PART 53 - EXTRA PART 2

755 31 11
                                    

Di sebuah sekolah, seorang anak perempuan berjalan santai. Jam menunjukkan lepas tengah hari. Waktunya untuk pulang sekolah.

"Eh, Mith, denger-denger bokap lo cacat ya? Buntung gitu kakinya? Bener?" Tanya seorang anak laki-laki. Mitha tercekat, dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Jadi beneran ya kalau bokap lo itu ternyata orang cacat?" Masih saja anak laki-laki itu bertanya namun dengan nada yang mengejek. Saat Mitha ingin bersuara karena tidak tahan terus-menerus diejek di sekolahnya, tiba-tiba

BUGH....

"Berani lo bilang kayak gitu. Lo hadepin gua!" Lelaki yang tadinya mengejek Mitha terjengkang kebelakang. Diusapnya mulutnya yang berdarah karena tonjokan. Dia memilih tidak membalas tonjokan itu.

"Lo berani gangguin Mitha, lo adepin dulu gua!" ulang anak itu dengan tatapan mata yang mematikan.

"Gua juga. Lo ngehina bokapnya Mitha, lo sama aja ngehina keluarga gua! Gak ada ampun buat lo semua!" ujar seorang lainnya itu. Sementara Mitha sudah dipeluk dari samping oleh seorang lainnya. Ketiga lelaki itu adalah Ronald Putra Rachmadi, orang yang pertama kali menonjok orang yang sudah menghina Tian, ayah Mitha. Lalu ada Nicholas Adiwijaya dan seorang yang memeluk Mitha dari samping itu bernama Deodatus Pranasetya anak dari Joenathan Pranasetya.

"Udah yuk mending kita pulang aja. Opa pasti udah nungguin kita kan" Deo berucap sambil tetap tangannya merangkul erat Mitha. Sementara Mitha sendiri hanya bisa menunduk. Dia sudah berusaha membendung air matanya. Mata Deo memberi isyarat pada kedua saudara lelakinya itu. Diantara mereka semua, Deo memang paling dewasa bukan saja karena umurnya yang selisih setahun lebih tua tapi pemikiran dan tindakannyapun cenderung lebih tenang mengikuti sifat dari ayahnya, Joenathan Pranasetya.

"Udah Mith.. Selama ada kita, Lo gak usah takut." Kali ini Ronald yang berbicara.

"Uncle Onal bener.. Gak usah lo ladenin orang-orang nyebelin kayak gitu. Gak penting banget" Ujar Nicho menambahi ucapan Ronald.

"UDAH GUE BILANG, JANGAN PANGGIL GUE UNCLE!!! GUE BUKAN OM-OM..."

"Lha tapi kan bener, lo itu buat kita statusnya uncle." Seperti biasanya, Nicho tidak mau kalah.

"POKOKNYA JANGAN PANGGIL GUE UNCLE. GUE GAK SUKA!!!"

"Iye... Kita panggil ncang gimana?" Selalu seperti ini. Nicho dan Ronald jika bertemu akan seperti tom and jerry. Selalu bertengkar, tapi saat berjauhan akan mencari satu sama lainnya.

"SAMA AJA DODOL!!!"

"Uncle gak mau, ncang juga gak mau, trus panggil apaan? Oh iya, panggil paman aja gimana? atau om Onal?" Masih saja Nicho menggoda Ronald.

"Aaarrgghhh.... GUA GAK MAU!!!!" Ronald mengacak rambutnya kesal menghadapi Nicho. Dia lalu ngeloyor pergi menuju satu mobil jenis Hi-MPV yang sudah terparkir di depan mereka. Tanpa sadar Mitha tersenyum samar melihat drama yang sebenarnya sudah terlalu sering dia lihat.

"Naah.. Gitu dong. Yang dibilang Nicho sama Onal bener. Gak ada gunanya kamu mikirin kata-kata mereka" Deo mencoba menguatkan Mitha.

"KAK DEEOOOO CEPETAAANNNN!!!! UDAH LAAAPPEERRR!!!!" Teriak Nicho dari dalam mobil. Deo hanya geleng-geleng. Dia lalu mengubah rangkulannya ke Mitha menjadi genggaman tangan dan lalu mengajak Mitha menuju mobil yang sudah menunggu mereka.

Sesampai di rumah Markus, tempat pertama yang mereka tuju tentu ruang makan. Seperti biasanya, rumah Markus yang tenang dan damai mendadak rusuh dengan kedatangan cucu-cucunya. Mereka memang bersekolah di sekolah yang sama dan juga teman sepermainan. Mengingat kesibukan dari orang tua mereka maka mereka lebih sering sepulang sekolah di rumah Markus. Ronald sebenarnya di luar hitungan sebagai cucu Markus, namun karena sudah teralanjur akrab dengan cucu-cucunya maka dia akhirnya menganggap Ronald adalah cucunya juga.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ