EMPAT

1.1M 84.7K 18.7K
                                    



"Assalamualaikum Bundaa, Alizaa cantik pulang!"

Lagi lagi Aliza salah tingkah, ia lupa bahwa rumahnya kedatangan tamu, ia menuduk malu. Mendekat ke arah Bunda dan menyalami kedua tamu yang beberapa hari lalu datang lagi.

"hehe maaf om tante, kebiasaan" Aliza terkekeh kecil, Tante Rani dan Om kifli hanya tersenyum melihat tingkah calon mantu, eh calon mantu ni yey.

"Kinaan sedang diperjalanan, maaf ya agak lama" ucap sungkan Tante Rani.

"iya kemungkinan macet makanya agak lama" sahut Om Kifli.

Bunda tersenyum tidak masalah baginya menunggu Kinaan, coba saja menunggu Aliza sudah pasti diiringi omelan.
"gapapa duduk aja dulu, silahkan minum tehnya" ucap Bunda sembari mendekatkan teh yang sudah ia siapkan.

Aliza memainkan ponselnya, menunggu pesan dari si kekasih, biasanya Zero akan mengiriminya pesan kapan saja. Tapi akhir akhir ini jarang sekali Zero memberinya kabar.

"Assalamualaikum" Ucap seorang lelaki dengan peci serta terusan baju koko hitam.

"Wa'alaikumsalam" Ucap Bunda serta kedua tamu tersebut, kecuali Aliza. Ia menjawab dalam hati saja.

Bunda menyambut hangat lelaki tersebut membuat Aliza memutar bola mata malas, Bundanya terlalu berekspresi berlebihan.
"Kinaan kan? Masyaallah ganteng sekali" puji Bunda mempersilahkan Kinaan duduk.
Kinaan memabalas senyuman hangat Bunda.
"Alhamdulillah, terimakasih Tante".

"Umi Abi, maaf ya Kinaan lama" Ucap Kinaan kepada Tante Rani, sungguh bahasa serta suara Kinaan sedikit membuat Aliza kagum. Ia begitu menghormati kedua orang tuanya, berbeda dengan Aliza yang kadang masih sering membantah Bunda dan Ayah.

Bunda kembali duduk disebalah Aliza.
"Aliza ini Kinaan. Anak tunggal Tante Rani dan Om kifli" ucap Bunda menerangkan kepada Aliza.

Aliza hanya mengganguk malas, ia tidak suka situasi ini, ia tidak mau dijodohkan, ia tidak suka Kinaan.

Aliza menatap Kinaan dari atas hingga bawah, walau tidak sopan ia tidak peduli, biar saja agar perjodohannya dibatalkan, malah membuat Aliza senang.

Kini giliran Tante Rani yang memperkenalkan Kinaan kepada Aliza.
"Kinaan ini Aliza. Anak bungsu Tante Mira dan Om Rakha. Tante Rani ini sahabat Umi waktu kuliah, kita tinggal bareng dulu".

Bunda Mira tertawa, teringat memori lama ia dan sahabatnya, saat masih menginjak jurusan serta universitas yang sama semasa dulu.

Kinaan hanya mengganguk, tidak ada jawaban dari keduanya, mau dari Aliza atau Kinaan.

Aliza menatap heran Kinaan, "Sakit leher ni orang" batin Aliza, saat melihat Kinaan yang nampaknya tak berani menatap Aliza begitu lama. "Sok ganteng banget si, emang gue jelek apa!".

"Kinaan boleh memberi tanggapan tentang Aliza bagaimana?" ucap Bunda yang dihadiahi pelototan Aliza. Apa maksudnya Bunda menyuruh Kinaan menilai Aliza, sungguh menyebalkan, bagaimana jika Kinaan mengatainya, Aliza akan membalas lebih kejam.

Kinaan binggung ia harus bicara apa, secara ia belum mengenal lebih dekat Aliza.
"Aliza cantik Tante, Insyaallah Kinaan yakin hatinya juga secantik parasnya" ucap Kinaan sedikit melirik Aliza, hanya sedikit.

Aliza ingin muntah mendengarnya, mulutnya seperti meledeki omongan Kinaan, seperti "Nyenyenye" gitu.

Tante Rani dan Om kifli tersenyum mendengar ucapan Putranya.

Bunda menggengam tangan Aliza.
"Aamiin, sekarang giliran Aliza?" ucap Bunda menyenggol sedikit badan Aliza, tanda agar " Jangan berbicara macam macam!".

Aliza menatap Bunda, kenapa ia harus mengatakan juga, ia tidak mau.

Aliza menggeleng, dengan cepat bunda melemparkan tatapan tajam yang membuat Aliza mau tak mau mengikuti perkataan Bunda.

Bunda tersenyum kepada Kinaan dan kedua orangtuanya, geram sekali ia dengan anak gadisnya ini. Gimana jika Kinaan akan menolak perjodohan ini setelah melihat Aliza seperti ini, ia buang jauh jauh pikiran itu, sekarang ia harus mengatur Aliza sebaik mungkin.

Aliza menarik napas dalam sebelum ia siap mengatakan sesuatu.
"Sungguh pertemuan yang luar biasa, tapi maaf ya Kinaan gue nggak-".

Dengan cepat bunda mencubit perut Aliza, melarang anak itu mengatakan hal diluar nalarnya.
Aliza menghentikan omongannya, melihat tatapan macan Bunda sudah siap menerkamnya.
"bicara yang bener, atau ngak dapat uang jajan seminggu" bisik Bunda pelan tapi terdengar tajam untuk Aliza.

Aliza terdiam kaku mrndengar ancaman Bunda. Bunda tidak pernah bercanda dengan omongannya.
Aliza terkekeh menatap Bunda. Daripada tidak mendapat uang jajan lebih baik ia mengikuti jalan orangtuanya.

Aliza kembali menatap Kinaan, dengan senyum terpaksa.
"-Nggak mau perkenalan kita sampai sini aja, hehe gitu maksudnya Om Tante". Ucap Aliza, ia meratapi dirinya. Bagaimana ia bisa mengatakan itu. Kinaan akan Gr mendengar ucapan Aliza, ia harap Kinaan bukan tipe orang yang mudah baper.

Tante Rani dan Om Kifli tertawa melihat tingkah Aliza. Begitu juga Kinaan, tanpa disadarinya kedua sudut bibirnya mengukir sedikit senyum melihat Aliza, ia tahu Aliza sebenarnya tidak ingin mengucapkan itu, dalam kurung ia tahu Aliza TERPAKSA.

"Bener juga kata Aliza, bagaimana jika pertemuan minggu depan kita majukan jadi malam ini" Ucap Om kifli yang diangguki kedua orang tua mereka.

Ayah Rakha menerima usulan dari Om kifli, dengan rasa bahagia.
"Ide bagus, boleh saja" sahutnya.

"Iya iya, setelah isya ya, di cafe kita aja" Usul Tante Rani yang diangguki suaminya, ia memang memiliki sebuah cafe mewah, yang tak jauh dari rumahnya, bahkan cafe miliknya diberi nama "Kiraki" Kinaan Rani dan Kifli, sungguh keluarga harmonis, beruntungnya Kinaan menjadi anak tunggal.

Aliza mengutuk diri sendiri, ia menyesal mengatakan kalimat tadi. Andai saja ia punya kekuatan menghilang, sudah dari tadi ia akan meninggalkan tempat ini dan pulang ketika Bunda terlelap.
"Aliza goblok, kenapa ngomong gitu si" batinnya.

"gimana Aliza? Kinaan?".

Aliza berpikir sejenak, tapi lagi lagi tangan Bundanya memberi isyarat yang sudah ia pahami. Sungguh ia ingin kabur sekarang juga. Siapapun tolong bawa Aliza keluar dari sini, Supermen, Spidermen, Wonderwomen, Aliza membutuhkan kalian sekarang juga.

Aliza dan Kinaan mengganguk kompak. Melihat itu kedua orangtua mereka tersenyum menggoda, sedangkan Aliza memutar bola mata malas, kenapa harus samaan si, kaya ngak ada jawaban lain aja.

"wah jodoh emang kalian ya" ucap Bunda disambut tawa yang lainnya, kecuali- Aliza dan Kinaan.

"bukan jodoh, tapi dijodohin" batin Aliza menggrutu.

Om Kifli melirik jam tangannya, lalu segera bediri diikuti Tante Rani dan Kinaan.
"sudah menjelang Ashar, sepertinya kita akan pulang. Jangan lupa acara malam nanti ya".

Dengan semangat Bunda menjawab.
"tentu saja, tentu saja" ucapnya.
Bunda mempersilahkan mereka pulang dengan ramah. Bunda sudah tidak sabar untuk acara malam nanti, terlihat bahagia sekali dirinya. Aliza senang melihat Bunda senang, tapi kali ini Aliza tidak senang, ia ingin menangis.

Aliza menatap tajam Kinaan, sedangkan orang yang ditatap menyelonong begitu saja. Ingin sekali Aliza mencakar wajah tampan itu agar menjadi jelek. Apa? tampan, Aliza hanya memuji tidak lebih.




Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Where stories live. Discover now