Geez. Dia cuma gak tau kalo gue yang ngebuat papanya masuk rumah sakit. Yoshi pasti bakal langsung mutusin gue kalo dia tau gue yang nyuruh Yuta buat ngehabisin polisi-polisi rekan om Kanemoto.

"Jadi baru tadi pagi papa kamu masuk rumah sakit?" tanya gue, pura-pura gak tau.

Yoshi ngangguk dengan ekspresi sedihnya, dia ngeraih sebelah tangan gue dan ngegenggam tangan gue itu pake kedua tangannya. "Abis ini aku mau langsung ke rumah sakit, Lui. Doain papa cepet sembuh ya." katanya.

Gue teridam natap wajahnya dengan alis yang berkerut prihatin. Gue nunjukin sedikit senyum tipis di bibir gue. "Pasti aku doain yang terbaik buat om." balas gue.

Jujur, gue gak sedih karna papa Yoshi masuk rumah sakit. Sebut gue psikopat atau apa, terserah, tapi yang bikin gue sedih adalah Yoshi. Gue gak tega ngelihat dia pilu kayak gini. It hurts me.

"Lengan kanan papa ketusuk pisau, dan kemarin waktu dia pulang ke rumah kondisinya bener-bener ngebuat aku dan mama kaget." ceritanya. "Banyak darah dan... memar..."

Gue nankup tangan Yoshi yang lagi menggenggam tangan gue. "Om kan kuat, aku yakin om bakal cepet sembuh kok." ujar gue, nenangin Yoshi.

Yoshi ngecup tangan gue dan ngeletakin sebelah tangan gue di pipi kirinya. Dia senyum tipis. "Thank you, Rui. I love you so much." katanya.

Gue senyum dan ngangguk. "Omong-omong soal musuh yang papa kamu kejar, gak berhasil ketangkap?" tanya gue, sekali lagi pura-pura gak tau.

"Enggak." jawab Yoshi. "Bahkan kapal dia pun gak berhasil digrebek karna team papa diserang duluan sama anak buah Yuta bahkan sebelum mereka sampai di dermaga."

Good, Nakamoto. Lo pinter banget. Gue udah khawatir dan wanti-wanti kalo papa Yoshi bakal curiga sama gue kalo sampai dia gak ngelihat kapal The Sire karangan gue di dermaga, tapi untungnya anak buah Yuta nyerang mereka duluan bahkan sebelum mereka sampai dan ngecheck dermaga.

"God... Bener-bener biadap si Yuta Yuta itu!" kata gue seolah-olah gue ada di pihak dia.

Yoshi ngangguk dengan ekspresi sedu-nya. Sekali lagi dia ngecup tangan gue yang dia tempelin di pipinya sebelum dia ngelepas tangan gue.

"Aku janji dia bakal dapat balasan yang setimpal. I promise that." kata Yoshi.

Gue terdiam, gak tau harus bicara apa. Apa ini artinya pacar gue bakal jadi musuh gue?

•••••

Malam-malam gini gue ngitarin rumah Yuta buat nyari si pemilik rumah. Maid bilang Yuta udah pulang dan gue nungguin dia karna gue mau bicara. Padahal ini udah lewat tengah malam tapi gue bela-belain gak tidur.

Gue yang lagi ngitarin rumah Yuta langsung berhenti melangkah waktu gue ngelihat dia lagi nyantai di halaman belakang rumahnya. Dia duduk di kursi santai kolam renang. Huh, akhirnya ketemu.

Lantas aja gue menghampiri dia. Yuta gak sadar sama kehadiran gue karna dia sibuk ngerokok sambil ngamatin kolam renang, sampai gue duduk di pool chair yang ada di sebelahnya.

Gue duduk nyamping dan menghadap Yuta, sementara Yuta duduk nyantai biasa sambil ngelurusin kakinya di atas pool chair.

Dia noleh ke gue. "Kamu belum tidur." simpulnya waktu dia ngelihat gue.

Gue natap dia pula. "I wanna talk to you." kata gue.

Yuta ngangguk, dia kembali natap lurus ke depan sambil ngehisap rokoknya. "What is that about?" tanya Yuta kemudian.

"Jadi gini, kalo kamu tau aku jadi secret agent-nya papa Yoshi, artinya kamu nyelidiki papa Yoshi juga?" tanya gue, Yuta noleh tapi dia masih kelihatan kurang paham. Gue sedikit ngebenerin posisi duduk, "Gini, i wanna tell you something. Papa Yoshi itu nyelidiki kamu karna terpaksa Na Yuta, atasannya nyuruh dia untuk ngeringkus kamu. He knows that you're hard to reach, dan kalo bisa milih dia mungkin bakal milih lepas tangan daripada ngeringkus kamu. Kamu tau itu?"

Guns & Yuta ✓Where stories live. Discover now