1. Fuma

122 23 22
                                    

Hari yang kacau.

Sejak tadi, Leana ingin mengeluh panjang-pendek. Seseorang di kelasnya sengaja mengorek dan mengumbar aibnya.

"Ada masalah apa, sih?!" Leana menggeram di kamarnya sambil menendang-nendang kasur. Ia malu. Lebih dari itu, ia merasa dikhianati, entah oleh siapa. Leana mencegah pikiran buruknya ke banyak orang. Jangan-jangan otaknya hanya satu. Mungkin, ada yang dendam padanya. Mungkin, ada yang benci padanya.

Pikiran Leana tertuju pada satu orang. Piyan. Anak itu jelas-jelas mengatakan soal permintaan maaf. Leana pernah bermasalah dengan anak itu soal hal remeh. Apakah Piyan sebegitunya jengkel, atau ia hanya cari perhatian?

Duh, dia sumbu pendek, ya?

Leana tak berani membuka grup kelas. Ia berharap tak ada yang membuatnya harus berurusan dengan teman-temannya. Yang ia buka hanya Instagram, aplikasi tempatnya mengobrol dengan Fuma.

Siapa itu Fuma?

Leana pertama mengenal anak itu sejak dua bulan lalu. Ia, yang memang hobi menggambar, sedang mencari ide di explore akunnya ketika salah satu karya Fuma muncul dan menarik minat Leana. Gambar sederhana sebenarnya, hanya sosok anak perempuan kecil dengan style chibi. Mengetahui Fuma dua tahun lebih muda membuat Leana agak iri. Fuma tidak sekolah, ia memang diarahkan untuk fokus menggambar sejak kecil. Fuma yang tadi tiba-tiba mengontaknya dan mengajak kolaborasi.

Fuma: Aku iseng-iseng ikut lomba webtun, gak nyangka bisa menang. Kontraknya sebulan sekali update, tapi aku keteteran kalau sendiri. Kak Len mau bantu?

Tentu saja aku mau! Leana langsung mengiakan meski baru dalam hatinya. Ia ragu. Leana, seorang anak akhir SMP yang sedang disibukkan ujian, tiba-tiba harus berurusan dengan kontrak?

Len: kenapa aku? Kan banyak artist lain yang lebih pro dan luang daripada aku.

Fuma: cuma Kakak yang masih seumuran sama aku. Lebih enak kerja sama orang yang ga awkward, kan?

Len: Fuma, aku mau ujian. Takutnya kamu sendiri malah ga kepegang.

Fuma: Aku udah bikin draf buat dua episode, dua bulan. Kak Len bantu lineart sama base color aja. Buat episode selanjutnya, Kak Len boleh ngusulin cerita.

Dua bulan?

Dua bulan lagi ia sudah selesai ujian. Mungkin, setelah itu, ia bisa lebih bebas membantu Fuma.

Draf yang diajukan Fuma menarik minat Leana. Sebuah komik bergenre fantasi yang tiap episodenya cukup panjang. Fuma meyakinkan Leana kalau ia tak perlu banyak bekerja. Ia berkata, yang penting Leana bersedia membantunya.

Akhirnya, Leana setuju setelah Fuma menunjukkan platform webtun dan bayaran yang didapat. Memang UUD. Ujung-ujungnya duit.

Len: tapi aku progresnya lambat, terutama kalau pekan ujian. Gapapa, ya.

Leana merasa Fuma begitu senang. Anak itu jarang-jarang mengetik kalimat panjang. Tipikal anak yang tertutup. Malu-malu tapi antusias.

Mengobrol dengan Fuma beberapa lama membuat Leana melupakan masalahnya sejenak. Ia mulai merangkai rencana untuk ke depannya.

"Masuk sekolah negeri, sesuai permintaan ortu," gumam Leana. "Kalau gagal … Bapak kasih opsi sekolah swasta, tapi bayarannya mahal. Aku disuruh bayar sendiri, pasti! Ya sudah, aku nabung buat SMA aja."

Tidak hanya sebatas SMA yang Leana pikirkan. Ia membayangkan dirinya mengambil jurusan DKV saat kuliah. Pasti menyenangkan, tak perlu memikirkan IPA dan IPS yang sudah membuatnya pening selama ini.

The WIPWhere stories live. Discover now