SAGAREA 17

744 53 0
                                    


Di dalam mobilnya Sagara terus menerus mencoba menghubui Rea.

"Re... lo kemana.... "lirihnya.

Tak lama handphone Saga beebunyi dan menampilkan nama "ayah" disana.

"Hallo Yah... gimana? Rea udah pulang?"tanya Sagara.

"Sa... Ayah tadi coba lacak keberadaan Rea dan sekarang dia ada di jl. Majapahit no. 7"

"Makasih Yah.. Saga kesana sekarang"

"Kamu hati-hati"

"Iya Yah"

Sambungan telepon mati. Sagara menancap gas mobilnya ke alamat yang diberitahukan oleh Ayahnya. Namun handphonenya kembali berdering dan menampilkan nomor yang tidak dikenal. Sagara langsung mengangkatnya.

"Hallo! Ini siapa?"

"Gue Riki, gue tau dimana Rea. Buruan dateng sebelum Rea mati ditangan Geby. Jangan bawa polisi. Gue kirim alamatnya lewat sms"

Sambungan terputus.

"Shit! Awas lo Geby"ucap Saga sambil mencengkram erat strir mobilnya.

Setelah itu satu pesan masuk ke hpnya Sagara. Ternyata alamat itu sama seperti yang diberi tahu oleh Ayahnya. Tak mau berlama-lama Saga langsung menancap gasnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Setelah sekitar beberapa menit Sagara sampai di tempat alamat itu.

Sementara di tempat lain. Geby sedang memandang Rea yang sudah sadar dari pingsannya dan kini sedang menangis meminta dilepaskan.

"Kak, gue mohon kak lepasin gue"ucap Rea dengan air mata yang mengalir deras. Geby tersenyum remeh.

"Kan udah gue peringatin, kalo lo masih deket sama Sagara ya ini konsekuensinya"ucap Geby sambil tertawa.

"Gue pingin lo pergi Rea, gue nggak mau liat lo sama Saga. Oh iya, Saga mana mau ya sama lo, lo kan udah nggak perawan lagi"ucapan Geby sungguh membuat Rea semakin terisak dan memberontak.

Geby lalu menarik rambut Rea dan menamparnya.

"Kalo gue lepas lo, apa lo mau ngejauhin Saga?"tanya Geby namun Rea tak menjawabnya melainkan ia semakin menangis.

"Gue nanya sama lo JALANG!"teriak Geby dan menampar pipi Rea lagi sampai sudut bibirnya berdarah.

"Sekali lagi gue tanya, lo mau kan ngejauhin Sagara?"lagi-lagi pertanyaan Geby tak dijawab oleh Rea dan itu membuat Geby semakin geram lalu menjambak rambut Rea dan menendang tulang kering Rea. Rea meringis kesakitan. Namun tak digubris oleh Geby. Geby terus menendang Rea dari kakinya, punggung dan perutnya. Rea merasakan sakit di dadanya. Sakit yang begitu amat. Penyakitnya sudah kambuh kembali. Penglihatannya mulai memburan kemudian gelap. Tak lama seseorang datang dan menarik Geby.

"Geb! Udah dia bisa mati!"ucap Riki yang mencoba menghentikan aksi Geby.

"Apa peduli lo?"

"Geby! Gue emang suka sama lo bahkan gue cinta sama lo. Tapi karna sikap lo yang kayak gini gue benci sama lo. Gue sadar kalo cinta itu emang buta, gue bego banget udah ngikutin kemauan busuk lo"ucap Riki.

"Riki-riki jangan muna deh... lo juga seneng kan? Lo bisa ngerasain tubuh jalang ini"ucap Geby dengan senyum remehnya.

"Gue nggak pernah nyentuh Rea, bahkan Rea yang udab buat gue sadar. Kalo semua ini salah"

"Terus lo mau apa sekarang?"tanta Geby.

"Gue nggak mau apa-apa, tapi gue mau kasih tau Sagara apa yang lo lakuin ke Rea!"sentaknya. Riki kaget karena bukannya panik atau ketakutan yang ditunjukkan oleh Geby tetapi ia malah tertawa.

"Bilang aja, gue nggak takut sama gertakan lo. Gue kasih tau, sebelum Sagara datang juga Rea udah mati. Pergi lo sekarang!"teriak Geby.

"PERGI!"Teriaknya lagi sambil mendorong tubuh Riki hingga keluar dari rumah itu dan Geby mengunci pintunya.

Geby kembali menghampiri Rea yang masih pingsan. Ia mengangkat dagu Rea dengan telunjuknya.

"Heh! Bangun!"sentak Geby. Namun tak ada respon sama sekali dari Rea. Karena kesal Geby mengambil air lalu menyiramkannya ke muka Rea. Rea mengerjap.

"Nah gitu dong bangun"ucapnya sambil tertawa.

"K-kak please, lepasin gue.."lirih Rea.

"Gue kan udah nawarin tadi, lo mau nggak?"tanya Geby. Rea meneteskan air matanya.

"Kak tolong lepasin gue... jantung gue kambuh kak..."lirihnya.

"Tinggal jawab pertanyaan gue kenapa sih! Kalo lo bilang iya gue bakal lepasin lo tapi kalo lo nolak, heh! Lo bakal mati hari ini REA!"teriak Geby di akhir kalimatnyaa.

"Jadi gimana sayang... maukan lepasin Sagara buat gue?"tanya Geby sambil menyelipkan rambut Rea ke telianganya.

Rea menangis kencang. Apakah ini akhir dari pernikahannya? Atau akhir hidupnya? Dengan berat hati Rea memutuskan untuk...

"G-gue mau lepasin Saga buat lo, t-tapi lo harus lepasin gue"ujar Rea dengan tangisan yang pecah.

Geby tersenyum senang, "nah... gitu dong cantikk"ucapnya sambil tertawa puas "tapii... gue udah muak liat muka lo, jadi mati aja ya?"ucap Geby dengan tertawa riang. Rea menggeleng dan berusaha menahan rasa sakit di dadanya.

Mata Rea membulat sempurna kala melihat tangan Geby yang memegang pisau lipat. Rea menggeleng, dan berdoa agar siapa saja membantunya.

"Ututtuuu.... jangan nangis"ucap Geby dengan nada yang dibuat-buat.

"J-jangan kak"mohon Rea.

"Hahahha.... telat sih! Tangan gue udah gatel buat bunuh lo"ucap Geby "Tadi katanya jantungnya sakit ya? Gue tusuk di sini langsung aja ya, biar matinya cepet"kekehnya. Rea menggeleng kuat dan mencoba menjauh dari pisau di tangan Geby.

"Ok... kita mulai ya"

"Satu.... dua..... ti.......... ga"

Dorrr.... Arkghhh....

"REAA!!"

"GEBY!!"

SAGAREA  [ Complated ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora