18. Terikatnya Benang Merah

Start from the beginning
                                    

Je Ha diam, memandangi kuda tinggi itu lamat-lamat.

"Apa?" Ujar Wang Jae lagi, tidak sabaran.

Gadis gisaeng itu menoleh dengan wajah kebingungannya. "Bagaimana caranya untuk naik?"

Pangeran ke tujuh mendengus tidak percaya, "ya naik saja, ada pijakannya, kau tidak lihat?"

Je Ha masih bingung, "y-ya... saya lihat, tapi kuda ini sangat tinggi."

Hei, dia kan tidak pernah naik kuda sendiri. Walaupun memang ada pijakannya tapi kuda-kuda ini cukup tinggi, badannya kan kecil. Lagipula selama berkuda dengan Hwang Je No, pria itu selalu membantunya untuk naik—

Oh ya ampun, lagi-lagi Hwang Je No.

Son Je Ha menghela napas keras-keras.

"Sudahlah Yang Mulia," dia mengibaskan tangan, "saya akan kembali ke gyobang sekarang."

Wang Jae melotot, "hei tunggu!" Dia menarik rambut panjang Si gisaeng dengan cepat, membuat perempuan itu terhuyung ke belakang.

"Sakit!"

"Baiklah baiklah aku akan membantumu untuk naik!" Sungut Sang pria, "kau sangat manja."

Son Je Ha memandangi Wang Jae dengan sepasang mata memicing. Hari ini pria itu agak aneh. Wang Jae yang mengajak dan memaksa, kenapa dia yang dimarahi dan dikata-katai?

"Anda ini... kenapa sih," dengusnya.

"A-apa maksudmu yang kenapa?!" Nada Pangeran meninggi lagi, "diamlah dan cepat naik."

Dengan gestur yang agak canggung, Wang Jae segera membantu Son Je Ha naik ke atas kudanya. Ah, kuda hitam ini lumayan tinggi. Meski memang Yong-Gam sedikit lebih tinggi dan besar, tetap saja kuda ini terbilang sangat tinggi di antara kuda kerajaan yang lain.

Entah mereka akan kemana, kali ini Son Je Ha menurut saja ketimbang dia dicap tidak sopan terhadap Pangeran Goryeo.

Padahal dia masih memiliki beberapa selimut yang belum ia selesai rajut.

"Hwangja-nim, kita akan pergi kemana?" Tanyanya, ketika Wang Jae telah duduk di belakangnya.

"Entahlah."

"Haa?"

"Kau cukup cerewet hari ini."

Son Je Ha jengkel mendengarnya.

Oh, dia jarang merasa kesal pada orang, tapi kali ini Wang Jae benar-benar menjengkelkan. Sebenarnya pria ini kenapa?

Yah, pada akhirnya dia tak bertanya lagi, ketimbang Sang Pangeran mengomel lagi dan lagi.

Tapi ketika Wang Jae melingkarkan tangan kiri di pinggangnya yang ramping, Son Je Ha tersentak kecil, dia dengan refleks memegang tangan Wang Jae.

"Y-Yang Mulia... tidak— tidak perlu memegangi saya seperti ini," katanya agak lirih.

"Kau mau terjatuh?" Suara berat itu terdengar tepat di telinganya. "Kuda ini akan berlari dengan sangat cepat, diam dan jangan bergerak."

Pada akhirnya, gadis itu hanya bisa menurut. Dia terus diam seperti batu dengan tingkah canggung, membiarkan Wang Jae memeluk erat pinggangnya seolah benar-benar tak akan pernah dia lepaskan.

Entah apa yang terjadi hari ini. Son Je Ha hanya merasa sedikit tidak nyaman, ini tidak seperti ketika keduanya pergi untuk makan bersama ke kedai di desa sebelah.

Hari ini, ketika melihat Wang Jae, Je Ha merasa sangat tidak nyaman.

Tapi mungkin itu hanya efek kegelisahan hatinya karena terus memikirkan Hwang Je No.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologWhere stories live. Discover now