Alis gue berkerut. "Excuse me?" bingung gue.

That's Yuta, y'all. Gue bingung kenapa dia bisa tiba-tiba disini karna gue gak ngerasa minta dijemput Yuta. Udah gitu dia gak pake pakaian formal kayak biasanya. Yuta cuma pake celana cargo hitam, kaos putih polos, jaket hitam, dan sneakers putih, persis kayak mau olahraga.

"Kenapa nomor kamu gak aktif?" tanya Yuta ke gue alisnya nyatu sebal.

Mata Yuku ngode ke gue seolah-olah lagi nanya siapa cowo random yang tiba-tiba datang itu. Gue ternganga sebentar, bingung mau jawab apa, sebelum akhirnya gue berdiri dari kursi dan ngenalin Yuta ke Yuku.

Gue senyum canggung. "Yuku, ini Nakamoto Yuta." perkenalan gue.

Yuta cuma masukin kedua tangannya ke dalam saku celana dan natap Yuku dengan tatapan yang sama sekali gak bersahabat. Ini kalo Yuku adalah Giselle udah pasti dia bakal ngacir pulang. Emang setakut itu Giselle sama Yuta padahal Yuta gak ngapa-ngapain dia.

Waktu gue ngenalin Yuta, Yuku langsung berdiri dan senyum ramah. "Ah, om nya Rui ya?" tanyanya basa basi sebelum dia ngejulurin tangannya. "Saya Amanuma Yuku. Nice to meet you, Om." ucap Yuku.

"Well i'm not." respon ketus Yuta, mengabaikan ajakan jaba tangan Yuku.

Gue langsung melototin Yuta. Kalo dia emang gak suka, seenggaknya jangan ditunjukin sejelas ini juga. Bener-bener orang ini gak ada santun-santunnya sama sekali!

Gue nyubit tangannya sebelum gue ngeluarin sebelah tangan Yuta dari saku celana dan ngarahin tangannya buat ngejaba tangan Yuku.

Gue ketawa canggung. "Hahaha dia emang suka bercanda." ujar gue sambil ngegoyang-goyangin tangan Yuta yang lagi gue kontrol untuk ngejaba tangan Yuku.

Gue berusaha netralin suasana yang jadi gak enak banget karna Yuta. Tapi gak berhasil. Terbukti, Yuku cuma ngangguk-angguk dan ikutan ketawa canggung yang terkesan dipaksakan sebelum ngelepasin jabaan tangan mereka.

"Ayo pulang." ajak Yuta tanpa basa basi.

"Tugasnya belum selesai."

Yuta langsung natap Yuku dengan tatapan yang mengintimindasi. "Is that so?" tanya Yuta dengan serius.

Percayalah, gak ada yang bakal tahan sama intimindasi Yuta. Terbukti, Yuku langsung terbujur kaku, matanya fokus ke Yuta tapi gelagatnya jelas nunjukin kalo dia gak nyaman, matanya beberapakali berkedip dan lehernya bergerak karna dia neguk liurnya.

"Banyak cara untuk nyelesaiin tugas kuliah. You don't have to meet in person. Iyakan, Yuku?" sarkas Yuta, masih dengan tatapan yang sama.

Yuku langsung ketawa canggung, dia langsung natap gue, kelihatan jelas kalo dia takut sama Yuta. "Hahaha iya bener, lagian udah malam juga, ada baiknya lo pulang aja, Rui. Nanti biar gue kirim file-nya ke lo."

Here we go again.

•••••

Gue noleh ke Yuta yang lagi nyetir mobil. "Why so harsh?" tanya gue dengan alis yang nyaris bertautan.

"First of all, i'm not harsh." belanya, tatapannya lurus ke depan, merhatiin jalanan.

"You feared him!"

"Fear is used to control everyone, Rui."

Gue berdecih dan ngebuang muka ke arah lain. Sekarang gue ngerti darimana Yuta dapat label sangarnya. Dia mengintimindasi dan memanipulasi pikiran orang-orang, bener-bener gak mau kalah.

"Terus juga, tumben banget kamu nyetir. Biasanya juga pake supir." celetuk gue.

"Tadi saya panik. Pas ponsel kamu mati saya kira kenapa-napa."

Guns & Yuta ✓Where stories live. Discover now