Part 10

565 29 3
                                    

Bara pagi ini dibuat bingung oleh Mario. Anaknya itu melakukan aksi korporasi tanpa melalui pertimbangan darinya. Aksi korporasi itu yang dilakukan oleh Mario juga sangat mendadak. Sejak kehamilan Lina, Bara sudah menyerahkan pengelolaan Nusa Raya Group di bawah kendali Mario, yang artinya dengan atau tanpa melalui persetujuan dari Bara, Mario bisa mengambil keputusan untuk Nusa Raya Group. Namun, tetap saja Bara merasa diacuhkan oleh Mario karena tindakannya itu karena selama ini, Mario masih tetap meminta pertimbangan Bara untuk setiap keputusan untuk perusahaan.

"Kamu kenapa mau take over perusahaan kecil kayak gitu? Yakin kamu soal ini semua? Kita gak ada experience di bidang perkebunan" Bara kini berada di ruang kerja Mario. Dia memilih untuk mencari konfirmasi langsung ke Mario daripada penasaran dengan langkah yang diambil oleh Mario. Pertanyaan Bara menyadarkan Mario akan dua hal, pertama bahwa dia belum memberi tahu soal Ningsih yang sebenarnya bernama Dea Rossa dan bagaimana kisahnya yang sebenarnya. Kedua, Mario juga terlupa untuk memberi tahu Bara soal keputusannya tersebut.

"Ada baiknya daddy lihat ini dulu" Mario menyerahkan beberapa bukti mengenai Dea Rossa kepada Bara. Bara menerima beberapa berkas dari Mario, membacanya dengan cermat dan teliti.

"Dugaan Iyok bener dad. Ningsih. Nama aslinya Dea Rossa. Wanita asli Bandung, anak dari Dewa Bramantyo dan Anissa Kurniawati, adik dari Devon Bramantyo. Dia lulusan SMK perhotelan di Bandung. Lari dari rumah karena dipaksa nikah untuk melunasi hutang ayahnya yang kena tipu." Mario berhenti sejenak, memberi waktu untuk Bara mencerna semua yang dikatakannya itu.

"Penta Agri bangkrut bukan karena salah pengelolaan. Penta Agri bangkrut karena penipuan Refan, teman dekat Dewa, ayah Dea. Dia berhasil merayu Dewa untuk menggunakan perusahannya sebagai jaminan hutang ke bank dan dengan sengaja Refan tidak mau membayar hutangnya jika Dea tidak mau dinikahkan dengan Leo, anak Refan." Mario melanjutkan penjelasannya terkait dengan identitas dari Dea yang sebenarnya.

"Okelah, jika memang seperti itu cerita dari Ningsih atau Dea itu. Trus, kenapa juga sampai kamu harus take over Penta Agri? Daddy rasa itu gak ada hubungannya dengan kamu melakukan akuisisi Penta Agri"

"Ya Iyok gak mau kalau Dea sampai kepaksa nikah sama Leo" Jawaban Mario sungguh di luar dugaan Bara. Dia mengernyit heran ke arah Mario. Mario hanya menunjukkan sifat yang cenderung protektif hanya pada orang-orang tertentu saja. Lantas mengapa Bara sekarang menangkap aura protektif sekaligus juga posesif tersebut saat dia berkata soal Dea? Dea bukan siapa-siapa. Dia hanya wanita yang baru dikenal oleh Mario kurang dari sebulan yang lalu.

"Kamu............................" Belum selesai Bara berucap, Richard mengetuk pintu ruang kerja Mario.

Tok..Tok.. Tok..

"Maaf mengganggu, di luar ada keluarga Dewa Bramantyo. Ingin bertemu untuk membahas proposal yang kemarin diajukan. Bisa diterima?" Ucap Richard sopan kepada Mario dan Bara. Mario hanya mengangguk sebagai jawabannya. Mendapat kepastian tersebut, Richard keluar untuk menemui tamu dari bosnya itu.

"Dad di sini ya. Dampingin Iyok" Ujar Mario singkat. Sejak kapan juga Mario meminta dirinya untuk mendampingi saat melakukan business dealing? Mario bukan anak kemarin sore yang harus didampingi untuk melakukan pertemuan bisnis. Bara berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran tersebut. Mungkin ada baiknya jika dia sekarang fokus terlebih dulu dengan Dewa. Tapi, jika ini adalah urusan bisnis, kenapa juga Dewa membawa seluruh keluarganya? Sangat tidak lazim jika melakukan interaksi bisnis tapi membawa seluruh keluarga.

"Selamat pagi, Pak Dewa, selamat datang di kantor kami. Perkenalkan ini ayah saya. Bara Rachmadi" Mario menyambut hangat Dewa, Anissa dan Devon. Dia bersalaman dengan ketiga tamunya tersebut sembari memperkenalkan Bara kepada mereka. Sebenarnya, tanpa diperkenalkanpun, mereka tentu sudah tahu siapa yang berdiri di samping Mario. Bara lalu mengulurkan tangan dan menyalami mereka bertiga. Setelah selesai acara perkenalan mereka kini duduk berhadapan, Bara dan mario sementara Dewa, Anissa dan Devon di sisi lainnya. Richard, memilih berdiri untuk mencatat semua hasil pertemuan bisnis dadakan ini.

"Saya sudah mempelajari proposal yang kemarin ditawarkan kepada kami. Pada prinsipnya kami setuju dengan skema yang dibangun di proposal tersebut. Tapi, saya di sini ingin mengajukan satu syarat dulu sebelum proposal tersebut kami tanda tangani dan perjanjian tersebut berlaku legal secara hukum" Dewa membuka perbincangan dengan langsung pada intinya. Mario tersenyum lega mendengar bahwa Dewa akhirnya menyetujui tawarannya.

"Saya hanya ingin mengajukan syarat terkait anak kami, Dea. Saya ingin jaminan keselamatan untuk anak saya tersebut. Setelah saya tanda tangani perjanjian tersebut dan Penta Agri resmi di bawah bendera Nusa Raya, Refan pasti tidak akan diam saja. Dia tidak akan mungkin menyerang anda, tapi pasti akan menyerang kami" Syarat dan permintaan dari Dewa tersebut tidak susah untuk dipenuhi oleh Mario. Mendengar itu, Mario hanya tersenyum ringan. Sementara Bara masih diam sambil terus mengamati apa yang terjadi.

"Bapak jangan khawatir, seperti yang sudah saya tegaskan kemarin, Dea akan aman bersama dengan keluarga saya. Untuk bapak dan keluarga di Bandung, jangan khawatir juga. Saya tidak akan mungkin membiarkan keluarga bapak dalam bahaya"

Pertemuan bisnis itu berlangsung dengan lancar. Anissa saat itu meminta pada Mario beberapa video hasil rekaman cctv di baik di rumah Bara maupun di apartemen Mario dan Mariopun memenuhi permintaan sederhana dari Anissa tersebut. Dia sangat kangen sebenarnya dan ingin sekali bertemu dengan Dea. Namun, mengingat Dea lari dari rumah dalam kondisi marah, Anissa tidak yakin jika Dea masih mau menemuinya.

Setelah Dewa dan keluarganya meninggalkan ruangan Mario, Bara kembali duduk di sofa. Dia masih ingin melanjutkan perbincangannya tadi yang terputus dengan Mario.

"Duduk dulu, daddy belum selesai bicara dengan kamu. Tadi keputus dengan kedatangan Dewa" Mario yang awalnya mengira bahwa Bara akan kembali ke ruanganya, kembali duduk berhadapan dengan Bara.

"Satu pertanyaan penting dari daddy, apa kamu lakuin ini karena daddy dan ayah kamu sepakat untuk mencarikanmu wanita dan menjodohkanmu?" Mario memejamkan matanya sejenak. Di dapan Bara, dia tidak bisa menyembunyikan diri. Bara sudah sangat mengenal Mario dengan segala pola pemikirannya.

"Jujur, Iyok harus bilang iya. Iyok tidak suka dijodohkan dengan wanita yang tidak Iyok kenal, makanya Iyok lakuin ini. Tetapi, satu yang ingin Iyok tekankan, Iyok gak akan pernah memaksakan apa yang Iyok mau ke Dea. Jika emang nanti Dea gak mau sama Iyok, ya udah, Iyok akan mundur. Sekarang Iyok cuman pengen deket dulu sama Dea. Lebih kenal dulu sama Dea. Walaupun cara yang Iyok lakuin juga gak bener, tapi ini yang bisa Iyok lakuin sekarang"

Penjelasan panjang dari Mario sedikit melegakan Bara. Dia menatap dalam mata Mario, dan yang ditemuinya di sana adalah kejujuran atas ucapannya itu. Kesungguhan atas ucapannya juga terlihat dari sorot mata mario saat mengucapkannya. Bara tidak perlu lagi menanyakan perasaan Mario pada Dea, karena sikapnya yang protektif dan posesifnya sudah menjelaskan semuanya. Hanya sekarang, bagaimana membuatnya mengakui perasaannya itu.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Där berättelser lever. Upptäck nu