19. Diri yang Lain

En başından başla
                                    

"Iya ... Ger, Leana bisa mendengarmu. Ngomong langsung aja kan bisa," sahut Anya.

"Eh, iyakah?" Gerald tampak linglung.

"Kamu jadi mau ngomong?" Malah Anya yang kesal.

"Enggak ... aku lupa mau ngomong apa." Gerald masih kelihatan tegang. "Leana ... apa yang terjadi? Kok bisa enggak berwujud begitu?"

"Enggak tahu," sahut Anya. "Len, kamu tahu kenapa?"

Leana ragu. Ia ingin menjawab tahu, tetapi semuanya pun masih abstrak untuknya. "Nya, kalau kubilang ini ada hubungannya sama Zleth ... kamu percaya?"

Alis Anya bertaut. "Aku lebih percaya kalau kamu bilang ini ada hubungannya sama Fuma. Jangan bawa-bawa makhluk fiktif."

"Fuma siapa?" sambar Gerald.

"Bukan siapa-siapa," sahut Anya ketus.

"Nya, kamu dari tadi jutek banget ke aku," keluh Gerald.

"Kapan aku enggak jutek?"

Gerald bungkam. Ia baru bereaksi ketika seseorang memanggilnya dan mengatakan sarapan sudah siap. Ia berlalu setelah menghabiskan tehnya dan mengangguk pada Anya.

Sarapan berlalu sesuai jadwal. Setelah itu, semua orang seperti kehilangan pegangan. Linglung, tak tahu mau melakukan apa.

"Ger, aku enggak bakal jadi orang jahat kan?" tanya Anya tiba-tiba.

Gerald kaget mendengarnya. "Apa maksudmu?"

"Itu, aku ... aku sarankan, semua harus berjalan sesuai jadwal," ujar Anya. "Dan sebagian panitia coba cari jalan keluar, tapi jangan jauh-jauh. Hutannya lebat dan berkabut."

"Semua udah tahu kalau gerbangnya hilang?" tanya Leana.

"Udah. Tadi pagi pas kamu ngilang, kami coba sampaikan," jawab Anya.

"Uh ... coba aku bisa dengar Leana juga," keluh Gerald.

"Enggak ada efeknya ke hidupmu," sahut Anya disambut kikikan Leana.

Gerald mendengkus, lalu ekspresinya kembali normal. Tampaknya, mengobrol dengan Anya membuat kewarasannya kembali. "Nya, menurutmu, gimana caranya sebagian orang mau dan bisa menjelajah hutan?"

"Harus ada yang mau," sahut Anya. "Kalau enggak ada ... mau aku aja?"

"Jangan!" Leana dan Gerald sama-sama berseru.

"Kenapa?"

"Aku enggak mau ke hutan dulu! Seram! Mending cari tahu soal Fuma di sini ... di ruangan itu!" seru Leana.

"Aku ... butuh kamu buat temen diskusi di sini," gumam Gerald sambil menggaruk tengkuknya.

Anya tersenyum kecil. Wajahnya yang kacau tampak sedikit membaik. "Ger, kamu enggak ngobrol sama panitia yang lain? Roy, misalnya?"

"Ngobrol, kok. Cuma, ya ... dia buntu banget soal ginian." Gerald tampak merenung. "Tapi mungkin dia mau jadi tim pencari bantuan."

"Ya sudah, umumkan sekarang," sahut Anya. "Jangan lupa minta bantuan PJ acara. Aku di sini cuma ... bantu cari solusi aja."

"Siap!"

Anya sendiri ragu apakah ia bisa memberikan solusi atau tidak. Ia duduk di barisan anak-anak lain, tetapi paling pinggir. Leana "duduk" di luar barisan, turut menyimak. Sementara Gerald di depan, menyampaikan hasil diskusi tadi sekaligus meminta pendapat panitia dan semuanya. Tampaknya, semua orang masih terlalu syok untuk memprotes atau apa pun. Semuanya menurut.

The WIPHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin