DIARY 5 - GUE JADI DILEMMA

Start from the beginning
                                    

Kelompok Astrid, terdiri dari Theo, Vera, Vero dan teman sebelah Theo juga. kita sebut saja namanya Dani (Emang beneran Dani). Dalam kelas, Meja dan kursi sudah di pasangkan satu sama lain untuk satu kelompok. Sebenarnya sekolah ini ada ruangan praktikum. Hanya saja, ini praktikum dadakan. jadi, guru berpikir di kelas aja.

Astrid mulai merasa keringet dingin seperti banyak yang melihat. Ternyata para siswa wanita yang gagal satu kelompok sama Theo merasa risih dan iri melihat Vera dan Astrid bisa satu kelompok. Bahkan Chika pun menatapi Astrid dan Vera dengan sangat tajam, layaknya elang mengincar mangsa.

"Chik! Udah kali..lo ngeliat Astrid udah kayak mau ngincar mangsa tau ga!" ucap Odi yang mencoba memfokuskan Chika ke praktikum kelompok mereka.

Kelompok praktikum pun dimulai dengan Theo sudah membagikan tugas apa aja ke Vera, Astrid dan juga kedua teman cowo yang satu kelompok harus apa. Vera seperti mencoba mendekati Theo dengan mengajak ngobrol soal praktikum dan Astrid melakukan tugas apa yang Theo suruh tanpa bertanya. Sementara, Vero yang dari awal sudah menargetkan Vera. Sepertinya tidak memiliki kesempatan. Di satu sisi, Theo melihat Vero juga. berusaha untuk bisa mungkin sedikiit menjadi pakcomblang untuk Vero.

"Vera sorry, lo bisa bantuin Vero nggak?" Sambil nunjuk ke Vero yang ada di sebelahnya Vera.

"Lah kenapa?"

"Gak apa, bantuin aja."

"Oh, ya udah oke." Kebetulan Vero ada di samping Vera juga. "Ada yang bisa gue bantu nggak?"

"Oh, iya Ver....aneh juga ya kayak gue nyebut nama gue sendiri."

"Ya elu bisa amat nama deketan sama gue. Bedanya, gue cewe elu cowo."

"Lah mana gue tahu, Orang nama dari orang tua gue!"

"Dasaaar, ya udah sini gue bantu."

Melihat Vera sudah sama Vero. Tinggal Astrid saja seseorang. Dani pun mencoba mendekat kepada Astrid ini tiba–tiba saja dipatahkan oleh Theo dengan cara....

"Cid, sorry lo bisa bantuin gue?"

"Hmm? Bantuin apa?" Astrid yang tadi lagi fokus menulis langsung berhenti dan menatap Theo.

"Makanya sini sebentar." Sambil Theo berikan gesture kepada Astrid untuk mendekat.

Ga pikir lama, Astrid bergeser dan mendekati Theo untuk membantu. Sementara, Dani jadi seperti nyamuk di kelompok praktek mereka. Dengan Theo dan Astrid semakin dekat. Semakin keringat dingin juga Astrid ditatap oleh teman–teman lainnya di ruangan praktek ini. Biar ga sampe ada gosip aneh–aneh.

"Dan, sini bantuin kita berdua.", ucap Theo.

"Dan? Dani kali Theololet!" Dani yang kesal kepada Theo.

"Zud, Dancuk dasar!"

Mendadak Theo jadi orang Surabaya. Astrid sebenarnya ingin ketawa, mendengar Theo tiba–tiba jadi orang Surabaya. Padahal, Astrid tahu banget bahwa Ibu Amanda adalah orang Sunda asli. Artinya, Theo tidak ada darah jawa ataupun orang Surabaya sedikitpun. Berusaha menahan tawa saja mendengar Theo dan Dani ini saling meledek nama mereka berdua. Tapi ya, Astrid bukan wanita yang bisa nahan tawa. Dia tertawa terbahak-bahak dalam praktikum ini sendiri.

"Hahahahahaha!" Astrid tertawa lepas begitu saja.

Sudah pasti, satu kelompok ini kaget dengan Astrid yang tertawa lepas begitu saja. Saking takut terlalu keras. Astrid mencoba menutup mulutnya dengan tangan kanannya supaya ketawanya tidak terdengar. Cuman ya, satu kelas udah dengar ketawanya Astrid ini.

SWAN COMPLEXWhere stories live. Discover now