26. Trust Me

2.6K 170 0
                                    

Alex's POV

Berjalan ke arah pasti namun dengan pikiran melayang ke mana-mana membuatku tak bisa konsentrasi. Kepalaku pusing sekali rasanya dan Ann bersikap aneh semenjak Nala menghilang, entah perasaan apa yang mengganjilnya.

"Well, bagaimana hubunganmu dengan laki-laki di kelas IPA itu?" Tanyaku tiba-tiba berusaha mencairkan suasana.

Ann langsung menengok ke arahku dengan tatapan agak terkejut. "Yah...dia baik, pintar, tampan, tapi seperti yang kau tahu, dia tidak mengenalku."

"Apanya yang lucu?" Tanya Ann yang melihatku tertawa.

"Tidak ada...," jawabku sambil mengangkat bahu. Aku merangkulnya dan menariknya mendekat. "Hei, jangan murung saja."

"Aku tidak murung," ucap Ann sembari tersenyum pada akhirnya. Tiba-tiba Ann menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku terkejut dan membatu, berusaha untuk berpikir positif. Ann sedang syok, aku harus menenangkannya sekali-kali.

"Andai aku bisa seperti Nala," ucap Ann tiba-tiba lalu mengangkat kepalanya dari bahuku dan memberikan kami jarak. "Dia cantik, berani, dan memiliki pacar yang tampan," ucap Ann lalu terkekeh kecil.

"Jangan katakan kau mulai menyukaiku," ucapku bercanda.

"Bagaimana kalau aku mencintaimu?" Ucap Ann lagi.

"Tidak apa-apa, kau orang ke...tiga! Yang menyatakan cinta padaku, pertama Casey, kedua Nala, tapi tak apa-apa, terima kasih telah mengatakan itu," ucapku sembari tersenyum.

"Seharusnya kau mengatakan kalau kau cinta kepadaku juga," entah Ann bercanda atau tidak. Aku hanya bisa terdiam dan bingung harus mengatakan apa.

"Hei, aku bercanda!" Ann meninju bahuku dengan pelan lalu tertawa.

"Kau sangat lucu, Ann," balasku dengan gelengan kepala.

"Alex!" Panggil Ann, dia menunjuk ke sebuah gambar panah lain. Tunggu, sepertinya aku ingat jalan ini. Kalau tidak salah ini jalan menuju gudang senjata.

"Baiklah, ayo," aku memimpin jalan dengan siaga. Aku bisa mendengar Ann berjalan di sampingku.

Setelah memeriksa keadaan, ternyata tidak ada sesuatu yang mencurigakan seperti mayat hidup, atau orang-orang lain. Aku terus berjalan mendekati gudang senjata.

"Alex, kau mau ke mana?" Bisik Ann. Aku tidak menjawabnya, dia pasti mengikutiku di belakang.

"Ini tas yang Nala bawa kan?" Tanya Ann. Aku menghampirinya yang berada di belakangku.

Benar saja, aku bisa melihat noda cat di tasnya yang kosong. Aku mengambilnya perlahan. Aku terdiam di tempat, menggenggam tasnya dengan erat. "Dia...dia pasti...tidak jauh."

Aku memakai tasnya lalu berjalan menjauh.

"Alex! Aku menemukan sebuah senter," ujar Ann yang mengambil senter berwarna silver dari lantai. Mungkin itu senter yang Nala temukan, tetapi...di mana dia sekarang?

"Aku seharusnya tidak membiarkannya pergi sendiri, aku seharusnya tidak membiarkannya pergi sendiri, aku seharusnya tidak membiarkannya pergi sendiri...," aku terus mengatakan kata-kata itu tanpa henti. Pikiranku membayangkan hal-hal yang tidak seharusnya kubayangkan. Aku membayangkan Nala dikerubungi mayat hidup dan badannya dicabik-cabik. Membayangkan dia sendirian, membayangkan dia dibunuh.

Astaga, apa yang kau lakukan Alex?! kau harus berpikir positif!

"Alex! Berhenti mengatakan hal itu!" Ann menghentikan langkahku dan ucapanku yang tak kunjung henti.

"Ini bukan salahmu, oke? Kita akan menemukannya, dia pasti baik-baik saja, kau harus percaya padanya," ucap Ann sambil menatap wajahku. Aku hanya mengangguk pelan. Aku harus tetap tegar dan berusaha untuk menemukannya di manapun ia berada.

Aku menoleh ketika melihat sesuatu bergerak di di lorong. Seorang laki-laki yang entah sedang apa.

Aku bertatapan dengan Ann, kami pun langsung menghampiri laki-laki itu. Saat kami sudah dekat dengannya, dia menodongkan pistol ke arah kami. Karena kami hanya ingin bertanya, aku dan Ann pun mengangkat tangan kami yang masih menggenggam senjaya dan berbicara.

"Easy buddy, kami hanya ingin bertanya," ucapku berusaha membuatnya menurunkan senjatanya.

"Tidak ada salahnya jika aku mengantisipasi apa yang mungkin terjadi," ucap laki-laki itu.

"Jadi tidak ada masalah jika kami melakukan hal yang sama," aku menurunkan tanganku dengan perlahan, memberinya tanda bahwa aku juka akan menodongkan senapanku ke arahnya.

"One more movement, I'll shoot both of you," aku pun kembali mengangkat tanganku, Ann hanya menatapku dengan ekspresi bingung dan takut.

"Alright buddy, kami ingin bertanya sesuatu. Apa kau melihat seorang gadis, setinggi temanku ini, berambut cokelat panjang bergelombang dengan jaket kulit coklat dan sepatu boots hitam?" tanyaku sembari memberikan ciri-ciri Nala.

Laki-laki itu terlihat berpikir, aku dan Ann bertatapan, berharap dia melihat Nala.

"Sepertinya begitu, aku melihat seorang gadis berlari dari sesuatu atau seseorang, dia melewati lorong dan berbelok ke tikungan itu," laki-laki itu memberikan petunjuk yang membuatku menghela napas lega. Mengetahui bahwa kemungkinan besar Nala masih hidup.

"Ya Tuhan, kami sangat berterima kasih," aku menghampiri laki-laki itu dan kemudian menepuk pundaknya lalu berlari ke arah yang ia tunjukkan.

"Ayo Ann!" seruku bersemangat sambil menoleh ke belakang, melihat Ann yang terlihat khawatir di belakangku.

"Alex tunggu dulu, Alex! Alex!" Ann memanggilku, lebih tepatnya berteriak kemudian berlari menghampiriku yang mulai menjauh darinya.

"Sshhh...pelankan suaramu!" seruku sambil menutup mulutnya dengan tanganku.

Ann menyingkirkan tanganku dari mulutnya, "Alex, aku tidak percaya dengan orang itu, dia berbohong," bisiknya.

"Apa maksudmu Ann? Dia sudah memberitahu kita ke mana Nala pergi," ucapku mengangkat bahu.

Ann memejamkan matanya dan menggeleng. "Jika dia benar melihat Nala, dan Nala lari dari sesuatu ataupun seseorang, dia pasti mencoba menolongnya."

"Mungkin dia tidak terlalu peduli dengan Nala, ataupun orang lain," aku memberikan alasan lain.

"Dengar, aku tahu saat orang berbohong Alex, kau harus percaya padaku kali ini. Aku tahu aku mungkin bersikap aneh belakangan ini dan terlihat seperti ingin menjauhimu darinya, tapi itu bukan seperti apa yang kau pikirkan. Aku peduli dengannya dan aku tidak ingin membiarkannya diluar sana sendirian, Nala temanku juga dan aku tak ingin dia dalam bahaya," jelas Ann panjang lebar.

Aku pun memikirkan perkataannya tadi dan sebenarnya pikiranku berubah menjadi kosong dan aku merasa seperti kehilangan arah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Ann cukup meyakinkanku bahwa dia bersungguh-sungguh.

"Please Alex, trust me," ucap Ann yang menatap wajahku dengan tatapan memelas.

Aku mengangguk. "Baiklah." Aku pun berjalan mengikuti Ann. Kami bersiap dengan senjata kami.

Ketika kami hendak berbalik, suara tembakan tiba-tiba terdengar dan bahuku terasa sangat sakit, aku bisa merasakan sesuatu yang mengalir dari bahuku. Aku melihatnya dan ternyata aku tertembak.

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang