Bab 1

2.2K 280 41
                                    

4 TAHUN YANG LALU

Melepas masa lajang di usia 24 tahun, angka yang pas bagi perempuan Indonesia. Sepintas kehidupan Irene Cendana Moretti tampak sempurna. Irene tahu di luar sana banyak perempuan iri padanya. Para sahabatnya mengatakan itu terang-terangan.

Baru seminggu yang lalu Fabiola, sahabat yang didapuk sebagai bridesmaid Irene bilang, "Gila ya, Rene, nggak lama lagi lo bakal jadi nyonya Nararya. Ongkang-ongkang kaki tanpa susah kerja pun, hidup lo bakal terjamin sampai tua."

Fabiola benar. Siapa yang tak kenal Keluarga Nararya, pemilik saham mayoritas pada perusahaan di Nararya Grup? Lini usahanya menggurita mulai dari hotel, cottage, vila, spa, klinik kecantikan, kosmetika, dan perawatan tubuh.

Calon suami Irene adalah Alexius Ishan Nararya, pemilik 7% saham PT. Sanggraloka Nararya dengan 47 hotel di seluruh Indonesia. Tidak ada yang meragukan kesanggupannya menjamin Irene lahir dan batin. Secara persentase mungkin angka tersebut terlihat kecil, tetapi dari deviden yang dibagikan setiap tahun saja, Ishan bisa membeli 100 buah mobil Lamborghini. Belum lagi gajinya sebagai managing director di perusahaan keluarga serta hobi Ishan mengoleksi saham blue chip. Pundi-pundi uang calon suaminya tidak akan pernah kering. Namun bukan ini yang Irene inginkan.

Salah jika Fabiola mengira Irene membayangkan masa depan yang menyenangkan dan serba ada. Justru sesuatu mengganggu pikirannya sejak lama. Irene sudah mencoba mengubur di alam bawah sadar. Akan tetapi, bagaikan penagih utang, pikiran itu menggedor dan terus mengganggu.

Besok pagi pemberkatan pernikahan Irene dan Ishan akan dilaksanakan di gereja Katedral Jakarta. Malamnya resepsi digelar di ballroom Hotel Sanggraloka Kebayoran. Pernikahan ini selain menyatukan dua hati dan dua keluarga, juga bisnis.

Keluarga Moretti terkenal akan jaringan restoran Italia, bisnis yang belum dimiliki Keluarga Nararya. Ishan sepakat membeli 30% saham perusahaan yang membawahi Pizza Moretti. Nantinya Irene akan diangkat sebagai direktur utama menggantikan Maurice Moretti, ayahnya yang mulai sering keluar masuk rumah sakit.

Kelihatannya sempurna, tapi kenapa Irene merasa semuanya tidak tepat?
Irene berdiri tegak di tengah megahnya ballroom merenungkan masa depan. Meja bulat dialasi taplak putih ditata rapi bersama vas kristal berisi mawar putih sebagai pusat perhatian para tamu undangan. Kursi bernuansa emas mengelilingi meja-meja itu. Irene meminta agar pelaminan dihilangkan saja dari acara resepsinya. Dia tidak ingin berdiri layaknya orang bodoh menunggu para tamu memberikan doa restu.

Untuk terakhir kalinya, Irene mempertimbangkan keputusannya. Sekali dia mengatakannya, waktu tidak akan pernah bisa diputar ulang. Irene masuk ke kamar president suite 02 untuk berpikir ulang. Gaun pengantin berwarna putih bertatah kristal Swarovsky dengan ekor menjuntai di manekin itu akan membalut tubuhnya. Alih-alih bahagia menunggu Hari H, Irene malah ketakutan.

Irene terlonjak ketika ponsel di atas nakas berdering.

My Love is Calling.

Kenapa rasanya berdosa sekali padahal Irene dan Ishan tidak pernah berbuat dosa selama pacaran. Irene menjaga kesucian sampai detik ini. Ishan pun menghargai keputusannya. Ishan tak pernah memaksa Irene membuktikan cinta dengan cara konyol seperti menyerahkan keperawanan.

Ponsel itu berhenti berdering tapi kemudian panggilan kedua terdengar. Dengan segan Irene mengangkatnya.

"Ya," sapa Irene. Kerongkongannya terasa kering.

"Belum tidur, Sayang?" Ishan bertanya dengan suara lembutnya.

"Belum."

"Kamu pasti gugup kan?" Ishan terkekeh kecil. "Sama, aku juga. Nggak sabar nunggu besok."
Irene menggigit bibir. Bagaimana menyampaikan hal ini?

SANGGRALOKAKde žijí příběhy. Začni objevovat