第八:Your Hurt, My Fault

153 28 2
                                    

Neji segera menjaga keseimbangannya dengan pedang yang ia jadikan tongkat untuk bertumpu di atas tanah.

Neji kemudian berusaha sekuat tenaga dengan melemparkan sebuah anak panah yang sama yang tadi mengenai punggungnya ke arah orang yang melemparkan anak panah itu.

Jleb

Zrash

Wuft

Orang itu pergi menghilang. Namun, bandit tidak sempat lari karena Tenten menahannya.

Beberapa warga dan penjaga di desa langsung menghampiri Tenten yang memegang tangan bandit tersebut sambil memijakkan kakinya ke punggung si bandit.

"Tangkap orang ini!" kata Tenten. Ia langsung menarik wanita itu dan mendorongnya kuat ke arah pemimpin para penjaga desa tanpa peduli pada apapun di sekitarnya.

Ia hanya memikirkan Neji. Ia tidak tahu apa yang ada di benak pria ini. Bisa-bisanya, ia mengorbankan punggungnya sebagai tameng.

Wajah pucat Neji hanya menatap tajam ke arah Tenten yang berusaha memapahnya dengan wajah kesal.

"Penjaga-penjaga tidak becus!" sarkasnya kepada pemimpin penjaga itu.

Beberapa warga membantu Tenten memapah Neji sambil menyorakkan kepayahan para penjaga yang bahkan tidak bisa menangkap bandit wanita ini yang sudah meresahkan desa selama beberapa bulan ini.

Dan dalam sehari, seorang gadis biasa bisa menangkapnya.

Patut diacungi jempol.

Izanagi menyaksikan pengejarannya tadi. Ia juga yang melaporkannya ke panglima desa, tetapi respon mereka terlalu lelet.

• • •

"Nona, oleskan obat ini setiap 4 jam ke luka. Jangan terlupakan! Ini luka yang cukup serius. Juga usahakan agar pria ini tidak bergerak terlalu banyak," kata tabib itu.

Kemudian, tabib itu pergi dan Tenten membayarnya. Tenten hanya menatap wajah Neji dengan kesal.

"Kau dengar?" tanya Tenten.

"Hm. Baiklah," singkat Neji.

Tenten kemudian menaikkan lengan bajunya sampai ke siku dan bersiap membuka pakaian Neji.

"Apa yang kau lakukan?!" histeris Neji.

"Mengoleskan obat," kata Tenten polos.

"Tidak usah! Aku bisa sendiri. Lagipula, kita bukan calon suami-istri sungguhan dan aku tidak sudi disentuh olehmu!" sarkas Neji.

"Aku 'kan hanya melihat punggungmu."

"Aku akan mencolok matamu! Tidak perlu merepotkan dirimu sendiri. Tidak usah pakai obat."

Tenten mendengus. Sebenarnya, apa maunya si Hyuga ini sih? Entah hanya perasaannya atau memang pangeran Hyuga sangat banyak mau jika sedang sakit?

Namun, dipikir-pikir lagi, benar juga. Tenten merasa malu jika harus membantu orang yang bukan siapa-siapanya ini membuka baju dan mengoleskan obat di punggungnya.

Juga cukup aneh melihat Neji bertelanjang dada.

"Aku memaksa," ujar Tenten cepat. Tenten baru sadar, katanya, luka ini serius, jadi mau tidak mau, kan?

Tell Me, What I Feel?Where stories live. Discover now