16. Malam

54 15 15
                                    

"Siapa yang tadi bilang mati lampu pas acara?!" Seruan jengkel terdengar. "Kejadian, kan!"

"Ih, ini kan udah selesai acara!"

"Jangan ribut!" seru Gerald.

"Jangan cengkeram pundakku," desis Anya.

Gerald buru-buru melepas tangannya. Ia sempat tak sadar siapa yang ada di sebelahnya tadi.

"Keluar, ah!" seru satu suara, diiringi langkah kaki seseorang, disusul langkah-langkah yang lain.

Tepat saat itu, lampu kembali menyala. Orang-orang saling berpandangan dan mengerjap.

"Ini beneran, kan?" tanya seseorang.

"Ya ... lampunya udah nyala lagi, tuh?"

"Tadi kenapa?"

"Korslet?"

Gerald menengadah. Lampu di ruangan besar itu tampak baik-baik saja. Semuanya aman terkendali, mestinya. Namun, ia merasakan sesuatu. Ia menoleh, mendapati Anya melihat ke arah yang sama dengannya.

Mereka melihat Leana yang tampak linglung dan bersandar ke tembok, dengan sebagian bajunya basah.

"Len?" tanya Anya.

"Uh ... ya?" Leana menggeleng, kaget. "Aku bengong, ya?"

Raut wajah Anya perlahan berubah khawatir. "Kok kamu bisa basah begini?"

"Oh, tadi ... aku ambil air buat nyiram dia." Leana menunjuk Gerald. "Terus mati lampu, kaget, gayungnya jatuh ... di mana tadi ya?"

Mereka mendapati gayung dan air yang berceceran tak jauh dari kamar mandi terdekat. Leana mengomel panjang-pendek saat mengambil gayungnya. "Gerry sih, lama banget disuruh bangun. Mana pake acara mati lampu segala. Kan jadinya aku yang harus beresin."

Gerald melirik Anya. "Nya, dia normal, kan?"

".... Apa itu normal?" balas Anya.

Gerald menggaruk kepalanya. "Eh, tapi ada satu hal yang mau kutanyakan. Sejak kapan kalian berdua manggil aku 'Gerry'?"

"Sejak kamu sering nongol tiba-tiba pas kita lagi ngobrol," jawab Anya. Ia tiba-tiba menunjuk sesuatu. "Lihat, Ger?"

"Apa ... tembok?" Gerald keheranan.

Anya menggeleng. Menghela napas, entah lega atau tambah keberatan. "Kalau begitu, apa kamu merasakan hal lain?"

"Apa, sih?" Gerald mendadak tegang.

"Ya sudah, kalau begitu." Anya menurunkan tangannya. "Terus, tadi kamu nanya soal Leana normal ... normalnya dia gimana? Dia emang sering ngomel, wajar aja bagiku."

"Soalnya, tadi dia bengong." Gerald menggaruk tengkuknya.

Anya melonjak. "Oh iya!" Ia berjalan menyusul Leana, meski sempat-sempatnya berbalik dan menatap Gerald tajam. "Kamu urus anak-anak yang lain! Pada parno gara-gara mati lampu."

Gerald mengangguk patuh. Bukan hanya ia, melainkan juga semua orang takluk jika Anya memberi perintah.

Anya mendapati Leana di kamar mandi, sedang mencuci wajah dengan rusuh.

"Nya, aku ngantuk-enggak ngantuk, deh. Bingung," ucap Leana sambil mengusap wajahnya dengan lengan jaket, lalu bercermin.

"Len, kamu tadi sempet bengong, ya?" tanya Anya. Nadanya prihatin.

Leana mengangguk. "Mati lampu bikin kaget. Lalu ... aku kayak mendengar suara." Leana menunduk tiba-tiba. "Suara yang familier ... yang biasa kudengar di mimpi. Terus aku takut, kayak sempet blackout ... tahu-tahu udah basah begini."

The WIPWhere stories live. Discover now