"Banjir banjir, iler lo tuh banjir," sindir Jiwa lalu menenggak minumannya.
Zee mendongak, penglihatannya masih sedikit buram dan silau akibat sinar matahari. "Bang, pinjem topi dong. Gak kuat sama cahaya ilahi."
"Cahaya matahari, goblok!" sahut Jiwa sembari melempar topi yang ia keluarkan dari dalam tas.
Melihat interaksi Zee dan Jiwa, sukses membuat tawa Gasta mengudara, tertiup angin lalu menerobos kedalam hati kecil Zee. "Senyumnya seakan mengajak untuk berumah tangga." Tanpa sadar gadis itu berceletuk.
Jiwa menyenggol lengan Gasta. "Si Zee kayaknya demen sama lo." Cowok tersebut berspekulasi.
Gasta hanya mengangkat bahu sebagai respon. Pemuda itu melirik Zee yang tengah menatapnya lekat sembari senyum-senyum yang memperlihatkan lesung di pipinya.
Manis, pikir Gasta.
"Gas, kemarin gue liat postingan terbaru lo di Instagram, lagi jalan sama cewek, mana bajunya couple. Itu cewek baru lo?" tanya Jiwa berniat mengerjai adik perempuannya.
Gasta menatap Jiwa dengan raut kebingungan. Lelaki yang ditatap hanya mengedipkan sebelah matanya sebagai kode agar Gasta mengikuti alur permainannya. "Iya, itu cewek gue. Cantik, 'kan?" tanyanya sambil mengusung senyuman indah.
Zee yang mendengar hal itu, sontak memasang muka masam. Dengan perasaan kesal, gadis itu melempar topi ke wajah abangnya.
"Kenapa lo Zee?" tanya Jiwa.
"Gak!" Zee menyahut dengan sewot. Tangannya dilipat di depan dada.
"Itu beneran cewek lo, Gas? Sumpah cantik banget. Tubuhnya tinggi, bening, mulus—"
"Macam bihun," celetuk Zee. Tapi memang benar. Tinggi, bening, dan mulus seperti bihun, 'kan?
"Wajahnya pink, glowing-glowing kayak di kasih glitter. Terus pipinya tembem seperti—"
"Babi!" potong Zee lagi. Jiwa dan Gasta menoleh. Gadis itu menyengir kikuk sembari menunjuk ponsel ditangannya. "Liat, ada anak babi." Ia berkilah.
"Pokoknya lo couple banget sama dia. Semoga langgeng sampe nikah, ya. Jangan lupa undang gue. Btw, interior nikahannya mau gaya tradisional Indonesia apa Eropa?" Jiwa tak gentar, masih tetap melanjutkan aksinya. Percayalah, ia merasa sangat puas. Sebentar lagi tawanya pasti akan meledak.
"Kayaknya Eropa, deh. Biar lebih keren, gitu," jawab Gasta. Nampaknya cowok itu juga ikut menikmatinya. Wajah Zee yang memerah menahan kesal, terlihat begitu lucu di kedalaman bola mata Gasta.
"Honeymoon nya mau ke Swiss atau—"
"Liang lahat." Lagi dan lagi gadis itu memotong. Sebisa mungkin Jiwa dan Gasta menahan tawanya supaya tidak pecah.
"Gak sabar gue. Gak kebayang anak kalian bakalan kayak gimana? Papanya ganteng, mamanya cantik. Beuh, pasti anaknya cakep, bagaikan—"
"Jamet Yunani." Zee kembali memotong dengan telunjuk menuding layar ponsel. "Ada jamet," imbuhnya.
"Ngomong-ngomong, anaknya cewek apa cow—"
"Waria," potong Zee untuk kesekian kalinya.
"Gue berharap punya anak kembar." Gasta tersenyum, melirik Zee melalui ekor matanya. "Yang cowok ganteng kayak gue, dan yang cewek cantik kayak mamanya." Ia menambahkan.
Zee mengepalkan kedua tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Giginya menggertak kesal. Gadis itu bangkit dari duduknya. "Membagongkan!" teriaknya lalu pergi begitu saja.
Sepeninggal Zee, kontan tawa Jiwa dan Gasta meledak dan mengudara.
"Tolongin, Gas, gue bengek ya Allah!" Jiwa masih mencoba meredakan tawanya.
YOU ARE READING
RECOGNIZED(END)
Teen Fiction#URBAN_FANTASY. Waktu dan tempat di persilahkan untuk mengakak. *** RECOGNIZED; Dikenali. Zee itu dikenali sebagai gadis maniak Wattpad. Ekspetasinya selalu ingin di sayang oleh Abangnya, persis seperti di cerita teenfic yang kerap kali ia baca. Nam...
Part 7
Start from the beginning
