina membuka suara. Padahal Davero sudah tidak serapi waktu ia telepon tadi. Dari mukanya juga terlihat bad mood.

"Ada acara," jawab Davero. Reina mengangguk. Mana mungkin Davero memberi tahunya acara apa. Reina juga nggak mau bertanya lebih dalam.

"Davin tadi mau makan?" tanya Davero melirik Reina.

Reina mengangguk, "Mau, tapi sambil liat bintang."

Davero menghabiskan coklat panas buatan Reina dan pamit pulang. Tak lupa ia mengingatkan Reina untuk mengunci pagar.

"Lo bikin gue penasaran Dav." gumam Reina melihat mobil Davero mulai meninggalkan rumahnya.

"Gue bingung, gue ke rumah lo karna Davin atau lo Reina." Davero melirik Reina dari kaca spionnya.

◜‿◝
To Be Continue

Segitu dulu ya guys. Aku usahain chapter selanjutnya bisa lebih panjang lagiii.

 Aku usahain chapter selanjutnya bisa lebih panjang lagiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian liat Papaku ga?" :(

Tinggalkan jejak! <3 u guysss!
.
.
mrs.lee ◜‿◝

THE WAY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang