00.26

181 23 10
                                    

Akhirnya mereka tak jadi pulang. Lucas menarik Yuqi menuju bianglala. Mereka berbaris di antrean. Cukup panjang karena bianglala adalah permainan yang tak boleh dilewatkan.

Setelah lama menunggu, giliran mereka tiba.

Yuqi tak henti-hentinya tersenyum lebar ketika bianglala itu mulai bergerak. Dia melongokkan kepalanya ketika bianglala yang dinaikinya berada di atas.

Pemandangan kota dari atas benar-benar indah. Dengan gemerlap lampu dari lampion, pasar malam ini terlihat cantik. Lalu dari sini, Yuqi bisa melihat gedung-gedung tinggi dengan gemerlap kota yang juga tak kalah indah.

“Kas, gue belum puas. Naik lagi, ya?” pinta Yuqi ketika bianglala sudah berhenti berputar dan Lucas akan turun.

Lucas terlihat berpikir sebentar sebelum mengangguk. Hal itu sontak membuat Yuqi senang dan refleks memeluk cowok jangkung di sampingnya itu.

“Ekhem!”

Yuqi melepaskan pelukannya. Dia menunduk dengan gerakan kaku. “Sorry, refleks,” ucapnya pelan.
Mereka berdua kembali menaiki bianglala hingga tiga kali. Setelah itu barulah Yuqi mengajak pulang.

“Udah puas? Mau pulang sekarang?” tanya Lucas saat mereka berjalan di tengah-tengah kumpulan lampion.
Yuqi mengangguk semangat. Matanya tak lepas dari lampion indah yang menggantung di sepanjang jalan.

“Em, tapi kayaknya gue pengen liat-liat yang lucu-lucu deh,”kata Yuqi tiba-tiba.

Lucas mengangkat satu alisnya tapi tetap diam. Dia berjalan pelan di sisi Yuqi dengan satu tangan yang disimpan dalam saku jaketnya.

“Liat tuh, kayaknya lucu-lucu disana.” Yuqi menunjuk salah satu stan yang agak ramai. Dia menarik tangan Lucas kesana.

“Nah kan beneran lucu!” Yuqi berseru riang sambil menolehkan kepala pada Lucas yang terlihat malas. Setelah mencibir cowok itu pelan, Yuqi berkeliling untuk melihat-lihat.

Yuqi sibuk dengan melihat-lihat gantungan kunci berbentuk boneka yang lucu. Sekilas dia juga melihat-lihat aksesoris rambut yang tak kalah lucu. Tapi gantungan kunci berbentuk boneka itu yang lebih menarik perhatiannya.

Lucas hanya memperhatikannya. Setelah Yuqi hanyut dalam dunianya sendiri, Lucas melangkahkan kakinya mengelilingi stan kecil itu. Dia juga ingin melihat-lihat sebentar sekadar untuk cuci mata.

Tatapannya jatuh pada gantungan kunci berbentuk donat yang digigit kecil. Lucas mengambilnya, melihatnya lebih dekat.

“Kas, gue mau beli ini. Tapi yang ini juga lucu.”

Suara Yuqi membuat Lucas buru-buru menaruh kembali gantungan kunci yang sempat dipegangnya barusan. Dia menoleh cepat, melihat Yuqi yang sedang membawa dua gantungan hp berbentuk boneka lumba-lumba dengan warna berbeda.

“Apa?” tanyanya.

Yuqi merengut. Lalu mengangkat kedua gantungan hape itu tinggi-tinggi. “Gue harus beli satu, tapi mereka semua bagus. Jadi gak tau mau pilih yang mana.”

Lucas mengangkat satu alisnya. Dilihatnya kedua benda di tangan Yuqi itu. Mereka sama, yang membedakan hanyalah warna. Harusnya tidak susah memilih karena bentuknya pun sama.

“Yang pink aja. Cewek suka warna pink kan? Apalagi itu juga cerah banget, jadi lo pasti suka,” balas Lucas malas.

“Oke, kalau gitu gue beli yang biru.”

Lucas melotot. “Kalau udah tau mau beli yang mana ngapain nanya gue?” tanyanya sebal.

“Ya kan gue butuh pendapat aja,” sela Yuqi cepat.

“Lagian ya, yang warna pink tuh.” Yuqi mengangkat gantungan lumba-lumba berwarna pink di tangannya, mengamatinya sebentar. “Dia terlalu cerah. Cerah banget sampe nanti kalau kotor jadi keliatan. Jadi pilih yang biru aja, udah bagus, warnanya pas,” katanya sambil mengangkat gantungan lumba-lumba yang berwarna biru dengan tangannya yang lain.

Lucas berdecak ketika Yuqi pergi untuk membayar. Cowok itu melirik sebentar pada gantungan kunci donat yang tadi sempat dia lihat. Lucas menimbang-nimbang sebentar apakah dia harus membelinya atau tidak.

“Kas! Ayo buruan gue udah selesai nih. Udah jam sepuluh, gue bisa kena penggal kalo gak pulang cepet!” teriak Yuqi.

“Ah, iya! Lo duluan aja bentar!” balas Lucas berteriak. Cowok jangkung itu mengambil gantungan donat tanpa pikir panjang dan membayarnya. Kemudian segera menyusul Yuqi yang sudah berjalan ke parkiran.

***

“Makasih buat hari ini,” ucap Yuqi ketika turun dari motor besar milih Lucas. Dia membuka pintu gerbang dan berdiri di tengahnya. Masih menunggu Lucas untuk segera pergi.

Lucas tersenyum tipis. “Santai. Ini belum seberapa. Kapan-kapan gue ajakin lo ke tempat yang lebih menarik dari pasar malam tadi.”

Yuqi mencibir. Dia menggerakkan tangannya, mengibasnya pelan. “Udah sana balik lo, syuh syuh.”

“Bentar-bentar.”

Yuqi mengerjap. Dilihatnya pemuda berjaket hitam itu sedang mencari sesuatu di jaketnya. Lalu sebuah donat lucu muncul di hadapannya.

“Nih, buat lo.”

Yuqi menatap donat itu dan Lucas bergantian. “Buat apa?”

“Gue beliin. Habisnya dia lucu kan mirip kayak lo.” Lucas mati-matian menahan gemuruh jantungnya yang berdetak cepat.

Tapi Yuqi hanya menatapnya polos tanpa berbinar. “Thanks. Kapan-kapan gue yang bakal beliin lo sesuatu.”

Lucas membuang napasnya pelan. Dia merasa sedikit kecewa karena respons Yuqi tak seperti yang dia harapkan. Tapi kemudian Lucas membuang pemikirannya jauh-jauh dan menarik kaca helmnya turun. Dia menekan klakson dua kali sebelum melakukan motornya.

Kini, Yuqi tak lagi menahan senyumannya. Dia menutup pintu gerbang dengan perasaan membuncah di dada. Bahkan sampai kamar, Yuqi tak henti-hentinya tersenyum lebar.

“Donat, lo bakal gue simpen dan gue jaga. Jadi diem disini baik-baik ya,” kata Yuqi setelah meletakkan gantungan donat itu di rak khusus yang tertempel di dinding kamarnya.

Dia berjalan pelan menuju kasur sambil sesekali memutar tubuhnya seperti menari balet. Lalu Yuqi segera menggulung tubuhnya dengan selimut tebal oranye dan menutup matanya masih dengan senyum yang terlukis di wajah cantiknya.




***

Mau apdet pas sabtu tapi kuota abis, ini baru beli hiks:')

Hi, Lucas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang