Bab 16

357 265 359
                                    

Pagi harinya Nala yang sudah siap berangkat ke sekolah dan keluar dari kamarnya untuk menunggu kedatangan Reno, tetapi langkahnya terhenti kala handphone nya berbunyi.

"Halo Kak,"

Bukan Reno yang meneleponnya melainkan Arsen.

"Lo dimana?" tanya Arsen di seberang sana.

"Masih di rumah."

"Udah masuk sekolah?"

"Udah."

"Ya udah kalau gitu gue jemput."

"Nggak usah Kak."

Spontan Nala langsung mengucapkan kata itu membuat Arsen di seberang sana menjadi heran.

"Kenapa? Lo masih marah sama gue karena gue bentak lo waktu itu?" tanya Arsen memastikan.

"Nggak kok Kak, aku udah nggak mempermasalahkan hal itu."

"Terus apa?"

"Aku cuma mau berangkat sendiri aja."

Di seberang sana Arsen nampak berpikir bahwa Nala mungkin masih marah dan kecewa terhadapnya dan ia tidak berniat memaksa Nala kali ini. Ia mau memberikan Nala waktu untuk bisa memaafkannya.

"Ya udah kalau gitu," ucap Arsen sambil menarik nafas dalam-dalam.

"Maaf ya Kak," balas Nala tak enak hati.

Arsen seketika berpikir kembali, ia yang punya salah terhadap Nala tapi malah gadis itu yang minta maaf. Bahkan ia tak mengucapkan kata maaf itu sama sekali. Seketika Arsen memuji Nala, gadis itu benar-benar baik.

"Iya nggak apa-apa."

Arsen menutup teleponnya secara sepihak dan melajukan mobilnya membelah jalanan menuju sekolahnya.

Piiippp... piiippp...

Bunyi klakson mobil menghiasi kuping Nala. Ia pun berlari menuruni satu per satu anak tangga. Setelah sampai di lantai bawah, ia bertemu dengan Ayah dan Bundanya yang sedang sarapan.

"Loh loh loh, kok lari-larian? Nanti jatoh loh Nal," ucap Bu Ranti memperingati.

Mendengar teriakan Bundanya, langkah Nala terhenti dan memutuskan menuju meja makan menemui Ayah dan Bundanya.

"Ayo sarapan!" ajak Ayahnya.

"Nggak usah Yah, Bun aku udah ditungguin sama temen di depan, aku berangkat dulu ya Assalamualaikum," pamit Nala sambil menyalami tangan orang tuanya.

"Wa'alaikumussalam," jawab kedua orang tuanya.

Setelah Nala pergi, Bu Ranti memutuskan berdiri dari duduknya dan mengintip di balik jendela. Ia melihat mobil yang kemarin ia lihat di depan rumahnya tapi bukan mobil Arsen.

"Yah, Yah tau nggak di depan bukan mobil Arsen yang Bunda lihat. Siapa ya, Yah?" ucap Bu Ranti heboh sendiri.

"Arsen ganti mobil kali Bun," Pak Malik hanya menjawab yang dapat menenangkan sikap kepo istrinya dan tetap melahap makanannya.

"Ah nggak mungkin Yah, mobil itu kemarin pemiliknya juga ada disini jengukin Nala.Arsen juga ada, mobilnya juga masih yang itu kok," jelas Bu Ranti.

"Mungkin temannya Nala Bun, cewek kali biarin aja."

"Kalau cowok gimana? Bunda nggak setuju ya Yah kalau Nala dekat dengan cowok selain Arsen. Titik!"

"Kalau cowok, Ayah juga nggak setuju Bun, tapi entar pas Nala pulang baru Bunda tanyain masalah ini. Udah makan aja dulu," ucap Pak Malik.

ARSENALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang