kabar

663 94 29
                                    

Hari terus berjalan, bulan terus berganti dan tak terasa di hari ini dan bulan ini usia kandungan Caca menginjak sembilan bulan, ia semakin tidak sabar menunggu kepulangan Yuta dan menunggu si kembar lahir kedunia.

Hari ini Caca pulang ke rumah nya, rumah yang dibeli Yuta tepat setelah mereka menikah mami nya belum pulang, bunda nya masih sibuk di luar kota sedangkan papi mertua serta suami masih sibuk di luar negeri.

"Hai, selamat sembilan bulan sayang sebentar lagi kita ketemu yah, semoga ayah kalian cepet pulang" ucap Caca mengelus perut nya saat ia sedang duduk di tepi kasur.

Caca meneteskan air mata nya saat melihat puluhan pesan yang ia kirim belum mendapat balasan dari Yuta "Kamu sehat kan? Kamu kemana? Gak kangen aku? Gak kangen sama si kembar?" tanya nya lirih.

Caca tersenyum miris, membiarkan air matanya turun dengan deras dari peluk mata nya, dada nya terasa sesak mengingat semua tumpukan memori yang berputar secara tiba tiba di ingatan nya. Tentang bahagia, suka dan duka yang selalu ia rasakan hanya bersama Yuta.

"Kak, katanya mau beresin kamar si kembar bareng bareng, aku belum beresin loh kak, aku nungguin kamu pulang" lirih nya saat ia melihat setumpukan barang dan perlengkapan si kembar yang belum tersusun rapi di kamar nya.

"Gue harus gimana biar kebahagiaan lo kembali lagi seperti dulu?" ucap Haechan saat ia tak sengaja memperhatikan Caca dari balik pintu kamar nya karena kebetulan pintu kamar nya sedang terbuka sedikit.

Malam tadi Haechan harus menginap di rumah Caca karena ia khawatir dengan kondisi Caca yang tengah berbadan dua apalagi sekarang kandungan nya sudah menginjak sembilan bulan.

"Boleh, gue masuk?" ucap Haechan saat ia membuka pintu kamar Caca, Caca mengangguk mempersilahkan Haechan masuk.

Haechan masuk lalu berjongkok di depan Caca "Apa yang harus gue lakuin biar lo bahagia lagi Ca?" ucap nya memegang kedua tangan Caca dan pandangan Haechan jatuh pada perut buncit sahabat nya.

Caca tidak menjawab, ia hanya menangis sambil mengingat kembali penawaran Haechan dan juga Ten.

Caca tersenyum tapi air mata nya terus turun "Gue bahagia Chan, gue bahagia" ucap nya dalam hati dengan sesegukan dan Haechan langsung membawa Caca kedalam pelukan nya.

.
.
.

"Lemari baju nya mau diseimpen dimana?" Tanya Haechan saat ia menata kamar si kembar.

Caca menggaruk alis nya sambil memperhatikan setiap sudut kamar yang nanti nya akan ditempati si kembar tepat di sebelah kamar ia dan Yuta "Pojok kanan aja, samping nya tempat tidur si kembar sisa nya lo aja yang atur, gue mau nyiapin makanan dulu" ucap nya.

Satu setengah jam berlalu dan Haechan baru saja selesai membereskan kamar si kembar "Lumayan" ucap nya saat melihat setiap barang yang ia tata secara rapih kemudian ia keluar dari kamar si kembar untuk menemui Caca yang sedang masak.

"Wangi banget, lo masak apa Ca?" tanya Haechan saat ia turun ke bawah dan menghampiri Caca yang sedang menyiapkan makanan di meja makan.

"Duduk, dan lo harus nyobain semua masakan gue" perintah Caca saat ia sedang menuangkan nasi kedalam piring Haechan.

Haechan tersenyum melihat setiap pergerakan Caca yang begitu telaten "Berasa banget suami istrinya, andai aja gue yang lebih dulu nyatain perasaan sama lo" gumam nya sepelan mungkin agar Caca tak mendengar nya.

"Lo" jeda Caca saat ia sedang menuangkan sayur pada piring Haechan "Gimana sama Bianca?" tanya nya tanpa mengalihkan pandangan nya.

Haechan neneguk air putih sebelum menjawab pertanyaan Caca, pertanyaan sensitif yang sedang ia hindari akhir akhir ini "Bunda belum kasih restu sama hubungan gue" ucap nya sambil tersenyum miris.

Caca hanya mengangguk mendengar jawaban Haechan, masalah percintaan Haechan ini sedikit rumit, yang Caca tau hubungan mereka itu belum mendapat restu dari Ayu selaku bunda Haechan meskipun hubungan yang mereka jalani terbilang cukup lama.

Hening tak ada pembicaraan lagi setelah itu, yang ada hanya dentingan sendok saat mereka berdua sama sama fokus melahap makanan yang tersaji di atas meja makan.

Caca berdehem sebelum ia mengutarakan niat nya untuk membicarakan hal ini dengan Haechan "Selain lo, Ten juga mawarin kebahagiaan buat gue" ucap Caca dengan tiba tiba namun mata nya tak berani menatap Haechan yang kini sudah menatap Caca dengan penuh tanya.

kening Haechan mengkerut "Maksud lo? Lo mau pisah sama Bang Yuta?" tanya nya.

Caca mengendikan bahu nya tidak tahu, lalu ia memberanikan diri untuk menatap balik Haechan yang sedang duduk dihadapan nya "Terus, maksud kebahagiaan yang lo tawarin ke gue itu gimana?"

Haechan terdiam ia tak bisa menjawab pertanyaan Caca untuk seketika "Kebahagiaan yang seharusnya gue kasih sejak du---

Perkataan Haechan terpotong saat handphone milik Caca berdering, atensi mata Caca beralih menatap handphone yang sedang ia letakan di atas meja makan nya.

"Siapa?" tanya Haechan dengan ekspresi yang penuh tanya.

Caca menggeleng "Gak ada namanya" ucap nya yang belum mengangkat panggilan tersebut.

"Jawab" ucap Haechan dengan dingin.

Caca meraih handphone tersebut "Halo? Maaf dengan siapa?" ucap nya dengan sopan.

"By"























lumayan buat bahan halu wkwkw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lumayan buat bahan halu wkwkw

Mon maap yah kalo ada typo ehehehe
See you ❤❤❤
Jangan lupa vote dan komen yah ehehehe

Random | Nakamoto Yuta [book 2] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang