Bab 10

996 211 26
                                    

TUJUH TAHUN YANG LALU

Sepasang betis jenjang turun dari BMW 320i putih di parkiran gedung berlogo Nararya Group. Wool mini dress Gucci putih gading beraksen double line hitam melingkari kerah dan ujung lengan membungkus sosok semampai itu. Serasi dipadu padankan dengan Jimmy Choo pumps hitam.

Satpam membungkuk ketika membukakan pintu. Aroma parfum menyegarkan setiap kali gadis ini melangkah anggun, tak akan bisa dia lupakan.

Resepsionis otomatis berdiri ketika sang gadis mendekat membawa map. Senyum cantiknya terukir.

"Selamat pagi, Mbak. Saya mau bertemu direktur," ucap gadis itu percaya diri.

"Apa Mbak sudah buat janji sebelumnya?"

"Belum." Gadis itu menggeleng.

"Mohon maaf, Mbak. Kalau begitu harus buat janji dahulu. Kapan dan untuk keperluan apa Mbak mau bertemu direktur."

"Begitu ya, Mbak." Si gadis tampak kecewa dan sedih.

"Betul. Saya bantu buatkan janji dengan Pak Damian."

"Siapa Pak Damian?"

"Direktur Utama kami, Mbak. Baru kemarin dilantik."

Gadis itu mengangguk. Pantas di website perusahaan, nama direkturnya Bernard Sondakh. Mungkin belum diganti.

"Saya mau ketemu Pak Damian besok untuk menyerahkan proposal ini. Saya Irene Cendana Moretti dari Pizza Moretti berencana mengadakan karya wisata bagi anak Panti Asuhan Pelukan Kasih Bunda."

Mbak resepsionis mengangguk mengerti. Cantik, tapi mau minta sumbangan. Akan tetapi dia tetap tersenyum.

"Besok Bapak Damian ada agenda ke luar kota selama satu minggu, Mbak." Irene menggigit bibir. Waktu semakin mendesak. Dia mematung di depan meja resepsionis. Waktu semakin mepet, tapi malah harus menunggu lama.

"Kenapa, Cha?"

Irene dan Resepsionis yang dipanggil, "Cha" itu menoleh. Laki-laki berusia dua puluhan baru saja keluar dari toilet pria, berjalan masuk ke ruangannya. Sangat muda, tapi resepsionis ini begitu menghormatinya.

"Ini, Pak, Mbak Irene mau memberikan proposal meminta dana."

"Bukan meminta dana, Mbak," Irene memperbaiki. "Kerjasama mengadakan karyawaisata untuk anak panti asuhan."

Apa bedanya? Toh ujung-ujungnya perusahaan harus keluar dana juga kan.

Irene tergila-gila pada apa saja yang berbau volunteer. Dibesarkan di tengah keluarga berkecukupan, lengkap, bahagia dan dilimpahi kasih sayang hanya untuknya mengingat Irene adalah anak satu-satunya justru mengasah kepekaan.

Ini karena sang ibu rajin mengajak Irene berbagi pada mereka yang kurang beruntung. Irene kecil terbiasa merayakan ulang tahun dan Natal di panti asuhan. Sang ayah, Maurice Moretti menyumbang pizza. Tentu saja makanan mewah itu disambut meriah oleh anak-anak yang sangat jarang makan pizza. Irene kecil takjub bagaimana hal kecil bisa begitu membahagiakan. Lihatlah anak-anak panti asuhan melahap dengan ceria hidangan dari Pizza Moretti.

SANGGRALOKAWhere stories live. Discover now