46. Luka.

2.3K 160 11
                                    

Kalo ada typo tandain aja ya:)

Jangan lupa buat vote dan komen, karena itu berarti banget^^

Happy Reading.

Setelah melewati beberapa hari yang begitu melelahkan, serta disibukkan dengan berbagai soal, akhirnya mereka bisa bernapas lega. Laskar terlihat begitu senang dan tak berhenti tersenyum pada sahabat-sahabatnya. Mereka saat ini tengah menikmati jajanan kantin, apalagi jika bukan untuk menemani Sasya.

Dini yang berada tepat di depan laki-laki itu merasa risih melihat senyum Laskar yang baginya sangat menjijikkan. "Ngapain, senyum-senyum terus sih?!"

Seketika raut wajah Laskar langsung berubah. "Gak boleh galak sama calon pacar, Din."

Dini bergidik ngeri mendengarnya, jangan sampai ia memiliki kekasih seperti Laskar. Tawa Bunga dan Lintang membuat suasana semakin terasa senang. Kedua pasangan itu semakin hari, terlihat semakin dekat. Belum lagi perubahan Lintang yang kentara, membuat mereka semua kadang tak percaya bahwa itu benar-benar sosok Lintang yang biasanya diam dengan raut wajah datar.

"Mau nambah?" tanya Langit mengalihkan tatapan Sasya.

Satu tangannya terangkat, menyentuh sudut bibir Sasya yang terkena noda makanan. Baru saja ingin menjauhkan tangannya, tetapi Sasya lebih dulu menjalankan aksinya.

"Argh!" Teriak Langit tiba-tiba seraya menjauhkan tangannya dari depan wajah Sasya yang kini terlihat tertawa puas. Ya, Sasya menggigit jari Langit.

"Kamu ya, sakit tau!" ketus Langit.

"Aku haus, Lang. Mau minum es coklat." Bukannya membujuk Langit agar tidak marah lagi, ia malah merengek minta dibelikan es coklat. Tanpa membantah sama sekali, seolah Langit begitu patuh pada perintah Sasya. Laki-laki itu langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah penjual minuman.

Melihat hal tersebut, Sasya tak dapat menahan senyumnya. Jika dulu, Langit yang selalu marah dan memerintahnya. Maka sekarang adalah kebalikannya. Ia bisa memerintah laki-laki itu dengan seenaknya. Meskipun Sasya jarang memerintah atau meminta sesuatu pada Langit, tetapi Langit sendirilah yang akan memberikan apa keinginan Sasya tanpa perempuan itu sebut.

"Wan, ntar pulang bareng gue aja," ajak Laskar pada Awan yang juga ada di sana. Memang beberapa hari belakangan ini, Laskar seringkali mengajak Awan pulang bersama. Mungkin karena ia tidak memiliki teman mengobrol lagi saat dimotor, karena Lintang sudah memiliki pacar. Jadilah ia sering mengajak Awan. Bahkan mereka berdua juga terlihat mulai dekat dan akrab, layaknya sahabat.

"Hari ini enggak dulu, Kar. Aku mau langsung pergi kerja," ujar Awan tak enak. Namun, saat melihat senyum dari Laskar pertanda tidak apa-apa, ia sedikit lega.

"Ya udah, Din. Lo sama gue aja." Laskar menatap Dini dengan senyum jahilnya.

"Gue ba---"

"Mobil lo di bengkel, Din." Bunga memotong ucapan Dini yang benar adanya.

Dini langsung terkekeh dan dengan terpaksa menyetujui ajakan dari Laskar.

"Misi pertama, ajak pulang bareng!" gumam Laskar yang hanya di dengar oleh Lintang dan juga Awan.

Sepertinya Laskar benar-benar jatuh cinta pada Dini. Sekiranya itulah isi pikiran Lintang dan Awan.

"Nih, jangan banyak minum es. Hari ini udah ya, besok gak ada es-es lagi," cerocos Langit saat sampai di meja dan menyerahkan es coklat yang Sasya inginkan tadi.

"Iya, apa enggak?" tanyanya sekali lagi karena Sasya tak menjawab. Perempuan itu terlalu asik menikmati esnya sampai-sampai mengabaikan Langit yang kini terlihat memdengus kesal.

Sasya's Diary [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang