17. Tangisan Para Adam

Start from the beginning
                                    

Bagaimana pun, gadis itu mencoba untuk membayangkan Son Jae Hyun ketika dia memejamkan mata. Namun Demi Tuhan, sosok Hwang Je No yang selalu muncul dalam benaknya tanpa diperintah, dan itu membuatnya sangat frustrasi sampai akhirnya menangis. 

Je Ha tidak ingin lagi memikirkan Sang Panglima, namun pria itu dengan tidak tahu dirinya terus masuk dalam bayang-bayang pikirannya. 

Gadis itu diam, kini terisak pelan, membuat Seon Jae Hyun semakin khawatir. 

"Son Je Ha, ada apa? Ku mohon katakan padaku." 

"Maafkan... saya..." 

Hanya itu yang terlontar. 

Jae Hyun menghela napas, "apa? Apa yang membuatmu meminta maaf? Kau tidak melakukan kesalahan apapun padaku." 

Ya. Ya, mungkin Son Je Ha memang tidak melakukan kesalahan apapun hingga harus membuatnya meminta maaf terhadap tuan cendekiawan. Tapi... 

"...Maka dengan kau melakukan ini... bukankah sama saja kau tak menghargainya? Bagaimana mungkin kau bisa mencintai pria lain?" 

Suara Hwang Je No yang meninggi di hadapannya, terus berdengung di telinga. 

"Hei, Son Je Ha." Jae Hyun berkata dengan lembut, memegang wajah itu dengan sepasang tangannya. Dia tatap manik bening gadisnya dengan penuh keteguhan. "Apa yang salah? Mengapa kau menangis? Apakah aku telah melakukan kesalahan?"

Saking lembutnya suara itu, Son Je Ha mengalirkan air matanya lagi. 

Mungkin benar bahwa Seon Jae Hyun adalah pria baik dan sempurna yang tak akan pernah lagi kau jumpai dimana pun, tapi— 

"Tuan Seon, rasanya sakit... ini sangat menyakitkan... hati saya, terasa sangat sakit..." dia kembali terisak, lelehan air mata di pipinya membasahi telapak tangan Jae Hyun. 

"Kenapa? Apa yang membuatmu seperti itu? Apakah aku—"

"Tuan Seon, saya mencintai Panglima Hwang, namun dia tidak mencintai saya..." 

Raut khawatir di wajah tuan cendekiawan langsung memudar. Seperti ada belati tajam yang menghunus jantungnya kala itu, seperti ada anak panah yang menusuk telinganya dengan kejam. 

Sebuah kalimat yang tak akan pernah Jae Hyun sangka. 

Untuk beberapa saat, Seon Jae Hyun diam saja. Pandangannya terlihat agak kosong, menatap ke arah gadis gisaeng yang masih menangis dengan segala keputusasaannya. 

Apa yang sebenarnya telah terjadi? Hal seperti apa yang telah terjadi di belakangnya selama ini? 

Son Je Ha mencintai Hwang Je No. 

Dan gadis itu juga baru saja mengatakan jika Hwang Je No tidak mencintainya. 

"Ini menyakitkan," terdengarlah rintihan Sang gadis sekali lagi, "rasanya sangat sakit ketika melihatnya pergi seperti itu, ketika melihat punggungnya berjalan menjauh..." 

Kalian tahu apa yang dirasakan Seon Jae Hyun saat ini? 

Hatinya sangat hancur. 

Hatinya hancur berkeping-keping, saking sakitnya bahkan Jae Hyun tak tahu apa yang harus dia katakan, seperti apa dia harus menanggapi keluh kesah Son Je Ha atas Hwang Je No. 

Gadis yang sangat dia cintai, gadis yang ingin segera dia nikahi... rupanya mencintai pria lain, dan itu adalah orang terdekatnya. 

Mengambil napas sedalam mungkin, tuan cendekiawan memejamkan matanya sejenak. 

Lantas ia mengulas sebuah senyum, senyuman paling tulus. Ia usap jejak air mata di wajah gadisnya— gadis itu, kemudian berucap. "Jangan menangis, ku pikir... Panglima Hwang juga mencintaimu." 

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologWhere stories live. Discover now