28. You Are Safe

2.8K 166 0
                                    

Alex's POV

"Hei bangun!" Samar-samar aku mendengar suara seorang laki-laki yang membangunkanku, kemudian aku merasakan sebuah tangan mendarat dengan kasar di pipiku hingga membuatku sadar sepenuhnya.

"Akhirnya kau sadar," ucap laki-laki yang memang benar menembak bahuku dan meninju wajahku sebelumnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu menghalangiku lagi," ucapnya. Tanganku terikat dan aku masih berada di lorong di tempat di mana aku dipukuli oleh dua orang ini.

"Apa maksudmu bodoh!" bentakku. Dia menengok lalu meninju wajahku lagi.

"Lihat ini? Benda ini akan menembus kulitmu, dagingmu, dan tenggorokanmu!" bentaknya menunjukkan sebuah belati yang terlihat sangat tajam.

Aku meronta-ronta, berusaha untuk melepaskan diri, namun orang yang berjongkok di sampingku memukul bahuku yang membuatku membeku karena kesakitan.

"Oh ya, aku lupa sesuatu, Daniel, jaga dia, jangan ke mana-mana," ucap laki-laki itu kepada orang yang bernama Daniel yang berjongkok di sebelahku.

Orang itu pergi dan masuk ke toilet di mana Daniel menggendong gadis malang tadi.

"Hei, gadis yang tadi itu, dia adikmu bukan? Kenapa kau membiarkannya seperti itu? Kenapa kau tidak membantunya? Ada apa denganmu?!" bentakku kepada Daniel yang berdiri di depanku dengan tatapan kosong. Dia hanya diam dan menatapku seolah-olah aku adalah orang yang paling dibencinya di dunia ini.

"Bagaimana kau tahu?" ucapnya dengan datar tanpa memalingkan wajahnya dari wajahku.

"Aku tahu, dia memanggilmu dengan sebutan kakak sebelumnya. Bagaimana kau bisa tega memperlakukan adikmu sendiri seperti itu?!" aku mulai kesal dan aku membentaknya sembari diam-diam berusaha melepaskan ikatan di tanganku ini.

"Bukan urusanmu brengsek!" Satu pukulan mendarat di wajahku lagi, entah yang keberapa kalinya dan ini sangat tidak menyenangkan. Aku mulai merasakan wajahku yang bengkak dan darah yang mengalir di beberapa titik.

"Wow, pukulan yang bagus," ucapku sambil berusaha mengembalikan penglihatanku yang buram akibat pukulan itu.

"No, no, no please...just let me go, pleeaassee...," tiba-tiba, laki-laki yang tadi keluar sambil menyeret gadis tadi yang kulihat sebelumnya dari dalam ruangan itu. Rasanya aku ingin sekali menghabisi mereka berdua, mereka makhluk tanpa perasaan yang terburuk di dunia!

"Hei! Setidaknya pakaikan dia baju yang pantas dasar bajingan!" teriakku lagi selagi masih berusaha melepaskan ikatan. Sedikit lagi aku berhasil.

Yes! Akhirnya terlepas. Aku masih menyembunyikan tanganku dan bersikap seperti kedua tanganku masih terikat.

"Lihatlah di sini Jill, orang ini adalah orang yang ingin menyelamatkanmu, sayangnya dia tak bisa karena sebentar lagi dia akan mati," laki-laki itu memaksa gadis malang yang bernama Jill untuk berlutut di hadapanku. Dia menarik rambut Jill hingga kepalanya tertahan di belakang. Dia terlihat malang sekali, pucat, sakit, lemah, aku bisa melihat air matanya menetes mengalir di pipinya.

Laki-laki itu melepaskan rambut Jill dan berjalan ke arahku sambil memutar-mutar belati yang digunakannya untuk membunuhku di tangannya.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang bisa aku lakukan sekarang. Kalaupun aku ingin menyerang mereka, mereka bisa saja menahanku dan langsung menyayat leherku. Aku kalah jumlah dan tanpa senjata. Laki-laki yang menggenggam belati itu sudah sampai di belakang tubuhku dan aku bisa merasakannya berjongkok di sana. Dia berbisik di telingaku bahwa aku akan mati, namun aku memanfaatkan kesempatan itu untuk membenturkan kepalaku ke kepalanya dengan cepat dan kuat.

The Way OutWhere stories live. Discover now