45. Seberkas Kisah

81 13 68
                                    

Di part ini, kalian bakal tau alasan kenapa dulu di pertemuan pertama mereka, Hauraa manggil Zain dengan nama Vero.:v

Bacanya alon-alon wae. Biar ngeh😅

------

"Kau tahu kenapa ada senja?" Hauraa menoleh ke sumber suara. Lalu, menautkan kedua pangkal alisnya. Pertanyaan macam apa itu?

"Berhenti menanyakan teori-teori tidak masuk akalmu itu!" sanggah Hauraa sambil terkekeh. Ini adalah hari seminggu setelah pertemuan mereka, dan Hauraa pun tidak terlalu cuek lagi. Pria itu selalu mempunyai topik pembicaraan, hingga membuat Hauraa terseret dan menanggapi teori-teori tidak masuk akal yang ia ciptakan.

"Agar terpisah, maka harus ada pemisah."

"Ha?" Hauraa refleks menyahut.

"Karena untuk memisahkan siang dan malam, maka harus ada pemisah. Itulah sebabnya ada senja." Pria itu melanjutkan teorinya tanpa memedulikan jawaban Hauraa.

"Tidak begitu!" sangkal Hauraa. "Senja bukan pemisah layaknya pemeran antagonis dalam sebuah cerita! Senja itu indah, nyaman dan menenangkan. Dia bukan penyebab terpisahnya siang dan malam." Hauraa protes kala senja yang indah dan tak tahu apa-apa itu malah disalahkan.

Pria di sampingnya kembali terkekeh. "Lalu?" tanyanya pada Hauraa.

"Sekarang aku tanya," ucap pria itu lagi saat Hauraa tak jua membuka suara. "Senja hadir kapan?"

"Ketika siang hendak berganti malam," jawab Hauraa polos. Hal itu tentu saja membuat pria itu tertawa.

"Masih menyangkal bahwa senja bukan pemeran antagonis bagi siang dan malam?" Hauraa kesal sekarang. Baiklah, ia akui ia salah menjawab.

"Senja memang indah, nyaman dan menenangkan. Namun, tanpa disadari ia juga penabur luka bagi siang dan malam. Dia pemisah. Akan tetapi, senja juga tidak patut disalahkan dalam hal ini." Pria itu mulai membuka teorinya sendiri.

Hauraa memanyunkan bibirnya. Entahlah, ia menolak percaya, tetapi yang dikatakan pria di sampingnya ini juga tak dapat disangkal. Ets, tunggu! Teori macam apa ini? Memangnya siang, senja dan malam pemain film?

"Berarti fajar juga pemeran antagonis dong?" Entah kenapa, dari sekian banyak pembahasan, Hauraa malah mengucapkan kalimat ini.

Jika senja dianggap sebagai pemeran antagonis dalam kisah siang dan malam. Maka, semestinya fajar juga dianggap pemeran antagonis dalam kisah malam dan siang. Begitu bukan?

"Fajar dan senja sama-sama peran antagonis bagi siang dan malam. Begitu juga sebaliknya."

"Maksudnya?"

"Baik senja dan fajar maupun siang dan malam, mereka sama-sama pemeran antagonis dan protagonis pada posisinya masing-masing." Hauraa semakin bingung mendengar penuturan pria di depannya itu.

"Bukan hanya siang dan malam saja yang terhempas untuk bersatu karena kehadiran fajar dan senja, tapi fajar dan Senja juga." Pria itu tersenyum.

"Fajar dan senja juga tak pernah bisa bersatu, tak pernah bertemu. Mereka tak pernah bisa  berdampingan, karena selalu saja ada siang yang hadir di antara mereka."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRU [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang