Part 8

555 32 2
                                    

Mati-matian Mario dan Richard meyakinkan kedua keluarganya dan orang-orang terdekatnya jika dia dan Richard tidak ada hubungan personal yang lebih dari sekedar sahabat. Kesaksian dari Feinya, rekaman cctv di resto milik Tian dan kejadian langsung yang dilihat oleh Bara ditambah fakta bahwa setelah dia gagal menjalin hubungan dengan Feinya, Mario tidak pernah lagi terlihat menggandeng wanita manapun, semakin membuat posisi Mario sulit. Kejadian ini semakin membulatkan Bara untuk segera menjodohkan Mario dengan wanita pilihannya. Keputusan Bara tentu langsung disetujui oleh Brian dan Mentari. Sekarang mereka terlihat sibuk mencari-cari kira-kira siapa wanita yang cocok untuk mereka sandingkan dengan Mario. Melihat kelakuan keempat orang tuanya itu, Mario yang awalnya bersyukur karena kesalahpahaman kejadiannya dengan Richard bisa terselesaikan, kini malah seperti melihat adanya masalah baru. Perjodohan.

Keesokan harinya, Mario berangkat ke kantor seperti biasanya. Sekarang dia tidak lagi bersama dengan Ningsih dan menempatkan wanita itu di apartemennya. Setelah mengetahui siapa itu Ningsih atau yang asilnya bernama Dea Rossa, dan mengapa dia memilih kabur dari rumahnya, Mario cukup yakin dia tidak akan membuat masalah dengan keluarganya. Jikapun dia berani melakukannya, Mario sudah memegang informasi kunci soalnya.

Setibanya di kantor, dilihatnya Richard sedang mengobrol dengan beberapa karyawatinya. Keduanya memang termasuk dalam golongan yang good looking. Sama-sama mencirikan penampilan seorang eksekutif muda. Satu yang membedakan, Richard lebih menyukai gaya rambut yang sedikit berantakan, sementara Mario lebih menyukai gaya classy khas seorang eksekutif muda. Mengetahui jika bosnya sudah datang, Richard segera mengakhiri obrolannya lantas menghampiri Mario.

"Abang Iyok kok siangan datangnya? Untung aja hari ini gak ada meeting pagi. Kalau ada, abang bisa ketinggalan lho bang" Mendengar Richard berkata seperti itu, Mario sontak menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya ke arah Richard. Sejak kapan sekretarisnya itu berani manggil dia dengan sebutan "Bang Iyok"? Tatapan tajam Mario arahkan ke Richard. Jika Richard bersikap seperti ini, bisa-bisa satu kantor bisa salah paham semuanya. Bukannya takut dengan tatapan intimidasi dari Mario, Richard malah makin mendekat ke tempat Mario berdiri sekarang.

"Abang kok gitu sih. Adek kan jadi takut liatnya" Bukannya berhenti, Richard malah dengan sengaja memanjakan nada bicaranya pada Mario. Jengah atas sikap konyol sekretarisnya itu, Mario meraih pergelangan tangan Richard dan menyeretnya masuk ke ruangan.

"Lo bisa gak sih gak mancing orang mikir negatif? Gak inget kemarin kita disidang kayak gitu?" Ujar Mario setelah mereka berdua berada diruang Mario

"Wkwkwkwkwk... Parno banget dah bos? Santai aja kali"

"Lo santai, gue engap! Lo tahu kan kemaren daddy sama ayah mau jodohin gue gara-gara kemarin itu. Lo mau liat gue menderita seumur hidup? Tahu sendirilah kalau daddy sama ayah kalau udah sepakat gitu gak pernah main-main"

"Dea kayaknya cakep deh bos." Ujar Richard singkat dan ringan. Mario masih tidak bisa menangkap apa yang dimau oleh pembicaraan Richard. Dia melihat Mario sambil mengernyitkan keningnya.

"Masih gak paham? Gini bosku yang ganteng, manis, pinter tapi jomblo, kalo misal gak mau dijodohin, knapa gak coba deketin aja si Ningsih alias Dea? Dia itu cantik, cewek banget kan, trus dari cerita yang udah bos dan Tian sampein, dia cewek yang punya prinsip kuat. Jarang bos cari cewek kayak gitu jaman sekarang" Mario terdiam sejenak mendengar perkataan Richard baru saja. Benar juga yang diungkapkan Richard. Secara tampilan, Dea memang bukan kategori cantik, hanya orang gak bosen buat liatnya. Ketrampilannya dalam hal rumah tangga juga terlihat saat dia membereskan apartemen Mario yang berantakan, sangat terlihat jika Dea tipe cewek rumahan. Menyadari hal itu, Mario tiba-tiba tersenyum. Tiba-tiba kedua tangannya menangkup pada pipi Richard.

"Lo tu bener-bener... You know me so well, Chad" Lagi, pose mereka bisa mengundang tanda tanya bagi yang memandang itu.

"Bos... Bos.... Mending lepasin deh, ntar Pak Bara masuk dan salah paham lagi" Mendengar itu, Mario langsung membetulkan posisi mereka.

"Eh, tapi gimana mulainya ya? Masak iya gue langsung ngajak nge-date sama dia? Langsung nembak dia gitu?" Pertanyaan konyol dari Mario berhasil membuat Richard menjadi sedikit jengah.

"Ya elaah bos, masak ginian harus diajari juga. Ya deketin perlahan lah. Ubah tuh kulkas dua pintu"

"Maksud lo gimana? Gue kudu beli kulkas baru? Lha kulkas di rumah sama di apart gue masih bagus semua. Kagak ada yang rusak. Ato maksud lo beli kulkas buat rumah barunya ayah? Kan ayah pake desain interior punya om Markus. Sepaket kan?"

"Ampun dah. Maksud gue ya bos, ya jangan dingin gitu sama Dea. Gimana dia mau tertarik kalo bosnya sedingin es di gurun sahara? Jangan jutek sama pasang muka serem gitu juga." Mario hanya mengangguk-ngangguk.

"Udah? Gitu doang ya buat PDKT awalnya? Gue jutek sama ketus ke dia kan gak tahu dia siapa? Dia tiba-tiba aja muncul di keluarga gue. Jelas gue curiga sama dia." Mario membela diri terhadap sikapnya ke Dea.

"Ada lagi sih bos"

"Apaan?"

"Debt to Equity Swap"

Mendengar ide terakhir dari Richard, Mario tersenyum ringan. Mengapa dia tidak kepikiran sampai ke ide itu? Toh dia sudah memegang kunci dari masalah yang sebenarnya dihadapi oleh Dea dan bukan hal susah bagi Mario untuk menyelesaikan permasalahan dari Dea tersebut. Jadi, bukan hal yang sulit juga untuk Mario untuk melakukan usulan dari Richard. Sekarang, bagaimana dia bisa meyakinkan keempat orang tuanya untuk usulan dari Richard tersebut. Soal cinta? Mario berharap hal itu bisa tumbuh seiring waktu saat dia mulai mendekatkan dirinya pada Dea.

"Lo bener.. Siapin ya kontraknya. Satu jam harus selesai. Gue hubungin om Rendi. After lunch kita ke sana trus besok kita ke Penta."

"Bos, lo nyuruh gue apa nyiksa gue? Nyesel gue bikin ide yang akhirnya menyengsarakan gue sendiri" Richard mengungkapkan penyesalannya melontarkan idenya.

"Udah, gak usah ngedumel kayak gitu. Kalau ini sukses, lo bakalan gue kasih bonus" Mario sangat mengerti kuncian dari Richard. Apalagi jika bukan bonus dan fulus. Benar saja, mendengar adanya bonus, maka Richard langsung memasang muka sumringahnya. Wajahnya langsung dihiasi oleh senyum seribu watt darinya.

"Aiihh... Ayank Iyok baik deh. Eike jadi suka kalao gitu sama ayank Iyok." Mario langsung membelalakan matanya mendapati sekretarisnya itu kembali bertingkah gila seperti itu. Dengan isyarat kepala dan lirikan mata, Mario menyuruh Richard untuk keluar dari ruangannya. Richard menurutinya, karena dia sendiri harus mengerjakan apa yang dimau oleh Mario jika dia ingin bonus yang dijanjikan oleh Mario. Begitu Mario melihat pintu telah kembali tertutup, dia langsung mengambil ponselnya. Setelah tersambung, dia lalu berujar:

"Pagi om, kayaknyak Iyok mau ngajuin jadi penjamin buat hutang dari PT Penta Agri. Sekitaran after lunch, Iyok ke sana buat urus semuanya. Sekarang Richard lagi siapin semua berkas dokumennya. Bisa ya om?"

"..............."

"Abis dari tempat om, ntar Iyok baru ke PT Penta Agri. Mereka emang masih kecil tapi bukannya dengan perusahaan yang masih kecil, lebih mudah dibentuknya. Lagipula, Nusa Raya Group belum punya lini usaha di agrikultural, jadi gak masalah kan kalau Iyok mau take over PT Penta Agri"

Selesai mengatakan itu, senyum langsung mengambang di bibirnya. Entah, dia merasa sangat ringat dan merasa bahwa ini adalah langkah yang tepat untuknya.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Where stories live. Discover now