31. lahiran

36.4K 2.8K 118
                                    

Fathan termenung di balkon kamarnya, dengan ditemani secangkir kopi dan sepiring biskuit.

Sudah empat bulan Aisy kembali ke rumah. Semua orang tentu sangat senang, apalagi keluarganya yang sangat posesif terhadap Aisy. Itu mereka lakukan karena saat kehamilan Aisy sampai lima bulan, mereka tidak pernah melakukan apapun untuk ibu hamil itu.

Tak jauh berbeda, keempat sahabat Aisy juga sangat bahagia atas kembalinya Aisy. Tapi saat pertama kali Aisy datang, bukannya berpelukan mereka malah menghadiahi jitakan di kepala Aisy.

Sedangkan Gilang? Bocah lelaki itu menangis saat tahu jika Aisy akan pulang, apalagi bersama Fathan. Sedangkan Fathan malah menggoda Gilang dan membuat bocah itu memilih masuk ke Pesantren.

Fathan mendengus dengan keputusan Gilang. Apalagi ia mengingat dengan jelas saat Gilang melamar Aisy di depannya.

"Kakak cantik mau kan jadi istri Gilang"

"Heh!"

Fathan melototkan matanya ke Gilang, sedangkan Gilang memilih acuh dan menatap Aisy menunggu jawaban.

"Jadi istri?" Tanya Aisy dengan wajah terkejut.

"Iya. Mau kan jadi istri Gilang"

Fathan semakin melototkan matanya. Ia tidak habis pikir dengan pemikiran bocah yang ia pangku sekarang. Bisa-bisanya dia melamar Aisy didepannya, yang notabenenya adalah suami sah Aisy.

"Kenapa Gilang mau kalau kakak jadi istri Gilang?"

"Biar kakak selalu dekat sama Gilang. Gak sama om-om serem ini" ucap Gilang menunjuk Fathan.

"Gak sopan banget kamu sama yang lebih tua" ucap Fathan yang tak dihiraukan oleh Gilang.

"Gilang, dengar kakak baik-baik. Bukannya kakak gak mau dekat sama kamu. Tapi kakak sudah punya suami. Gilang bisa kok selalu dekat sama kakak" ucap Aisy memberi pengertian.

Gilang menekuk wajahnya sedih. Lalu terlintas sebuah ide di kepalanya.

"Kalau begitu Gilang masuk Pesantren yang sama seperti kakak"

"Gak boleh!"

Gilang menatap Fathan tajam. "Kenapa Om melarang? Suka-suka Gilang lah mau mondok kemana saja" ucap Gilang tak suka.

"Gak boleh. Kalau mondok itu harus mandiri, gak boleh manja. Apalagi disana pasti banyak yang ganggu kamu"

Aisy menepuk paha suaminya kuat. "Gak usah nakutin Gilang"

Aisy menatap Gilang lembut. "Gilang boleh kok mondok di tempat kakak. Tapi disana, Gilang harus mandiri"

"Hati-hati. Disana banyak setan"

"Mas!!" Teriaknya sambil menjewer telinga suaminya itu.

"Mas"

Lamunan Fathan terbuyar saat telinganya mendengar suara lembut isterinya dan membuatnya tersenyum. Aisy berdiri di depan Fathan, memandang pesantren dari balkon kamarnya.

Fathan memeluk Aisy dari belakang dan menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Aisy. Sedangkan sang empu terdiam nyaman dengan pelukan suaminya dan menyandarkan kepalanya di dadanya.

Mereka berdua menikmati pemandangan dengan saling berpelukan, tanpa berniat untuk melepaskan pelukannya.

"Mas maunya anak laki-laki atau perempuan?" Tanya Aisy memecah keheningan.

"Terserah. Yang penting sehat"

Mereka berdua terus menikmati momen seperti ini, tanpa menyadari jika Gilang tengah menatap mereka dengan tajam. Ah ralat... lebih tepatnya hanya Fathan.

GUS & NING (END) Where stories live. Discover now