Lover's Dilemma - 7 - Vodka Martini 1/2

4.2K 733 110
                                    

Kenapa tidak ada yang mengatakan padanya kalau hamil bisa membuat selera makannya hilang? Jangankan selera makan, mencium bebauan saja sudah membuatnya berlari ke kamar mandi. Senjatanya sekarang adalah tiga essential oil berukuran kecil; campuran lavender dan peppermint, lemongrass dan yang terakhir lemon. Tidak lupa permen jahe dan plastik hitam, untuk berjaga-jaga jika ia mual dan ingin muntah saat itu juga. Semua benda-benda itu selalu berada di dalam tas dan laci meja kerjanya dalam jumlah banyak.

Hidungnya mengendus aroma yang kini sudah sangat diingatnya. Campuran lavender dan peppermint biasanya sangat membantu untuk meredakan mual. Seluruh otot tubuhnya kini merasa lebih rileks dan perasaannya lebih tenang setelah serangan mual bertubi-tubi. Damayanti tidak pernah mau muntah di kantor, karena jika sekali keluar, maka akan susah untuk berhenti. Dan bagaimana caranya ia bisa bekerja jika dirinya harus berada di dalam kamar mandi terus menerus?

Kepalanya masih menunduk dan bersandar di bantal besar yang dibawanya dari rumah untuk keadaan genting seperti ini. Pencahayaan yang temaram saat jam istirhat sangat membantu dirinya untuk beristirahat dan memejamkan mata. Jika dulu tidur adalah satu-satunya tempat untuk lari dari dunia nyata, sekarang ia akan menambahkan satu hal. Tidur adalah satu-satunya tempat untuk lari dari rasa mual. Tidak ada suara orang berbincang atau pun bunyi keyboard yang terdengar. Benar-benar kosong karena semua orang memilih untuk tidak berada di ruangan tempat mereka duduk berjam-jam setiap harinya.

Sebenarnya jika boleh memilih, Damayanti juga ingin sekali untuk makan di luar sekarang. Bertemu dengan teman-temannya untuk menghilangkan rasa penat karena pekerjaan yang menggunung meskipun hanya sejenak.

"Ya Tuhan, gue rela bayar berapa juga biar bisa tidur di ranjang sekarang." bisiknya lemas.

"Pulang, Dam." suara serak yang dalam itu terdengar di telinganya. Ia memutar kepala dan melihat Wira yang datang dengan kantong cokelat di tangan kanan dan peralatan makan di tangan kiri. Ia berdecak, tahu betul apa yang dibawa pria itu karena logo yang berada di kantongnya. Kepalanya melihat ke sana-sini, memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. "Ngapain sih, Bang?" bisiknya.

"Bawain kamu makanan." pria itu mengeluarkan makanan yang dibawanya lalu meletakkan di atas piring. Steak. "Well done." terangnya tanpa diminta. Tangannya kini sibuk memotong daging dengan pisau, potongan kecil untuk sekali suap.

Damayanti mengerang. "Gak kepengin makan. Sana, bawa itu. Baunya bikin aku mual." buru-buru Damayanti menutup mulut dan hidungnya. Perutnya bergejolak, mengirimkan sinyal ke otaknya agar mengeluarkan sesuatu yang ditelannya hari ini meskipun hanya air. Matanya sudah berkabut karena menahan keinginan untuk muntah.

Saat keinginannya itu tidak dapat ditahannya lagi, dengan cepat ia berdiri dan berlari ke kamar mandi secepat kilat. Mengeluarkan air yang hanya menjadi hal yang masuk ke dalam perutnya sedari pagi.

Ia tidak tahu berapa lama dirinya berada di salah satu bilik kamar mandi hingga kakinya terlalu lemas untuk berdiri dan berakhir duduk di lantai toilet. Ia tidak peduli betapa kotornya hal yang kini dilakukannya. Ia hanya perlu untuk duduk karena kakinya tidak dapat menahan bebannya sekarang.

"Dam?" Teriakan Wira terdengar dari luar kamar mandi. Ia tidak mau menjawab dan terlalu malas untuk menjawabb, sehingga sengaja diabaikan. Langkah seseorang terdengar memasuki kamar mandi diikuti dengan panggilan namanya lagi. "Dam? Kamu masih muntah?"

"Bang, ini toilet wanita." ujarnya lemas. Ketukan pintu biliknya terdengar berkali-kali.

"Kamu duduk di lantai?" Ketukan lagi, kali ini lebih brutal dari sebelumnya. "Hei? Bisa bangun? Buka pintunya, Dam." ketukan pintunya kini berubah menjadi gedoran hingga mau tidak mau ia mengalah dan membuka kunci pintu. Masih dengan posisi duduk di lantai.

Pintunya dibuka dengan pelan-pelan dan pria itu masuk dengan wajah yang sangat khawatir. Tentu saja. Keadaannya pasti sangat mengenaskan sekarang. Duduk di lantai toilet, habis muntah hingga terlalu lemas untuk berdiri. Belum lagi, rambut dan riasannya pasti sangat kacau sekarang. Dan jangan lupakan bau muntahan yang bahkan masih terasa di mulutnya.

God, ia sangat berantakan.

3/2/21

3/2/21

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lover's Dilemma [FIN] Where stories live. Discover now