24. Let Me Go

2.5K 181 5
                                    

Nala's POV

Aku sulit bernapas.

Seorang laki-laki membungkam mulutku dengan tangannya yang sangat kuat. Ia membalik tubuhku sehingga aku membelakanginya sekarang, tetapi tangannya masih menjebakku. Aku memukulnya dengan siku kananku, berusaha membuatnya melepaskanku. Orang itu mengerang pelan disusul tangannya yang melepaskanku.

Aku berlari. Tidak mempedulikan orang itu. Tidak ada waktu untuk berbalik dan melihat wajahnya. Yang aku harus lakukan hanyalah berlari secepat mungkin, menjauhi orang itu. Entah apa yang ia mampu lakukan terhadapku jika tangannya yang membungkamku saja aku sudah hampir tidak berdaya.

Kali ini pikiranku kosong. Aku tidak bisa berpikir. Aku tak tahu harus ke mana. Tanda panah yang telah aku buat di dinding tidak aku hiraukan. Aku pikir dia akan tahu ke mana aku pergi.

Semua senjata yang aku bawa terjatuh ketika orang itu menangkapku, tetapi tidak dengan tas yang masih menyangkut di tubuhku. Beruntung masih ada belati di dalamnya dan senter besar yang sebelumnya aku ambil. Yang harus kulakukan sekarang hanyalah bersembunyi dan berusaha sebaik mungkin untuk mengingat ke mana aku pergi.

Tanpa kusadari, entah apakah ini orang yang sama atau bukan, yang pasti dia menangkapku. Dengan cepat aku menggigit tangannya dan dia melepaskanku, lagi. Tetapi dengan cepat dia menarik kalung yang aku pakai dan membuatku tercekik, aku berusaha terus menarik tubuhku untuk menjauh tetapi itu membuatnya lebih buruk, membuatku tercekik lebih kuat. Kalungku putus dan aku bisa mendengarnya jatuh ke lantai. Aku berlari sambil terbatuk-batuk dan memegangi leherku yang masih terasa seperti dicekik.

Laki-laki itu mengambil kesempatan dan mendorong tubuhku yang sedang lengah hingga terjatuh ke lantai. Ia membalikkan tubuhku dan menindihku. Sebelum aku tak sadarkan diri, aku bisa melihat wajahnya yang tersenyum licik menatapku.

***

Alex's POV

Aku terbangun dengan tiba-tiba dan melihat Ann duduk di sampingku. Dia terlihat terkejut melihatku terbangun.

"Pukul berapa ini," tanyaku seperti orang bingung.

Ann mengerutkan dahinya dan menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Alex, tak ada jam di sekitar sini."

"Di mana Nala?" aku melihat ke sekeliling ruangan dan tidak melihat siapapun kecuali aku dan Ann.

"Dia belum kembali," ucap Ann mengikutiku berdiri.

"Kita...harus mencarinya, ini sudah larut malam, kita tak bisa membiarkannya sendirian di luar sana," aku mengambil tas dan senjata, bersiap-siap untuk pergi.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ann dengan nada tinggi.

"Kita akan mencari Nala, bagaimana jika dia dalam bahaya, bagaimana jika dia sedang diserang, bagaimana jika ada orang lain yang menangkapnya dan melakukan sesuatu kepadanya, bagaimana jika...," Ann berjalan mendekatiku dan menggenggam lenganku pelan.

"Kita akan mencarinya, kita akan menemukannya, tetapi kau harus tenang," ucap Ann berusaha menenangkanku dan aku mendengarkan perkataannya.

"Kau bawa makanan, aku akan membawa senjata," ucapku memberi perintah.

"Tapi tak ada tas lagi," ucap Ann, lalu dia membuka jaketnya.

"Hei, apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"Tenang saja, aku akan membawa makanan dengan jaketku," ucap Ann sambil melebarkan jaketnya dan meletakkan makanan-makanan di dalamnya.

"Ini," aku memberikan Ann jaketku karena dia terlihat kedinginan.

"Terima kasih," Ann tersenyum ke arahku dengan tangan yang masih sibuk membungkus makanan dengan jaketnya. kami bertatapan cukup lama.

Ini canggung, namun aku berusaha untuk mengabaikannya.

"Baiklah ayo kita pergi."

***

"Bagaimana kita bisa menemukan Nala," Tanya Ann sambil membawa jaketnya yang dijadikan tas yang berisi makanan.

"Dia menggambar sesuatu untuk menandai jalan kan? Dengan cat yang kuberikan kepadanya sebelum pergi," aku mengingatnya lalu mulai mencari tanda apapun yang Nala buat untuk menandai Jalan, Ann pun mencarinya juga.

"Di sini, aku menemukannya!" Seru Ann ketika ia menemukan tanda panah berwarna putih di dinding. Ternyata matanya lebih jeli dari mataku. Kami pun berjalan mendekatinya untuk melihat panah di dinding dengan lebih dekat.

"Ya, sepertinya ini tanda yang dia buat, ayo...," aku membenarkan posisi tas yang berisi senjata dan amunisi kami lalu menggenggam senapan dengan siap.

Ann mengikutiku di belakang, aku menoleh ke arahnya dan melihat dia mempersiapkan pistolnya. Langkahku terhenti untuk membiarkan Ann menyusulku.

"Kita harus berjalan berdampingan," ucapku. Ann mengangguk setuju dan mulai berjalan di sampingku.

"Di sini," aku menemukan gambar anak panah lain di dinding. Kami pun terus berjalan dalam diam, bergerak dengan waspada, mencari tanda panah lain yang Nala gambar.

***

Ann's POV

Entah kenapa aku tidak merasa tenang ketika mendapati Alex terbangun dan langsung saja mencari Nala.

Aku seperti orang jahat.

Alex terlihat sangat serius mencari Nala, tak ada satupun dari kami yang mencairkan suasana. Aku menurunkan senjataku yang semula kugenggam dengan siap, karena menurutku tak akan ada yang datang untuk mencelakai kami, namun Alex masih bersikap sama, waspada, tegang, dan serius.

"Alex," panggilku pelan namun tak ada jawaban.

"Alex, berhenti," ujarku lagi dan tidak ada jawaban lagi.

Aku menghentikan langkahku.

"Alex, berhenti!" seruku. Entah suaraku sekeras apa. Alex menoleh dan berhenti.

"Ann, ada apa?" tanya Alex sambil berjalan menghampiriku.

"Kau tidak harus melakukan ini, kau...kau harus tenang sedikit, Nala akan baik-baik saja, dia gadis yang sangat berani, tak ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi kepadanya, aku janji," ucapku sambil memegang pundak Alex.

Alex mengerutkan dahi dan menunduk. "Aku tahu Ann, tapi...aku tak bisa, aku khawatir dengannya," ucapku sambil menatap wajahnya yang sekarang dekat dengan wajahku.

"Aku tahu kau khawatir dengannya, tapi...aku pun khawatir denganmu," ucapku lagi. Alex terdiam, dia menunduk.

"Apa maksudmu mengatakan hal seperti itu?" tanya Alex tiba-tiba yang membuatku sedikit terkejut. Aku kira dia kan setuju denganku, tapi malah sebaliknya.

"Bukan apa-apa, hanya saja...," aku tidak bisa menjawabnya.

Tak lama setelah aku membungkam mulutku, Alex berbalik dan melanjutkan perjalanan sedangkan aku masih terdiam. Menghembuskan napasku dan memejamkan mata sesaat lalu mulai berjalan mengikuti Alex.

Mungkin aku kelewatan, mungkin aku yang bersikap bak anak-anak, mungkin aku tidak begitu peduli dengan Nala seperti aku peduli terhadap Alex. Ini salah. Nala sudah sangat baik terhadapku, dan ini balasanku terhadapnya?

Aku tidak tahu diri. Mulai saat ini aku harus bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang benar-benar penting.

The Way OutDonde viven las historias. Descúbrelo ahora