22. Pilar Yang Patah

Start from the beginning
                                    

Wang Yeol mengangkat kepalanya, memandang Sang ayah jauh di atas singgasana. "Apa yang salah dengan itu? Apa yang salah dengan dia yang seorang gisaeng? Yang Mulia, aku sangat mencintainya, dia selalu peduli padaku dan—"

"Jadi apa maksudmu keluarga kerajaan tidak ada yang peduli padamu? Apa perhatian kecil dari wanita itu membuatmu berpikir bahwa dia sangat mencintaimu? Pangeran Mahkota, ketahuilah bahwa dia pasti akan menyakitimu suatu hari nanti."

"Dia tidak akan!" Seru Wang Yeol, dia tidak tahu mengapa dirinya bahkan berteriak di depan Raja. Dia hanya—

Penasihat Seon yang berdiri di dekat singgasana, menahan napas sejak tadi karena merasa tegang, dia juga sangat takut dan tak tahu harus berkata seperti apa.

"Cinta hanya akan memberimu malapetaka, tak ada cinta yang benar-benar murni di dunia ini," dingin Gwangjong, "jangan bertingkah seperti remaja, Yeol. Umurmu bahkan sudah lebih dari cukup untuk menikah."

"Aku tidak akan menikahi putri Keluarga Hwan," sahut Wang Yeol dengan tangan terkepal.

Raja masih memandangnya dengan dingin, "aku tahu, karena itulah kau selalu mengulur waktu, bukan? Kau ingin menjadi Raja terlebih dahulu, setelah itu kau akan mengabaikan kewajibanmu untuk menikahi putri Keluarga Hwan, dan kau malah akan menikah dengan gisaeng rendahan itu."

"Abeoji..."

Itu adalah kalimat paling menyakitkan yang pernah Yeol dengar. Tidak, padahal... dirinya sama sekali tak pernah berpikir selicik itu. Dia tidak pernah berniat untuk menentang perintah ayahnya, Wang Yeol hanya... kebingungan.

Dia terlalu bingung untuk mengambil keputusan.

"Seon Ji Won, singkirkan wanita itu dari Songak— dari seluruh tanah Goryeo. Pastikan Wang Yeol tak akan pernah bertemu dengannya, dan jangan pernah biarkan mereka untuk bertemu lagi sampai kapanpun—"

"ABEOJI!!!!"

Teriakan itu menggelegar, dan itu adalah untuk pertama kali dalam hidupnya Wang Yeol berteriak hingga pita suaranya nyaris putus, dan kali pertamanya ia lakukan di depan Raja.

"Ku bilang... jangan menyentuhnya..." suaranya melirih, terdengar menyedihkan, mirip orang yang akan dipenggal mati.

"Apa kau baru saja berteriak padaku?" Gwangjong memicing, berdiri dari duduknya, maju selangkah dengan tangan di belakang punggung.

"Jangan pernah menyentuhnya, jangan pernah menyakiti Oh Seong So. Aku sangat mencintainya, demi hidup dan matiku." Lalu tanpa sadar... setitik cairan bening mulai turun dari ujung matanya, setitik demi setitik.

"KAU ADALAH SEORANG CALON RAJA!!! APAKAH PANTAS MENURUTMU ANGGOTA KELUARGA KERAJAAN BERGAUL DENGAN GISAENG?! MEREKA HANYALAH WANITA RENDAHAN YANG HINA!!"

"MAKA AKU AKAN MUNDUR DARI POSISI SEBAGAI PUTRA MAHKOTA!! AKU TIDAK MEMBUTUHKAN TAHTA!!!"

"W-Wangseja-nim!!" Seon Ji Won panik, dia baru saja ingin menghampiri Wang Yeol yang matanya memerah karena amarah, tapi gerakan tangan Raja Gwangjong menghentikan langkahnya.

Gwangjong sangat murka. Keningnya mengernyit dengan gelisah, kepalan tangannya terlihat begitu nyata. Auranya begitu gelap, seolah dia ingin membunuh anak sulungnya saat itu juga.

"Apa kau benar-benar sudah gila?" Desis Sang Raja, "apa kau sungguh menentangku dan memilih wanita itu?"

"Hukum saja aku," Wang Yeol masih meneteskan air matanya, "hukum dan tendang aku keluar dari Goryeo, aku benar-benar... tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di Songak."

"Kau...!!" Gwangjong menggertakkan gigi, dia marah, dia benar-benar sangat murka. "Baik jika itu yang kau inginkan," pria itu mengangkat dagu, memandang rendah Sang anak sulung yang masih bersujud di atas lantai batu. "Aku tidak membutuhkan seorang anak pembangkang yang tidak tahu cara berterima kasih. Wang Yeol, mulai saat ini... kau bukan anakku."

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologWhere stories live. Discover now