Yakin saatnya ia turun, Carebella mengaitkan tas di bahunya.

Seakan ia baru saja menghabiskan waktu tidak sengaja bersamaan dengan keduapasangan itu di tempat berbeda.

Jelas Hegar menatapnya. Menyapa, "Wah! Kayaknya kita emang jodoh."

Gadis yang bersamanya tampak tidak masalah dengan Hegar yang masih saja menggoda Carebella.

"Bell,sendirian aja nih." Hegar memandang Carebella dengan intens.

"Gue bertiga."

"Sama siapa emang?"

"Malaikat pencatat amal baik gue sama malaikat pencatat amal buruk gue."

"Minggir gue mau pulang," lanjutnya.

Namun Hegar mencegah carebella untuk keluar.

"Bell, gimana kalo kita berdua jadi komplotan penjahat."

Carabella tak menggubris ucapan Hegar, dirinya masih fokus memikirkan rencana yang akan dilakukan nanti.

"Biar aku bisa mencuri hatimu dan kamu mencuri hatiku."

Carabella rasanya ingin mengeluarkan isi perutnya mendengar ucapan Hegar.

Tidak. Biar isi perut orang di depannya saja yang ia keluarkan. Kalau bukan untuk melakukan hal itu, ia tidak akan mau menggubris apa yang ia ucap.

"Gimana kalau lo ambil hatinya sekarang. Kasian cewek di sebelah lo nggak kebagian." Maka ia menyarankan sekaligus menghasut, "Ayo kita pesta. Gue butuh hiburan."

Hegar tentu akan semudah itu setuju mengikuti Carebella karena ditambah senyuman gadis yang ia incar tersebut. Oh, terlalu manis.

"Bawa juga pacar lo."

Mendapat sinyal hijau, Hegar manut. Ia berjalan ke arah yang sama dengan Carebella.

"Lo bawa mobil ternyata. Bagus." Ia menyandarkan diri di pintu. "Gue lagi males jadi obat nyamuk. Nikmati perjalanan panas kalian."

Kemudian Carebella benar-benar masuk ke kendaraannya.

Hegar tidak akan tersesat. Sebelum mengemudi, gadis ini mengirim tautan peta anonim untuk Hegar.

Melihat bagaimana laki-laki itu begitu memujanya membuat Carebella yakin bahwa para buaya tidak akan memikirkan kelogisan ketika sudah terpincut pesona gadis cantik.

Carabella membawa mobilnya melaju meninggalkan kawasan tadi. Dia memang tidak satu mobil dengan Hegar, karena itu adalah salah-satu syarat dari gadis itu.

Hanya butuh waktu 10 menit untuk menempatkan mobil yang Carabella bawa tepat di depan suatu rumah. Sepertinya sudah bertahun tahun tidak ditempati melihat bagaimana kondisi kayunya yang sudah rapuh dan atapnya yang berlubang lubang.

Tempat yang cocok untuknya menjalankan rencana.

Berbaring di kursi supir dengan kaki yang ia selonjorkan keluar jendela adalah hal yang Carabella lakukan sekarang. baginya. Menunggui Hegar dan kekasihnya adalah hal yang tidak akan pernah ia ulang lagi. Dua manusia itu sangat lama.

Apa mereka melakukan olahraga malam dulu sebelum mobilnya melaju?

Oh, tidak! Itu sangat menjijikkan baginya.

***
"Agggrt! Apa yang kau lakukan!" teriak gadis yang tak lain adalah kekasih hati Hegar.

Saat ini Carebella sedang asik mencabuti satu persatu kuku jemari gadis yang terduduk lemah di hadapannya.

Semakin keras teriakan sang korban, semakin menjadi pula rasa senang yang membuncah pada diri Carebella. Iya, katakanlah dirinya gila, tapi itu adalah kenyataannya.

"Ini tidak jauh lebih sakit saat kau disakiti oleh kekasihmu nanti. Jadi, aku berbaik hati memberikan angsuran rasa sakit pada dirimu," bisik Carebella tepat pada gadis yang dia tidak tau akan namanya.

Gadis itu hanya menggeleng, menangis menahan sakit pada jemarinya. Ia menatap tangannya yang menjuntai mengeluarkan darah.

Sungguh tidak terpikirkan oleh gadis itu, akan nasib sial yang dia alami bersama orang gila di hadapannya. Dia hanya berpikir malam ini, ia akan bersenang-senang bersama Hegar.

Tadi Hegar mengajaknya sebentar untuk mengikuti Carebella, tapi sesampainya di tempat Carebella membawanya, ia justru mendapatkan siksaan yang amat sangat menyeramkan.

Jangan tanya bagaimana Carebella menyeret dua orang meskipun salah satunya bertubuh lebih kekar dari Carebella sendiri. Pada dasarnya manusia terlalu lemah ketika sudah menaruh kepercayaan terhadap manusia lainnya, terutama yang identitasnya tidak begitu dikenal sekitar dengan baik.

Carebella memang pandai bersosialisasi, tapi bukannya tidak mungkin lembaran yang terbuka saat itu adalah cerminan sesungguhnya isi sebuah buku.

Bukti konkretnya, ia tidak sebaik yang terlihat.

Carebella melihat miris ke arah Hegar yang kini sudah terkapar di lantai yang penuh dengan debu laki-laki itu sudah kehilangan tiga anak jarinya. Pandangan Carebella beralih pada gadis yang sedang menangis, meratapi kuku cantiknya yang penuh warna kini bercucuran darah segar.

"Untung hanya kukumu yang menghilang, bukan jari-jemari mu yang yang lentik itu," kata santai Carebella. Ia mengangkat tangannya ke udara, dan melihat bagaimana dia kehilangan 2 anak jarinya, yang memiliki arti sudah 2 orang pula yang hilang meninggalkannya.

Carebella memejamkan matanya, terlintas bagaimana kejadian satu tahun yang terlewatkan.

Tuk.. Tuk.. Tuk...

Tangannya bermain ketukan pada meja kayu nan rapuh itu, sehingga menimbulkan sebuah bunyi penghancur kesunyian.

Jari-jarinya begitu riak bergerak seperti ombak, tapi sayangnya bagian organ itu sudah tidak lengkap lagi. Hanya tiga anak jari yang bergerak di sana, selebihnya sudah tidak ada lagi. Jika dilihat lebih seksama, maka bisa didapati bahwa jari jempol dan telunjuk meninggalkan bekas potongan.

Bibir berlumuran darah segar, tersenyum sinis menandakan kesakitan. Salah jika menduga gadis itu tersakiti karena luka yang memenuhi tubuhnya, melainkan kesakitan fisik yang lebih kentara akannya.

****

Hai!! Selamat datang di Part 1 with kelompok 3, jangan jadi silent reader's yaa^^.

-Roseana
-Artika
-Della
-Rizki Dian
-Nayla

Salam Sayang❤️.

My AgresionWhere stories live. Discover now