65 - Badai Pasti Berlalu

397 82 14
                                    

Yoongi dan Ye Ji masuk keruang rawat So Hyun setelah menyelesaikan perbincangannya dengan Namjoon dan Taehyung. Melihat itu, Jungkook segera undur diri, memberikan waktu untuk mereka bicara.

Yoongi segera merengkuh tubuh mungil adiknya masuk kedalam pelukan. Erat, sangat erat.

"Oppa?.. Kenapa bisa disini?" Tanya So Hyun yang masih terkejut dengan kehadiran sang kakak yang tak disangkanya,

"Apa maksudmu? Aku tentu harus ada disini. Aku tak mau lagi meninggalkan mu di kondisi seperti ini." Pelukan itu tak terlepas.

"Maafkan aku oppa, maaf karena membuatmu khawatir."

"Ani-ya, musun soriya? Kau adikku, So. Jangan bicara begitu. Kalau terjadi hal buruk padamu aku akan merutuki diriku sendiri seumur hidup." Yoongi melepaskan pelukannya, memberi jarak agar dia bisa melihat wajah lelah sang adik, mengelus wajah dan surai yang lebih muda penuh sayang.

"Bagaimana perasaanmu, hm?"

"Aku tak apa. Hanya-- sedikit terkejut mungkin." Wanita itu tersenyum, memang kali ini So Hyun terlihat lebih hidup dari sebelumnya.

"Oppa.."

"Hm?"

"Jangan marah pada Taehyung, ne?"

Si sulung terperanjat, membeku mendengar penuturan sang adik. Sungguh permintaan itu tak terbesit sedikitpun dalam benak Yoongi. Dia pikir So Hyun akan sama terpuruknya seperti dulu. Ya, itu yang ada dalam pikirannya selama ini.

"Kau-- tak marah padanya?" Tanya Yoongi dengan dahi berkerut,

"Marah, tentu. Aku juga kesal, ingin sekali memukulinya. Tapi-- entah kenapa kali ini meninggalkannya adalah hal terakhir yang kupikirkan, tak seperti dulu. Aku tak bisa membencinya oppa, dia sudah terlalu melekat dalam diriku, ditambah dengan kehadiran anak ini. Aku tak bisa membawa perasaan benci itu ikut dirasakan olehnya kan? Bagaimanapun Taehyung adalah ayahnya."

Tak tahan lagi, runtuh sudah. Yoongi menitihkan air matanya. Bagaimana bisa dia melewatkan ini? Melewatkan bahwa adiknya sudah sangat banyak berubah, bahkan lebih kuat dari terkahir kali dia tahu. Bagaimana So Hyun bisa jauh lebih tegar dari dirinya? Perlukah dia bersyukur? Atau tetap merasa khawatir?

So Hyun menghapusi bulir yang membasahi pipi pucat sang kakak, tersenyum begitu manisnya. Dia bisa merasakan kasih sayang dan  kekhawatiran yang kuat dari pria itu, untuknya.

"Jangan menangis, oppa"

"Kenapa hatimu bisa sekuat ini, So? Kau yakin kau baik-baik saja?"

Lagi, yang lebih muda tersenyum penuh arti.
"Aku-- hanya tak ingin mengulangi kesalahan yang lalu, oppa. Aku mencintai Taehyung. Aku tak ingin memisahkan anak ini darinya. Bolehkah? Bolehkah aku menaruh harap dan tetap percaya padanya? Menaruh harap kalau ini semua akan baik-baik saja. Kami bisa melewatinya kan, oppa?" Mata si manis berkaca. Membuat Yoongi semakin terisak, namun kepalanya mengangguk paham, kembali memeluk tubuh So Hyun, mencoba mencuri sedikit kekuatan dan mencari ketenangan jiwanya disana.

"Kalian akan baik-baik saja. Kalian akan terus bersama, aku berjanji." Yakin Yoongi.

Ye Ji yang sedari tadi berdiri dibelakang sang kekasih bisa merasakan sekuat apa ikatan diantara saudara itu, mereka saling mencintai dan perduli. Tentu saja, mereka saudara, satu darah.
.
.
.

"So Hyun ingin bicara denganmu" Ucap si pria pucat pada adik iparnya, Taehyung tertegun sebentar dan segera bangkit dari duduknya, masuk keruang rawat sang istri setelah melirik sebentar pada Namjoon yang memberi anggukan kecil.

Sepeninggal Taehyung, Yoongi menatap Namjoon lekat.

"Ada apa hyung?" Tanya Namjoon saat menyadari tatapan tak biasa dari yang lebih tua,

Betwēn (Between) [END]Where stories live. Discover now