. bab xiv : sebuah fakta

626 83 0
                                    


Keduanya berhenti didepan sebuah gedung tua yang cukup terawat. Bulunya sudah basah kuyup karna terkena hujan deras sejak mereka ada di tengah hutan. Serigala yang lebih kecil menggerakkan badannya berusaha mengeringkan bulunya sedangkan yang lebih tua sudah berubah ke wujud manusianya.

Cipratan air dari serigala kecil itu mengenai yang lebih tua membuat ayah dari si serigala kecil tadi hanya tertawa pelan.

"Bulu mu tidak akan kering secepat itu junius, lebih baik ayo masuk kedalam."

Bocah itu mengikuti perkataan sang ayah dan masuk kedalam. Hanya sebuah ruangan luas yang diisi oleh perlengkapan latihan. Sanggrada menatap putranya.

"Ini tempat latihan ku dan pamanmu minjiro saat dia belum bisa pulang ke kastil."

Bocah itu memeluk sang ayah dan merasa tubuhnya sedikit hangat.

Brak! Grrr

Sanggrada mengusap rambut junius pelan. Sebelum menghadap kearah pintu ruangan.

"Memang harusnya kupasang pengaman di sekitar area gedung ini...junius, fokus dan jangan sampai ada rogue yang mendekati mu. Mengerti?"

"Wahh ku kira hanya ada bocah disini, ternyata kau disini juga? Alpha sanggrada yang terhormat?"

Sanggrada rasa dia ingat suara siapa yang menyapanya ini. Mate raven, pemuda desa yang ikut dalam pengkhianatan yang dilakukan raven 10 tahun yang lalu.

"Dendam padaku karna membunuh matemu?"

Pemuda itu tertawa. Junius mengeratkan pelukannya pada sanggrada.bocah itu ketakutan.

"Kau membuat hidupku tidak tenang sanggrada...KENAPA KAU TIDAK MELEPAS- ughh!"

Sanggrada terdiam. Siapa yang menyerang mate raven sedangkan dirinya hanya diam. Matanya melirik junius dan menemukan manik kecoklatan putranya sudah berubah menjadi biru terang.

"Kau...jangan menyalahkan daddy...dia hanya membunuh seseorang yang menganggu wilayahnya...dan kau juga menganggu...juni ingin membunuhmu."

Badan mate raven terhempas cukup jauh. Badan junius melemah dan jatuh begitu saja. Sanggrada memeluk putranya.

"Dia terlalu banyak mengeluarkan energi...ck! omega sialan itu."

Tidak peduli dengan keadaan mate raven, sanggrada langsung menggendong putranya kembali ke kastil.

"Apa yang terjadi padanya?"

Sanggrada terduduk didepan kamar sang putra. Minjiro dan yusangga ada disana juga sang mate dan anak"nya.

"Ada penyerangan yang dilakukan mate raven tadi. yang membuatku heran tiba-tiba saja mata junius berubah menjadi warna biru terang dan...dia tidak terlihat seperti junius putraku.."

Yusangga menatap sanggrada dengan tatapan heran.

"Bukan kah ini sama seperti yang kau alami?"

Sanggrada menggeleng pelan.

"Tidak. Saat itu aku menandai woo makanya aku bisa mengaktifkan nya. Tapi bagaimana junius bisa melakukan itu bahkan saat usianya baru menginjak 7 tahun?"

Cklek

Semuanya menoleh ke pintu dan menemukan tabib hanya tersenyum tipis.

"Alpha sanggrada bisa kita bicara berdua? Ada yang harus saya sampaikan."

"Tuan muda junius memiliki suatu kelainan. Ini cukup berbahaya jika emosi tuan muda tidak stabil. Dia bisa menghancurkan apa saja jika tidak dikendalikan, kasus yang sama seperti alpha gavriel."

Sanggrada hanya mengangguk pelan lalu menatap putranya yang terbaring diatas ranjang.

"Anak itu sangat cengeng, aku yakin dia tidak akan mudah marah. Aku akan mendiskusikan ini dengan yang lain, kau boleh pergi."

Tabib itu keluar dari ruangan dan menutup pintu. Sanggrada menghela nafas kasar sebelum mendudukan dirinya di balkon kamar.

"Apa yang terjadi?"

Minjiro mendudukkan dirinya dipembatas balkon dan yusangga duduk di dahan pohon didepan balkon.

"Haruskah kita mengurungnya seperti kakek mengurung ayah?"

"Bukankah itu beresiko? Dia akan lebih mudah marah."

"Yusangga benar, lebih baik kita tetap membiarkannya seperti biasa. Setidaknya jika dia lepas kendali ada kau bersamanya."

Sanggrada hanya terdiam dan masih menatap kearah langit. Apa dia harus mengurung putranya...atau tidak?

. sempiternal - sanwoo//woosan ; endNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ