07. UAS

29.4K 3K 51
                                    

Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan. Sudah terhitung empat bulan Aisy,Amel dan Dinda pindah Pesantren. Dan seminggu yang lalu sudah diingatkan bahwa Minggu depan adalah pelaksanaan UAS.

Aisy dan ketiga sahabatnya belajar keras agar mendapat nilai yang maksimal dan bisa membuat keluarga mereka bahagia juga.

Apalagi Aisy,Amel dan Dinda. Meskipun mereka masih kecewa dengan keluarganya,tapi mereka tetap tidak ingin membuat keluarga malu. Mereka ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa mereka tetap menjadi anak yang pintar seperti dulu meskipun keluarganya masih tidak percaya dengan kejadian yang menimpa Aisy dkk beberapa bulan yang lalu.

Ruangan empat gadis itu pun berbeda-beda. Aisy yang di ruang kelas 1, Amel di ruang kelas 2, Dinda dan Zahra berada di ruang kelas 3. Mereka berempat tak mempermasalahkan jika tidak satu ruangan. Yang penting mereka kebagian tempat.

Dan ada satu hal yang membuat heboh Pesantren. Yaitu Fathan yang ikut andil untuk menjadi pengawas di kelas Aisy. Sebelumnya Fathan ogah-ogahan menjadi pengawas meskipun Umi memaksa.

Tapi ini? Bahkan Fathan yang mengajukan diri untuk menjadi pengawas. Umi pun sangat setuju dan menempatkan Fathan di kelas Santriwan. Tapi Fathan tentu menolak itu dan meminta Umi menempatkannya di ruangan Aisy.

Fathan terus memaksa Umi tapi tetap saja Umi tidak menyetujuinya. Fathan pun merajuk dan bilang akan mogok makan sampai ia di tempatkan di ruangan Aisy. Awalnya keluarganya tidak percaya. Tapi setelah melihat Fathan yang masuk angin karena perutnya yang belum terisi apa-apa barulah keluarganya percaya. Umi pun akhirnya menempatkan Fathan di ruang kelas Aisy.

Flashback on

Beberapa hari sebelum UAS Fathan menemui Ibunda tercintanya untuk meminta satu hal yang tidak pernah ia minta sebelumnya.

Apalagi kalau bukan menjadi guru pengawas. Tapi Fathan hanya menjadi pengawas di ruangan kelas Aisy.

Fathan melihat Umi tercintanya duduk di bangku teras rumah bersama Abi nya. Ia pun menghampiri kedua orangtuanya.

"Assalamualaikum Umi, Abi"

"Wassalamu'alaikum"

"Ono opo to? Tumben banget kamu kesini?" Tanya Abi Fathan.

Tentu saja kedua orangtuanya sudah hafal dengan sifat anak bungsunya itu. Fathan jarang sekali berbicara dengan siapapun di depan teras rumah jika tidak di suruh.

"Umi. Fathan mau jadi guru pengawas" ucap Fathan tanpa menjawab pertanyaan Abi nya.

Kedua orangtuanya terkejut bahkan Akangnya yang tidak sengaja lewat juga ikut terkejut. Sesuatu hal yang baru pertama kali mereka lihat bahwa Fathan meminta sendiri untuk menjadi pengawas.

Terbentur apa kepalanya?

Itulah yang dipikirkan oleh keluarganya.

"Serius kamu. Dulu Umi selalu maksa kamu tapi kamu tetap gak mau. Lah sekarang kamu minta sendiri mau jadi guru pengawas. Kamu sehatkan?" Cerocos Akangnya.

"Alhamdulillah sehat kok" jawab Fathan sambil tersenyum.

"Wes wes. Alhamdulillah kalau begitu. Kamu bakal Umi tempatin di kelas Santriwan" balas Umi.

Senyum hangat yang terpatri di wajah Fathan pun pudar dan digantikan dengan wajah datar Fathan. Ia tidak setuju jika ditempatkan di kelas Santriwan karena ia mau menjadi guru pengawas di kelas Aisy.

"Kenapa gak di kelasnya Aisy Umi?" Tanya Fathan dengan wajah yang di tekuk.

"Emang kenapa toh? Kan sama aja" sahut Abi nya.

GUS & NING (END) Where stories live. Discover now