🐝 Devaul • 12

Start from the beginning
                                        

Disaat hatinya menyuruh Lena untuk membantu, otaknya malah memutar kejadian-kejadian di mana semua orang malah memetingkan Laura dan melupakan Lena.

Apakah Lena egois?

Pertanyaan itu sering kali muncul pada hati Lena. Lena ingin sekali berbaikkan dengan Laura, hanya... otaknya selalu bilang kalau mereka sebaiknya begini saja.

Lena, tidak tau harus berbuat apa.

✨✨✨

Laura terbangun. Cewek itu mengerjap untuk memperjelas penglihatannya. Mata Laura menyorot jam di dinding kemudian menyorot cermin.

Laura mengelap darah di hidungnya yang sudah kering. Di tangannya juga ada bekas darah karna batuk semalam. Laura sudah tidak pernah ke rumah sakit lagi.

Cewek itu beringsut duduk, kemudian meraih sisir di meja dan menyisir rambutnya yang berantakan. Laura benar-benar berantakkan sekarang. Semalam cewek itu tidur jam 2 malam.

Laura turun dari kasurnya dan melangkah dengan gontai menuju kamar mandi. Laura benar-benar seperti mayat sekarang. Mukanya benar-benar pucat, akibat semalam.

Beberapa menit kemudian Laura keluar dengan pakian seragam yang sudah menempel apik di tubuhnya. Setelah memasukkan buku, memakai sepatu dan memakai hoodie, Laura langsung keluar. Cewek itu juga tidak lupa mengoleskan sedikit lipgols pada bibirnya yang pucat.

Langkah Laura terasa berat, begitu juga dengan punggungnya. Seolah ada sebuah batu beras yang menempel di sana. Cewek itu sampai di bawah, Laura meremas tali tas nya erat.

Laura berusaha tersenyum pada Ayah dan Bundanya yang sedang sarapan dengan hening. Tak ada satupun ucapan yang terlontar dari mulut mereka. Rumah ini benar-benar hening, padahal ada orang-orang di dalamnya.

"Em, Laura pergi ke sekolah dulu yah?" pamit Laura sambil menyalim tangan keduanya.

Tatapan Risa sendu tapi bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Rehan hanya menunduk, menghindari dari tatapan Laura. Tangan Risa terulur untuk mengelus pipi pucat Laura. Laura memejamkan matanya sejenak, menikmati elusan lembut di pipinya.

"Kamu sakit, sayang?" tanya Risa lembut. Rehan melirik sekilas, tapi langsung lanjut menunduk dan memakan makanannya.

Laura menggeleng. "Enggak kok, aku sehat." ucap Laura lalu memamerkan senyum lebarnya. Seolah menjelaskan pada Bundanya bahwa ia benar sedang baik-baik saja.

Tapi Risa tidak bodoh. Wanita itu tau bahwa Laura sedang tidak baik-baik saja. Risa merasa gagal dalam menjaga Laura dan Lena. Ia gagal.

Risa mengangguk. "Hati-hati di jalan." pesannya dengan senyum hangat.

"Siap Bunda!" hormat Laura. Cewek itu menoleh pada Ayahnya yang sedang menunduk. Laura tersenyum simpul, melangkah maju dan mencium pipi Ayahnya dengan cepat.

Laura menunduk dan berbisik pelan, "Aku sayang Ayah sama Bunda." Laura menegakkan badannya dan pamit keluar.

Sebelum Laura pergi, Rehan berujar tapi posisi yang sama. "Temuin kami sehabis pulang sekolah di rumah Oma Carrisa."

"Hm, nanti Laura ke sana."

✨✨✨

Laura kesepian.

Hari ini tidak ada Katya ataupun Mey. Walaupun tidak ada Mey, Laura tetap dibully oleh kedua teman baru Mey. Tadi Laura sempat bertemu dengan Devano tapi tidak lama.

Cowok itu sedang menyusun rencana untuk tawuran. Mereka akan melakukan tawuran saat pulang sekolah, karna tidak jadi hari-hari kemarin. Laura ingin melarang Devano tapi ia sadar posisi. Ia cuman, em, teman?

Entahlah, Laura bingung. Sikap Devano yang berubah-ubah membuat Laura bingung. Kadang cowok itu bersikap seperti seorang sekasih, kadang seperti sabahat, dan terkadang seperti seorang teman.

Jam-jam berlalu dan bel pulang sudah bergema nyaring. Laura menyimpan bukunya pada tasnya dan memakai tas itu dengan pelan. Riri dan Sika sedang mengejeknya tapi Laura menulikan telinganya.

"Ayo Lau. Kuatin hati lo, dikit lagi...." gumam Laura, lalu menarik nafas panjang.

Laura menaiki motornya dan memakai helm. Mengabaikan rasa pening di kepalanya, Laura terus menatap jalanan di depannya. Cewek itu mengendarai motornya dengan pelan menuju rumah Carrisa. Tadi Lena sempat menchatnya, bilang bahwa cewek itu sudah berada di sana dan semuanya sudah menunggu.

Perut Laura sudah berteriak minta diisi, tapi Laura mengabaikan itu. Mungkin ini penyebab sakit di kepalanya, karna tidak makan dari tadi pagi. Saat istirahat tadi, Laura juga tidak ke kantin.

Ia hanya memakan satu roti dan meminum segelas air.

Laura sampai. Cewek itu berusaha mengendalikan dirinya, dadanya bergemuruh, takut melanda dirinya. Laura berkali-kali berdoa, berharap apa yang menimpanya ini tidak berat.

"Semoga gue kuat." gumam Laura lalu melangkah masuk.

✨✨✨

✨✨✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Devaul • completedWhere stories live. Discover now