Crazy TOP

6.9K 922 254
                                    

Manoban Advertising Company.

Lisa duduk di kursi besarnya dengan pandangan mata tertuju ke layar laptop.
Meski ia coba fokus dengan pekerjaannya, nyatanya ia tak cukup mampu untuk berkonsentrasi.

Pagi ini, kondisi hatinya masih gamang pasca ia mengetahui jika dirinya mengidap frigid.

Tentu saja itu adalah hal yang cukup memalukan bagi dirinya, mengingat dahulu saat masih di Swiss, Lalisa hampir selalu berganti pacar tiap bulan.

Jika melihat Rosie sekarang, maka itulah Lalisa versi dahulu ketika ia menjadi fotografer.

Bakatnya tersebut membawa dia dalam karir yang cukup bagus. Dia memiliki prestasi yang juga patut ia banggakan didepan keluarganya. Karena keluarganya justru melarang profesinya itu untuk ia geluti secara serius.

Marco Brüschweiler Manoban, selalu ayah Lalisa, sangat membutuhkan gadis itu sebagai pewaris utama untuk perusahaan periklanannya. Mengingat usia Haruto sebagai anak lelakinya masih berusia belasan, dan sama sekali tidak berkompeten didunia bisnis.

Alhasil, Lisa lah yang mengemban tanggung jawab penuh sebagai anak tertua.
Namun kenyataannya, tidak semudah teorinya.

Lisa memiliki obsesi sendiri yang jauh sekali dari harapan kedua orang tuanya.

Ia memilih meninggalkan Korea, tempat dimana Tuan Marco membesarkan perusahaan itu, lalu berangkat ke Swiss, kampung halamannya tersebut, untuk meniti karirnya sebagai fotografer.

Dan dia berhasil.
Karirnya itu membawa Lalisa bahkan sama terkenalnya dengan para model yang ia potret.
Visualnya yang menawan sebagai wanita, berhasil membuat model-model cantik itu berbelok memilih jatuh kedalam pelukannya.

Lalisa menggila dengan pesonanya.

Jadi, jika saat ini dia divonis frigid, sungguh itu suatu aib yang tak pernah ia sangka.

Meski frigid bukanlah penyakit, dan lebih mengarah ke masalah hormonal, tetap saja Lisa tidak bisa terima akan hal itu.

Apalagi batinnya juga masih bertanya-tanya. Mengapa sikap dinginnya dalam hal seksual itu bisa runtuh seketika jika berhadapan dengan Jennie?

Ia jadi meragu dengan vonis tersebut.

Dan merasa harus membuktikannya.

"Baiklah."
Ucap Lisa setelah ia mendapat keputusan dari apa yang ia pikirkan sejak tadi.

Lalisa POV.

Tidak mungkin kan Jennie memantraiku?

Mana mungkin aku tidak terangsang dengan wanita manapun selain Jennie?

Selama ini aku hanya membuktikannya dengan Miyeon. Dan ternyata itu tidak berhasil.
Apalagi Miyeon sangat gila di ranjang.
Jika diteruskan, aku bisa mati ditangannya.

Sepertinya aku harus mencari wanita lain.

Tapi siapa?
Aku bahkan tidak memiliki pergaulan selain urusan kantor.

Huft...

Ini semua salah Miyeon yang selama ini selalu membatasi ruang gerakku, sampai aku berubah menjadi culun seperti ini.

Drrtt! Drrtt!

J calling...

"Jennie?"

Posisi dudukku yang semula hampir merosot, sontak langsung bergerak sigap kala kulihat kontaknya tertera di layar ponselku.

Cepat-cepat kuangkat panggilan darinya.

Woman Like MeWhere stories live. Discover now