Alteir meninggalkan Mars di kamarnya sendirian. Karena Alteir tahu, anak satu itu tidak akan bisa tidur terlalu lama jika bukan berada di ruangan pribadinya.
Terkecuali, jika Mars menganggap kamar Aleir sebagai ruangan pribadi miliknya juga.

"Dimana Mars?" tanya Riana sembari menarik kursi untuk Alteir duduk.

Belum sempat mejawab, Alex Clavertoon sang ayah langsung memberi pertanyaan.

"Apa kabar jagoan ayah? Ada hal menarik yang ingin kamu bagi dengan kami?"

Alteir hanya menggeleng pelan dengan aneka pertanyaan yang terus berputar di dalam kepala.
Salahkah jika ia berpikir anggota keluarganya tengah bersikap agak aneh pagi ini? Seperti sang bunda yang sudah tampak bersiap di pagi hari, Mars yang mengatakan banyak omong kosong dan sekarang terakhir sang ayah yang bertanya mengenai kabar yang sebelumnya tidak pernah pria itu katakan.

"Seriously?"

Alteir mengangguk. Kepalanya menoleh kepada sang bunda yang hanya bisa memberi seulas senyum penuh pengertian.

Mendadak perasaan Alteir tidak enak.

"Are you still remember about---,"

"Rencananya hari ini kita akan menjemput kolega bisnis ayahmu yang berasal dari Amerika," kata Riana memotong ucapan Alex.

Mendengar hal itu, Alteir langsung menelan sisa cookies coklat dalam mulutnya cepat dan menatap sang ayah yang tampak cemberut.
Alteir tahu jika ayahnya merasa kesal. Tapi Alex tidak akan berterus terang pada Riana. Dan lagi, tidak biasanya Riana berani memotong ucapan Alex, apalagi dihadapan banyak orang seperti sekarang. Karena tidak hanya ada mereka ber-3 melainkan beberapa pekerja manssion yang berjaga kalau-kalau mereka membutuhkan sesuatu.

Bye the way, mereka belum memulai acara sarapan pagi karena masih harus menunggu Mars yang sedang di samperi oleh salah satu pekerja untuk di bangunkan.

"And than?" Alteir berusaha memecah hening suasana.

Alex tampak menetralkan perasaanya dengan minum air dan lanjut berucap. "Ayah mau kalian semua ikut menjemput mereka dan menyambut dengan baik. Karena mereka adalah tamu sekaligus rekan penting,"

Tanpa berpikir panjang, Alteir langsung menyanggupi. "Sure,"

•••

Vanxeto Airport, 9.45 a.m.

Kini keempatnya telah sampai di bandara 5 menit lebih cepat dari waktu yang telah di tentukan.
Alteir dan Mars, keluar dari mobil bersamaan dengan kedua orang tua mereka dari mobil yang satunya.

"Ayok kita masuk," Riana berujar sembari merangkul lengan putra bungsunya. "Ayok, Earth," ujar Riana lagi, yang membuat Mars dan Alex menoleh karena lelaki itu malah berdiam diri tertinggal di belakang.

Alteir merogoh saku celana guna mengambil ponsel. Lelaki itu mengangguk kecil menuruti permintaan sang bunda walau setelah itu, kedua mata serta jemarinya sibuk memperhatikan ponsel dan mengetik sesuatu dari sana.

"Earth udah tau siapa yang bakalan dateng?" Mars berbisik sambil sesekali melirik Alteir melalui ekor matanya. "Kayanya, lebih baik dia tau sendiri nanti," Riana ikut melakukan hal serupa seperti Mars. "Lagian, ayah apa-apaan sih? Dia mikir nggak kalo yang dia lakuin bakalan fatal buat anaknya,"

"Hush!" Riana memukul kecil mulut Mars yang dengan berani membicarakan ayahnya. Mars reflek menutup mulut dengan bibir sedikit menekuk. "Sakit bun, jangan di pukul juga kali,"

Untold The DarknessWhere stories live. Discover now