Kesialan Buaya

153 35 14
                                    

Matanya melirik ke jalanan tepat di bawahnya. Terik matahari yang menembus jendela tempatnya berdiri saat ini tidak menganggu gadis dengan potongan rambut pendeknya.

Lirikannya tidak lepas dari seseorang yang sepertinya tengah menunggu orang lain. Mungkin teman, pacar, atau malah suaminya. Ia tidak peduli.

Hal yang ingin ia pastikan adalah suaranya merdu untuk dirinya buat memar.

Sedikit saja. Tidak sampai mati. Mungkin, sedikit sekarat bisa ia pertimbangkan.

Tidak berapa lama, seorang laki-laki berjalan mendekat ke arah objek pandangan gadis berambut pendek.

Mata gadis itu menari melirik setiap gerakan tangan yang gemulai membelai dada seorang laki-laki. Carebella menipiskan bibirnya, sinis terpampang nyata. Dia tidak suka dengan adegan yang menjadi tontonannya saat ini.

"Cuih... laki-laki itu hanya akan menyakitinya," desis Carebella pelan.

"Lihatlah, sebentar lagi jari-jemari gadis itu tidak akan mampu membelai kekasihnya." Carebella terkekeh pelan saat terlintas bayangan apa yang akan ia lakukan pada jemari lentik itu setelah ini.

Carebella menautkan tangannya di belakang tubuh. Perlahan-lahan setiap jemari bergerak, seolah tengah mengitung sesuatu. Lagi-lagi dan lagi, gadis itu tersenyum penuh arti yang tidak bisa ditebak akan isinya. Namun, jelas di otaknya sudah berkeliaran begitu banyak cara kesenangannya hari ini.

"Setiap kesedihan akan dilambangkan dengan hilangnya jari-jemari. Dengan berbaik hati, aku akan memberikan yang berbeda, jari-jemari yang membelai akan hilang dan kesedihan juga turut datang."

Posisinya yang mengintai dari atas benar-benar memberikan keuntungan. Dirinya tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk tidak tertangkap mata manusia di bawahnya.

Setidaknya butuh waktu lama saja untuk Carebella menitikfokuskan atensinya pada orang yang masih berdiri di sana.

Tidak masalah. Hingga malam juga akan ia tunggu. Jadwalnya kosong untuk hari ini.

Senyum tipis yang terbit diwajah Carebella mampu membuat para kaum adam meleleh. Namun dibalik senyum tersebut, Carebella menyimpan sejuta luka yang akan ia lampiaskan nanti.

"Lihat saja."

Carebella mendesis lagi, saat object pengamatannya mulai menampilkan adegan yang membuatnya jengah, dimana seoarang wanita bergelayut manja pada seorang laki-laki yang tidak pantas.

Carebella mengenal laki-laki itu, orang yang sama dengan yang merayunya beberapa saat lalu.

Seakan tidak percaya, Carebella benar-benar mencoba memperjelas penglihatannya. Tidak salah lagi, itu adalah Hegar, sang playboy cap kodok yang terkenal seantero kampus.

Carebella kemarin malam, juga melihat laki-laki itu dengan gadis yang berbeda.

"Ah, tidak aku sangka aku punya dua boneka hiburan hari ini." Benar, karena awalannya Carebella hanya berniat bermain dengan sang gadis itu saja. Namun, siapa sangka bahwa gadis itu adalah korban laki-laki playboy, yang sudah sedari kemarin menjadi incaran korbannya.

"Bodoh sekali kau gadis," gumam Carebella. Ia menyisir rambut pendek dengan ujung tidak rata itu, menggunakan tangannya.

Carebella meninggalkan tempat tersebut dan mempersiapkan acara yang sangat menakjubkan baginya.

"Malang sekali nasib kalian."

Kopinya sudah habis. Perlukah ia mengisi ulang cairan hitam pekat ini?

Tampak lama, akhirnya ia memutuskan akan pesan lagi. Kembali duduk hingga langit berubah menjadi biru pekat.

Jam melingkar di tangannya sudah menunjukkan waktu malam. Ternyata kegiatan mereka juga baru usai. Kebetulan yang sangat Carebella nantikan.

My AgresionWhere stories live. Discover now