23. Fun!

2.6K 177 6
                                    

Nala's POV

Baiklah, aku yang memilih untuk pergi mencari sesuatu untuk menerangi ruangan seorang diri. Aku harus berani. Aku tidak boleh takut dan mundur dan aku tidak bisa melibatkan Alex lagi, aku sudah cukup merepotkannya karena dia selalu melindungiku. Jadi sekarang aku ingin melindunginya, atau setidaknya membantunya.

Di luar sini pun sudah semakin gelap namun tidak gelap gulita, masih ada cahaya yang masuk dari jendela-jendela kaca walaupun tidak terlalu terang.

Aku tidak mengerti mengapa listrik dipadamkan. Apa mungkin karena terjadi kerusuhan di kota? Atau mungkin karena orang-orang yang bekerja sudah tidak ada lagi? Bahkan jika memang pemadaman ini disengajakan, tidak akan dilakukan secara permanen kan? Kota ini tidak mati.

Ini bukan saat yang tepat untuk berpikir keras mengenai hal yang tidak akan ku mengerti sendirian. Aku membuka tutup kaleng cat yang Alex berikan padaku dan berencana untuk tetap menggenggamnya di tanganku. Aku mencelupkan jari telunjuk ke dalam kaleng cat dan membuat tanda panah kecil di belokan pertama. Lalu menyimpan kalengnya di saku jaketku lalu memegang senapanku dengan siap.

Aku berpikir di mana aku bisa menemukan senter. Sekolah ini terlalu besar untuk diriku sendiri, tidak tahu ke mana dan sejauh mana aku harus pergi. Mungkin jika aku tidak menemukan apapun aku harus kembali secepatnya. Ini benar-benar tidak aman.

Mungkin aku bisa menemukannya di gudang senjata. Kembali terpikir olehku ketika aku dan Alex mengambil senjata di sana, mengapa tidak terpikirkan olehku ataupun Alex untuk mengambi senter.

Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke gudang senjata di mana pastinya terdapat banyak mayat hidup tergeletak di depan pintunya. Namun aku harap ini bukanlah sebuah tantangan bagiku selagi tempat yang aku tuju masih berada di lantai yang sama. Yang harus aku lakukan adalah mencarinya dan berusaha untuk tidak tersesat.

***

Setelah berjalan di lorong selama kurang lebih sepuluh menit berusaha untuk mencari gudang senjata itu dengan hening, akhirnya aku sampai. Benar saja para mayat hidup itu masih ada di depan gerbang. Namun bukan hanya yang sudah dibantai saja, ada mayat hidup baru yang berjalan lambat di luar dan di dalam gudang.

Aku harus membuat rencana untuk memasuki gudang senjata dengan aman. Walaupun mereka lambat, aku tetap kalah jumlah dan jika aku tidak berhati-hati aku bisa saja celaka dan aku tidak bisa celaka karena masih ada banyak hal yang harus aku lakukan. Salah satunya mendapatkan senter untuk sekarang.

Mungkin aku bisa memancing mereka menuju ke tempat lain, ke lorong lain agar mereka bisa menjauh dari gudang senjata. Ya, itu ide yang bagus. Aku hanya harus menemukan sesuatu yang berisik untuk menarik perhatian mereka.

"Apa yang bisa kugunakan?" gumamku kepada diri sendiri sembari melihat sekitar.

Beruntung mataku cukup jeli untuk menangkap sesuatu bahkan di dalam ruangan yang gelap. Aku menemukan sebuah botol minum alumunium tergeletak di sudut. Sebelum melangkah untuk mengambil botolnya, aku melirik gudang senjata terlebih dahulu, memastikan para mayat hidup itu tidak berpindah tempat atau mendeteksi kehadiranku di sini.

Baiklah, ini saatnya.

Aku mengalungkan senapan yang aku bawa dengan perlahan, membiarkannya menempel di punggungku. Dengan keadaan lorong sekolah yang berantakan, aku harus berhati-hati dalam melangkah, jangan sampai aku menginjak sesuatu yang bisa menimbulkan suara nyaring yang lalu mengacaukan rencanaku.

Setelah berhasil mendapatkan botol minum kosong tadi, aku bersembunyi di balik dinding tepat di persimpangan. Tangan kananku menggenggam botolnya dengan kuat, aku tidak bisa membiarkan botol ini meleset dari tanganku. Aku membidik lorong lain yang jauh dari tempatku berdiri sekarang untuk melempar botolnya.

The Way OutWhere stories live. Discover now