12. Pernikahan

34.7K 3.2K 126
                                    

Tepat hari ini adalah pernikahan Aisy dan Fathan diselenggarakan. Setelah membaca surat wasiat itu pernikahan diadakan satu bulan berikutnya.

Pernikahan diadakan di Pesantren keluarga Aisy. Banyak orang yang antusias dan beberapa media yang menyorot Pernikahan mereka.Bahkan semua Santri juga ikut menghadiri pernikahan ini.

Zahra juga ikut menyaksikan pernikahan Aisy karena paksaan dari Aisy. Zahra sendiri dijemput oleh orang suruhan keluarga Aisy.

Amel, Dinda dan Zahra duduk di belakang Abiel. Ada sedikit tidak rela dihati mereka bertiga jika Aisy menikah terlebih dulu. Karena pasti Aisy akan jarang memilih waktu untuk mereka bertiga.

Sedangkan Abiel sendiri masih belum rela jika harus melepaskan adiknya. Ia senang masih belum yakin dan percaya kepada Fathan. Terlebih lagi Fathan pernah membentak adiknya dulu dan memberikan Aisy menangis.

Pernikahan dimulai setengah jam lagi. Amel, Dinda dan Zahra berinisiatif untuk pergi ke kamar Aisy. Mereka pun masuk setelah mengetuk pintu.

Mereka menganga melihat Aisy. Bagaimanapun tidak? Aisy terlihat cantik dengan makeup natural dan memakai gaun pengantin berwarna putih dengan hijab berwarna senada pula. Jangan lupakan mahkota yang berada dikepalanya.

Benar-benar terlihat seperti seorang Putri. Mereka mendekat dan mengamati wajah Aisy. Aisy yang ditatap seperti itu menjadi risih.

"Kenapa?" Tanya Aisy ketus.

"Calon pengantin gak boleh galak begitu. Nanti Gus Fathan kabur lho" ucap Dinda menggoda Aisy.

Aisy memutar bola matanya malas saat Dinda menyebut nama Fathan. Ia sendiri masih belum yakin jika Fathan memang imam yang baik untuknya. Tapi bagaimanapun ia harus melaksanakan pernikahan ini karena ini adalah wasiat Kakeknya.

Amel yang mengerti perasaan Aisy langsung menggenggam tangan Aisy. Dapat ia lihat keraguan Dimata Aisy.

"Aku tau kamu belum siap untuk nikah muda. Apalagi kamu nikah sama orang yang kamu hindari. Tapi bagaimanapun kamu harus menerima kenyataan...

Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri. Tanggung jawab kamu juga menambah. Turuti apa perintah suami kamu nanti selagi masih dijalan kebaikan...

Meskipun kamu belum mencintai Gus Fathan, tapi mulai sekarang kamu harus membuka hati kamu untuk dia" nasehat Amel.

Inilah sifat Amel. Ia selalu bisa memberikan nasehat kepada orang lain dengan jelas. Aisy bersyukur karena mempunyai sahabat yang bisa memberi arahan baik kepadanya.

Dinda dan Zahra tersenyum bangga melihat Amel yang bersifat dewasa. Amel itu bagaikan ibu yang menjaga anak-anaknya dengan baik. Siapapun kelak yang menjadi suami Amel pasti akan merasa bahagia.

Aisy merentangkan tangannya dan mereka bertiga langsung berpelukan. Ditengah-tengah momen, pintu dibuka tanpa diketuk yang membuat mereka melepaskan pelukannya.

Ternyata Abiel yang masuk kedalam. Abiel dan Dinda saling melempar pandang. Satu fakta yang perlu diketahui jika Abiel dan Dinda bertemu pasti akan membuat keributan.

Hal ini karena saat kecil Abiel selalu merusak barang-barang Dinda. Padahal Abiel tidak sengaja melakukan itu. Dinda tidak percaya dengan alasan Abiel. Masa iya selalu tidak sengaja merusak barangnya.

"Dasar perusak momen" celetuk Dinda sinis.

"Suka-suka lah" jawab Abiel tak kalah sinis.

Aisy dan Amel sudah jengah dengan Abiel dan Dinda. Mereka sudah hafal bagaimana jadinya jika Abiel dan Dinda bertemu. Berbeda dengan Zahra yang canggung.

GUS & NING (END) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt