43 - Masing-Masing Kerisauan

434 90 16
                                    

"Dia gila, So!" Maki Sungjae tiba-tiba, membuat satu-satunya wanita yang ada didekatnya terkejut,

"Huh?" So Hyun mengernyit,

"Pria itu! Jeon Jungkook! Dia masih gila! Kenapa kau terus berhubungan dengannya, So?! Dia itu ancaman!" Pria itu terus mengomel sembari fokus dengan kemudinya.

"Tak ada yang mau seperti ini Jae. Tapi dia bos ku sekarang, kau lupa?"

"Aish! Sial. Berhenti bekerja, So! Lagipula kau sedang hamil, dan akan segera menikah. Untuk apa bekerja? Taehyung lebih dari mampu untuk membiayai mu"

So Hyun menghela nafas, menatap pria yang tengah duduk disebelahnya. Mereka sedang diperjalanan pulang dari rumah sakit.

"Kau tahu bagaimana aku Jae, aku tak bisa hanya duduk saja seperti orang lumpuh."

"Tak ada yang menyuruhmu seperti itu, So. Kalau kau sangat senang bekerja bukalah usaha sendiri, cafe? Butik? Restauran? Apapun. Asal jangan bekerja bersama orang itu. Eoh?"

"Kau terdengar seperti Taehyung, Jae."

"Eoh! Aku tak keberatan sekalipun kau bilang begitu. Aku pasti akan memaksamu berhenti sejak hari pertama, kalau jadi dia."

"Aku punya kontrak, Sungjae-ya. Kau kan juga punya perusahaan, pasti mengerti apa maksudku"

"Eish! Sial sekali."

"Kau mengataiku??"

"Ani-ya! Bukan kau. Bodoh ya?!"

"Oh? Lalu apa barusan? Kau mau mati ya?"

"Hiss! Berapa lama kontrak pertamamu? 6 bulan? 1 tahun?"

"6 bulan."

"Gila, masih ada 4 bulan lebih lagi."

"Tenanglah, Jae. Jungkook tak akan membunuhku." So Hyun terus berusaha menimpali sahabatnya setenang mungkin. Sedang si pria masih sangat berapi-api untuk memaki.

"Dia gila, So! Dia masih menginginkanmu!"

So Hyun menghela nafasnya lagi, menyandarkan duduknya, mencari kenyamanan.

"Bisakah tak membahas ini sebentar? Pikiranku lelah. Asal kau tahu, aku juga sedang dan selalu memikirkan bagaimana baiknya. Aku sedang berusaha menyelesaikan ini, Jae. Aku tak bisa terus lari darinya."

"Kau yakin dia bisa diajak bicara baik-baik?"

"Dia tak sejahat itu, Jae. Aku tahu."

Ucapan So Hyun terdengar lirih ditelinga Sungjae, meskipun itu sebuah kalimat yang menggambarkan keyakinan, entah kenapa malah terdengar seperti pernyataan keputusasaan. Wanita itu menghindari kontak mata dengan sahabatnya, lebih memilih memandangi jalan di luar jendela mobil.

"Itu juga salahku, Jae. Jungkook hanya belum bisa menerimanya-- kalau saja waktu itu aku menyelesaikan ini baik-baik dengannya, mungkin takkan ada masalah serumit ini. Aku lelah, dia lelah. Kami sama-sama tersakiti. Sebenarnya aku kasihan padanya, dia-- seperti masih berlari berputar di masa lalu. Kurasa Irene mengerti benar hal itu, mungkin itu salah satu sebabnya eonnie sangat sabar menghadapi Jungkook. Dia-- memikirkan apa yang aku pikirkan."

Sungjae menghela nafasnya gusar. Tak mau membenarkan tapi ucapan So Hyun memang tak bisa disalahkan.

"Lalu kau akan bagaimana, So? Hm? Kau tahu kan dia masih sangat mencintaimu? Bahkan tak masalah mengakuinya terang-terangan di depan istrinya. Aku turut bersedih untuk wanita itu."

"Aku tak yakin itu cinta, Jae. Dia seperti hanya terobsesi untuk menyelesaikan urusan masa lalu nya. Seperti halnya aku yang bisa melupakannya, maka ku yakin dia juga pasti bisa, Jae. Aku-- hanya ingin membantunya mendapatkan hidupnya kembali. Aku juga ingin Irene eonnie bisa bahagia bersamanya. Mereka serasi. Hanya-- belum bertemu dengan waktunya. Aku ingin membawa waktu itu, Jae. Kuharap aku bisa menebus semuanya."

Betwēn (Between) [END]Where stories live. Discover now