Wanita itu melarikan diri kemudian, bersembunyi dari dunia dan membuat sebuah perguruan bela diri di gunung Gwanak. Mengajar anak-anak yang tak memiliki keluarga, memberikan tempat perlindungan untuk mereka yang kehilangan rumahnya.

Kelompok Gwanaksan bukanlah perkumpulan bandit jahat yang suka membantai, tapi Na Yoon tetap diam selama ini meski sering mendapatkan makian dari orang-orang desa.

Pagi itu, seperti biasanya, dia memantau seluruh muridnya yang sedang berlatih di halaman utama.

Agak aneh. Tempat tinggal kelompok Gwanaksan sangat besar dan luas, tapi tak ada satu pun orang-orang yang bisa menemukan markas itu. Entah Dewa membantu mereka untuk bersembunyi, atau karena Na Yoon memang sehebat itu.

"Ah, Yoon Gi, tentang perempuan yang kau ceritakan semalam... apakah kau yakin dia dekat dengan anakku?"

Atensi Sang wakil pemimpin teralihkan ketika Na Yoon membuka perbincangan baru. "Maksud anda... Son Je Ha?"

"Ya, perempuan gisaeng itu."

Yoon Gi tampak berpikir sejenak, "yah begitulah, saya beberapa kali kedapatan melihatnya dengan Pangeran Wang Jae. Karena itu saya yakin mereka dekat atau memang berteman."

Na Yoon tertawa kecil, "aku agak terkejut, Wang Jae-ku bukanlah anak seperti itu."

"Sejujurnya saya juga tidak menyangka," Yoon Gi menggaruk tengkuknya, "tapi setelah mengetahui bahwa Son Je Ha adalah gadis yang tidak kenal takut, saya pikir bukan tidak mungkin dia bisa membuat Pangeran Wang Jae luluh."

Selagi mendengarkan, Na Yoon memerhatikan Yoon Gi yang menjelaskan sembari membuang pandangan ke depan. Kemudian dia tergelak, "kau juga begitu, kan?"

Pria itu menoleh dengan cepat, memandang pemimpinnya dengan kening mengernyit. "Tidak."

"Eiy," Na Yoon menyikut lengan Yoon Gi.

"Nyonya Na," pria itu menghela.

Si wanita tertawa lagi, "aku jadi penasaran dengan anak itu, dia bahkan bisa membuat kucing liarku berkata seperti ini. Mengaku saja, kau sebenarnya tidak membicarakan Wang Jae, tapi dirimu sendiri."

Pria yang matanya memang mirip kucing liar itu menghela napas panjang. Lagi. "Anda ini—"

"Hahaha, ayo kita temui anak itu besok, aku sungguh penasaran."


~~~


Son Je Ha baru saja terbangun dari tidurnya. Sebenarnya dia masih sangat mengantuk, tapi dekapan seseorang dari belakang membuatnya langsung membuka saat itu juga. Dia terkejut, lantas menunduk untuk melihat tangan kekar yang melingkari tubuh polosnya.

Perempuan itu langsung berbalik. Benar saja, sosok pria tampan dengan rambut tergerai tampak sangat pulas dalam tidurnya. Lihat, Hwang Je No bahkan tersenyum dalam tidurnya, seolah tidurnya kala itu benar-benar nyenyak.

"P-Panglima Hwang! Panglima Hwang!" Je Ha berbisik, mengguncang lengan Sang pria yang penuh bekas cakaran...nya.

Ah, sekarang Son Je Ha tidak terlalu ingat mengapa Hwang Je No malah bermalam di kamarnya.

"Hwang Yong-Geum, bangun! Mengapa anda tidak kembali ke istana?!"

Agak kesal, perempuan itu menepuk pipi Sang Panglima, membuat Hwang Je No mengernyit, menggumam dengan nada rendah.

Emm, ini bukan pertama kali, tapi— tetap saja Son Je Ha tidak bisa menyembunyikan wajah tersipunya setiap dia berada dalam satu futon dengan Sang terkasih.

Tak berapa lama, Panglima Perang itu membuka mata, meski dengan berat hati. Wajah cantik gadis gisaeng di depannya, membuatnya langsung mengulas sebuah senyum.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz