32. Kembali

42 12 25
                                    

Kayaknya suatu hari nanti, Tare mau coba bikin gim horor berdasarkan novel ini.

Sekarang, baca dulu aja, ya :D

****

Angin dingin bertiup ganjil selama empat orang itu berlari melintasi halaman menuju salah satu vila kecil.

Begitu sampai teras, Gerald langsung menggedor pintunya sambil memutar kenopnya berkali-kali. "Buka, woi!!"

"Pergi!" Malah ada teriakan histeris dari dalam.

"Ger, sopan sedikit," gerutu Anya. "Mereka pasti baru mengalami hal menyeramkan juga."

"Iya ... mestinya, kalau kita aja tadi digedor, vila ini juga," timpal Fuma.

"Wah, anak kecil, kamu tahu banyak ya," sindir Gerald.

"Apa masalahmu, sih?" seru Leana jengkel. "Enggak usah bikin ribut. Ini gimana cara kita masuk coba?"

Gerald akhirnya mengetuk pintu dengan normal dan mengucap salam. "Halooo, ini Gerald."

"Jangan bohong!"

Gerald menghela napas menahan gusar. "Heh, aku pecahin juga nih kaca!"

Leana melihat ada yang mengintip takut-takut dari jendela. Leana memilih tak memasang ekspresi apa-apa, meski ingin rasanya ia menyeringai--mungkin mereka semua akan takut padanya.

Suara kunci terdengar beberapa detik kemudian. Roy paling depan, sudah siap memegang gagang sapu. "Gerald aja yang masuk! Yang lain jangan!"

"Oke," sahut Anya. "Len, Fuma, kita tunggu di luar."

Keduanya menurut saja sementara Gerald ke dalam sambil mengangkat tangan, seperti buron yang baru tertangkap.

"Tenanglah kalian, sekarang kita tinggal mikir cara keluar dari sini," ucap Gerald begitu ia masuk.

"Itu mah dari awal, kali!" seru Roy.

"Iya. Tapi fokusnya kepecah. Mana Leana tiba-tiba kerasukan dan pengin bunuh orang-orang." Gerald menarik napas panjang. "Leana sudah kembali. Anya juga sudah normal. Kalian jangan suuzon ke mereka."

"Gimana enggak suuzon?" timpal Kania. "Mereka sama-sama aneh, kok!"

"Iya, iya, enggak papa suuzon, tapi sekarang udah, ya," sahut Gerald. "Kali ini, kalian harus benar-benar kerja sama. Seingatku, kalian enggak ada yang punya ide soal gimana cara keluar dari sini. Jadi ... ikuti kata-kataku sekarang, ya!"

"Pasti kamu ngikutin kata-kata orang aneh di luar," sungut seseorang.

"Ya, soalnya situasi ini aneh, jadi kalian orang normal enggak bisa ngatasinnya. Aku butuh bantuan orang aneh," sahut Gerald. Jelas sekali ia menahan emosi.

Anya dan Leana yang menyimak percakapan di dalam geleng-geleng kepala. Sementara, Fuma terus memandang kejauhan.

"Fuma, apa yang kamu lihat?" tanya Leana.

"Hutan," jawab Fuma. "Kalau kita harus ke hutan, aku ... takut. Kalau enggak ada Zleth, aku ... dikerjai."

"Oh, kan ada dia." Anya menunjuk satu arah. Hanya udara kosong bagi Leana, tetapi ia tahu ada sesuatu di sana.

"Tapi, sama dia pun juga masih bisa diisengin, kan?" keluh Fuma.

Anya mengangguk kaku. Ia tentu masih ingat soal apa yang terjadi setelah ia kabur ke hutan. Ia terperanjat karena tiba-tiba Fuma bangkit dan berlari ke depan. "Hei! Ngapain?"

The WIPWhere stories live. Discover now