16. Full Time

31.3K 2.9K 36
                                    

Sinar mentari sudah mulai terbit. Tapi itu tidak membuat dua insan yang tertidur terganggu sama sekali. Siapa lagi kalau bukan Aisy dan Fathan. Mereka tidur dengan posisi berpelukan dengan Aisy yang menyembunyikan kepalanya di dada bidang Fathan.

Setelah Sholat Subuh tadi mereka memilih untuk tidur kembali karena Aisy yang mengeluh dan merasakan pusing. Fathan sendiri memilih untuk Sholat di kamar bersama Aisy. Ia tidak mau meninggalkan Aisy sedetikpun.

Perlahan sinar mentari mulai masuk melalui celah-celah gorden membuat Fathan terbangun. Ia mengerjapkan matanya sebentar lalu menoleh ke samping dan mendapati Aisy yang masih tidur di pelukannya.

Fathan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Hari ini ia sengaja mengosongkan waktunya dan izin mengajar untuk menjaga Aisy.

Ia mengecek suhu tubuh Aisy yang mulai menurun. Kemarin malam, tubuh Aisy terasa sangat panas membuat Fathan khawatir.

Fathan mulai bangkit dengan perlahan agar tidak membangunkan Aisy. Ia mengangkat kepala Aisy dengan hati-hati dan membenarkan posisi tidur Aisy menjadi lebih nyaman lalu mandi.

Tak butuh waktu lama, Fathan keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Pandangannya tertuju kepada Aisy yang masih tertidur lelap. Segera ia memakai bajunya.

Lalu ia menghampiri Aisy untuk membangunkannya. Karena bagaimanapun Aisy harus sarapan dan meminum obatnya. Fathan mengusap pipi Aisy dengan pelan.

"Aisy..."

Perlahan Aisy membuka matanya. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah tampan Fathan yang tersenyum dengan rambutnya yang masih basah. Aisy berusaha untuk duduk dengan Fathan yang membantu. Aisy menyenderkan kepalanya di kepala ranjang.

"Sarapan dulu. Terus minum obat" ucap Fathan. Aisy mengangguk lemas.

"Mau mandi?" Tanya Fathan. Aisy lagi-lagi mengangguk.

"Saya siapkan air hangat dulu" ucap Fathan.

Aisy langsung menatap Fathan ragu. Seharusnya ia yang menyiapkan keperluan Fathan karena itu adalah tugasnya sebagai seorang istri. Bukan Fathan yang menyiapkan segala keperluannya sekarang.

Fathan mulai masuk ke kamar mandi untuk mengisi bathub dengan air hangat. Lalu ia menghampiri Aisy yang duduk di sofa.

"Sudah saya siapkan air hangat" ucap Fathan.

Saat Aisy ingin berdiri, Fathan justru mencegahnya. Aisy memandang Fathan dengan satu alisnya yang terangkat dan menatap Fathan dengan tatapan bertanya. Fathan ragu untuk bicara maksud tujuannya kepada Aisy.

"Hijab kamu boleh saya buka?" Tanya Fathan ragu.

Aisy terdiam sesaat sebelum akhirnya mengangguk. Fathan tersenyum dan mulai membuka hijab Aisy. Lalu terlihatlah rambut Aisy yang masih terikat. Fathan menatap Aisy meminta izin untuk melepasnya. Lagi-lagi Aisy mengangguk.

Fathan mulai membuka ikatannya dan terlihat rambut panjang Aisy yang berwarna hitam alami. Aisy menegang kala Fathan mengelus rambutnya lembut. Perlahan Fathan mendekat ke wajah Aisy.

Cup

Tubuh Aisy terasa kaku bagai batu saat Fathan mencium keningnya. Pipinya seketika memanas membuat Fathan terkekeh melihatnya.

"Mandi, gih!" Titah Fathan lalu melengos pergi.

Aisy langsung berdiri dan mengambil pakaiannya lalu pergi ke kamar mandi. Ia lihat bathub sudah terisi penuh. Fathan benar-benar memperlakukannya seperti seorang Ratu.

Sedangkan dibawah, Fathan mengambil sarapan untuk Aisy. Sehabis keluar kamar, Fathan terus tersenyum membuat keluarganya terheran-heran. Apalagi Fatur yang sudah berpikiran bahwa Fathan sudah gila.

GUS & NING (END) Where stories live. Discover now