Lover's Dilemma - 8 - Pornstar Martini 1/2

4.4K 750 215
                                    

Wira meninggalkannya di meja setelah ia meminta terus menerus. Hal terakhir yang dilakukannya adalah memesankan kentang goreng. Katanya, "Kamu suka ini kan? Coba makan dikit. Kalau gak bisa, coba makan cemilan lain." kepalanya menunjuk pada tumpukan roti, cracker dan lain sebagainya yang sudah terjogrok di ujung meja kerjanya.

Semua cemilan yang dibelikan pria itu berakhir dibagi-bagi oleh anak buahnya karena tidak ada satu pun yang bisa melalui kerongkongannya.

Mualnya masih ada meskipun tidak separah saat jam makan siang. Memusatkan perhatiannya pada pekerjaan benar-benar membantu untuk meredamnya. Perutnya berbunyi nyaring, membuat Handaru yang duduk di sebelahnya menoleh. Ia berbisik, "Lo belum makan?"

"Lihat makanan aja gue mual, gimana mau makan?" balasnya berbisik karena masih ada temannya di divisi lain yang tengah presentasi.

Mata sipit pria itu terbuka sedikit lebar, "Terakhir makan yang sarapan tadi?"

Anggukan kepala darinya membuat Handaru mengambil ponsel yang berada di meja, mengetikkan sesuatu di sana lalu kembali bersandar di bagian kanan kursi. Agar posisi mereka lebih dekat. "Coba makan yang tadi pagi, ya? Gue sudah pesen ke OB. Makin gak makan, makin gas lo naik dan buat mual. Coba makan dikit-dikit tiap beberapa jam." lanjutnya masih dengan berbisik.

Ada apa sih dengan para lelaki di dekatnya yang tampak lebih tahu mengenai kehamilan dibandingkan dirinya? "Mual, Han. Susah masuk makanan."

"Harus dipaksa, Dam. Mau lo diinfus karena lemas?" ucapan Handaru membuatnya bergidik. Seumur-umur, Damayanti paling takut dengan jarum suntik. Ia tidak pernah mau dan tidak akan mau disuntik jika bukan karena sekarat. Apa lagi memasukkan jarum melalui pergeralannya dalam waktu lama? Membayangkannya saja sudah membuat seluruh bulu kuduknya meremang. "That's what I tought." bisik Handaru setelah melihat ekspresinya.

Damayanti mengerang, "Habis rapat gue coba deh."

"Ngapain habis rapat? Sekarang aja." Handaru menunjukkan pesan di ponselnya yang menunjukkan OB tadi sudah ada di pantry dan menunggu instruksi selanjutnya. Ia membalas pesan itu dengan memintanya menaruh makanan di meja Damayanti.

"Lo gila apa? Ini belum kelar!" protesnya yang lalu mendapatkan dehaman dari Ben yang merasa terganggu. Damayanti menganggukkan kepalanya untuk meminta maaf namun suara perutnya kembali terdengar. Kali ini lebih kencang.

Handaru melipat bibirnya kedalam untuk menahan tawa lalu menyamarkannya dengan tangan kiri, sedangkan ia merasa mukanya panas karena yang mendengar suara barusan tidak hanya pria itu. Beberapa orang uang duduk di dekatnya mendengar perutnya yang berbunyi dan mengejek, "Dam, makan makanya jangan kerja terus." atau "Rapatnya cuma sebentar, Dam. Gak ada konsumsi." dan beberapa ejekan lainnya.

Ia meminta maaf lagi dan menunggu hingga rapat selesai baru kembali ke mejanya. Diikuti oleh Handaru.

Aroma gurih menyambut indra penciumannya ketika mendekati meja. Aroma ini tidak membuatnya mual sama sekali. Dengan langkah lenih cepat, ia berjalan menuju mejanya lalu duduk menghadap mangkok yang sudah tidak mengepul. Namun, ujung jarinya yang menyentuh mangkok masih dapat merasakan sisa-sisa rasa hangat di sana. Sbeelum air liurnya menetes, ia sudah memasukkan suapan pertama.

Handaru yang duduk di depannya terkekeh, "Bilangnya gak mau makan, ini lahap banget kok. Pelan-pelan, Dam." ujarnya saat ia tersedak karena makan terlalu terburu-buru. Mengangsurkan tisu dan botol minum wanita itu. "Kan, lo cuma perlu nemu makanan yang buat lo gak mual. Nemu satu, setelah ini coba yang lain lagi, ok?"

Damayanti tidak menjawab, tangannya masih sibuk menyuapi mulutnya dengan kuah gurih meskipun sudah ada sepotong pangsit di mulutnya. Tidak butuh waktu lama hingga isi mangkok itu tandas dan berpindah ke perutnya.

"Pulang nanti gimana? Bisa sendiri?" Tanya Handaru yang masih duduk di depannya. Kedua tangannya sibuk mengetikkan sesuatu, sesekali meliriknya lalu kembali menatap ponsel.

"Bisa. Deket dari sini juga."

"Okay, jangan dipaksain. Hubungi gue kalau lo perlu sesuatu. Mesti balik meja dulu nih, bos minta sesuatu." pria itu berdiri, langkahnya tertahan ketika ia mengingat sesuatu dan kembali menghadapnya. "Pergi sama gue ya sabtu ini, sudah dapat undangan pernikahan anaknya Pak Ridwan kan?"

12/2/21

Part 2/2 up besok, target buat chapter chapter 9 adalah chapter 8 1/2 & 2/2 masing2nya 200 komen yaw.

Maaciw yang sudah baca, pencet bintang n kasih komen.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lover's Dilemma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang